make me forget about everything

10K 1.5K 101
                                    

Sepulang kerja aku memutuskan untuk main ke apartemen Reza. Sehingga kini kami berdua tengah berbelanja di supermarket dekat apartemen pacarku itu. Sejak kemarin aku bad mood parah, makanya bertemu dengan Reza membuat perasaanku jadi lebih baik.

Sisa-sisa adu tinju dengan Bayu tampak masih terlihat di wajah pria itu yang sedikit agak lebam. Bayu juga punya lebam yang sama, tapi si sialan itu memang pantas mendapatkanya. Aku juga ingin menonjok wajahnya setelah kelancangan pria itu kemarin.

"Mau spageti nggak?" tanya Reza seraya mengambil spageti dari rak mie.

Aku menghampiri Reza, mengambil spageti yang ada di tangan pria itu—menimbang-nimbang ingin beli atau tidak—hingga akhirnya mengangguk setuju. "Boleh deh udah lama juga aku nggak makan spageti buatan kamu.”

“Saosnya mau bolognese atau carbonara?”

“Mix and match,” ujarku seraya mengedipkan satu mata, lalu memasukkan kedua saos ke dalam keranjang belanjaan.

Reza langsung tertawa kecil lalu mengecup puncak kepala. “Thats my Dewi.”

Setelah itu kami lanjut memilih makanan di rak lainnya. Aku membeli cokelat, beberapa camilan, dan kue kering. Aku juga membeli beberapa kaleng soda dan mie instan yang aku tahu akan membuat Reza mengomel dengan gemas—karena menurutnya dua makanan ini adalah duet neraka karena sama sekali tidak sehat.

”Za, kamu mau ini nggak?” tanyaku celingukan karena Reza sudah tidak ada di sampingku. Lha, ke mana perginya pacarku itu?

Aku pun melongok ke setiap lorong supermarket untuk mencari keberadaan Reza, dan akhirnya aku menemukan cowok itu di rak es krim.

“Aku cariin kamu,” ujarku seraya mencolek bahu Reza sehingga ia langsung berbalik sambil memasukkan beberapa es krim ke troli.

“Aku beli es krim.” Lalu ia mencium puncak hidungku. “Pacarku katanya bad mood. Biasanya kalo dibeliin es krim mood-nya langsung cakep lagi.”

Aku mencium pipi Reza lalu tersenyum lebar. “Makasih, Sayang.”

“Kamu bad mood kenapa, sih? Mau cerita?”

Aku langsung menghela napas panjang saat mengingat perdebatanku dengan Bayu kemarin, dan jujur saja itu membuat perasaanku mendung lagi. "Nanti aja di rumah. Ini ada yang mau di beli lagi nggak?”

“Nggak ada. Gih, sana kamu ke mobil duluan. Biar aku aja ngantre.”

Seperti perintah Reza aku pun segera pergi ke parkiran dan menunggu pria itu di dalam mobil.

Sembari membunuh kebosanan, aku pun memutuskan untuk lanjut nonton film How to Train Your Dragon 2 yang tadi malam baru aku tonton selama 34 menit, karena nggak bisa tidur. Perkataan Bayu benar-benar menamparku habis-habisan, tapi memangnya ia siapa bisa menghakimi keputusanku dan sok tahu mana yang terbaik untuk hidupku!

***

Sesampainya di apartemen, Reza langsung merebus air untuk memasak spageti. Lalu aku menghampiri pria itu yang tengah sibuk di dapur dan memeluknya dari belakang. "Za...."

“Yes, baby?”

“I love you,” ujarku sambil mengingat perkataan Bayu yang terus berulang-ulang di kepala.

Orang yang cinta lo bakal nerima lo apa adanya. Di depan orang yang mencintai lo, lo nggak harus pura-pura ataupun jadi orang lain!

Lalu aku berjinjit dan menumpukkan daguku di bahu pria itu. "Kenapa, sih, ada orang yang sok tahu banget padahal nggak tahu apa-apa? Seenaknya ngomentarin hidup orang lain padahal bukan dia yang jalanin kehidupan orang itu? Kenapa juga dia harus peduli soal kehidupanku atau pilihan-pilihan hidupku? Sialan! Emangnya dia siapa!" seruku marah dengan napas naik turun.

Reza berniat membalikkan badannya tapi aku hentikan. "Please, gini aja. Aku lebih suka gini."

Reza mematikan kompor lalu mengelus kepalaku lembut. “Mau cerita sekarang?”

Aku menggeleng, karena aku nggak mungkin menceritakan soal ini pada Reza. Sudah dicintai dan diterima oleh orang sehebat Reza saja seharusnya orang sepertiku bersyukur. Jadi, mana boleh aku menuntut macam-macam. Iya, kan?

Reza melepaskan pelukanku. Kali ini aku tidak menghentikan tindakan pria itu. Lalu ia memelukku erat dan menciumi puncak kepalaku lembut.

“Kamu tahu kan kamu selalu bisa cerita apapun ke aku? Ceritain semua kalau kamu udah siap okay, Sayang? Dan apapun yang lagi ganggu pikiran kamu ini, aku harap aku bisa ngilangin wussss~ sekali tiup dengan instan.”

Ya, itulah yang aku butuhkan sekarang. Semua beban pikiranku menghilang dalam sekejap dengan instan. Oleh karena itu, aku mencium leher Reza, sedikit menghisapnya, lalu mengerang nikmat—dan terbang bersama bintang-bintang saat Reza membalas tindakanku.

fortnight.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang