i can treat you better

8.1K 1.2K 115
                                    

Aku menaruh cookies yang sudah agak dingin ke toples. Lalu memakan sisa choco chips berbagai warna dan juga meses di dalam piring.

Hari libur ini aku memang memutuskan untuk membuat cookies dan juga beres-beres kosan. Tadi pagi, aku juga menanam beberapa tanaman baru yang benihnya aku beli di Istana Bunga tadi malam.

Perasaanku sedang tidak baik, tapi aku nggak mau terpuruk lama-lama. Oleh karena itu, sejak bangun tidur tadi pukul enam, aku memutuskan untuk produktif. Karena sibuk kadang  benar-benar adalah distraksi yang tepat saat kepala terlalu penuh hingga rasanya mau gila.

Dan aku sudah berjanji pada diri sendiri kalau hari liburku ini tidak akan habis oleh overthinking yang berlebihan. Menikmati momen, itu adalah hal yang sedang aku lakukan.

“Hi, good morning, Dewi!” sapa Bayu yang tampak lebih segar hari ini. Sepertinya demamnya sudah benar-benar sembuh, karena bibirnya  sudah tidak sepucat kemarin dan perasaan pria itu juga tampak baik. Aura pria itu benar-benar berseri-seri, kalau ini di anime, pasti sudah ada glitter warna pink yang mengelilingi seluruh tubuhnya. Dan membayangkan itu, entah kenapa, aku jadi ngakak sendiri.

“Hello, Dewi! Haruskah gue ngerasa merinding sekarang? Karena bukannya nyapa balik gue, lo malah ketawa sendiri?”

“Harusnya gue yang nanya itu ke lo. Lo beneran nggak lagi kesambet, kan? Karena saat ini aura lo kelewat cerah tahu nggak! Bikin silau mata!”

“Gue cuma lagi happy,” ungkap Bayu tanpa menutupi perasaannya sama sekali.

“Boleh gue tanya kenapa?”

“Karena lo.”

Dan tentu saja aku langsung memutar bola mata malas. “Ck, gue anggap nggak pernah denger ucapan lo. Please, deh, Bay! Mood gue dari pagi lagi bagus, jadi tolong jangan dihancurin.”

“Ah, jadi emang lo tahu perasaan gue....”

Ya, memang sulit untuk pura-pura tidak tahu, saat semua terasa begitu jelas di depan mata. Ada getaran listrik di antara aku dan Bayu, getaran yang membuat dadaku rasanya mau meledak dan kepalaku penuh dengan kembang api warna-warni.

***

Aku segera membuka pintu saat menerima kabar dari Anna kalau gadis itu sudah ada di depan Twogether. Begitu mata kami saling bertautan, aku pun langsung memeluk sahabat Reza itu.

Karenina Waluyo.

Anna adalah sahabat Reza sejak kecil. Yang tandanya, gadis itu sudah ada di sisi Reza sejak Reza pertama kali belajar ngomong sampai sekarang berumur dua puluh tujuh tahun. Persahabatan yang sudah amat sangat lama. Tapi masih terikat dengan erat.

“Hi, Dewi!”

“Hi, Anna!”

Lalu, aku menuntun Anna masuk ke kosan. Niatnya, Anna memang akan menginap di sini karena apartemennya sedang di renovasi. Dan aku dengan senang hati membuka lengan lebar-lebar untuk menyambut kedatangan sahabat Reza itu.

“Maaf ya, Wi, gue ngerepotin lo lagi. Tapi kalo gue nggak renovasi apartemen sekarang, gue pasti bakal nunda lagi sampai tahun depan. Tapi tenang aja! Sebagai sogokan, gue bawain donat meses warna-warni kesukaan lo! Taraaaaa!” seru Anna seraya menaruh dua kotak donat langganan kami di atas meja.

“Duh, santai aja kali, Na! Gue nggak masalah kok misal lo mau nginep di sini lama!”

“Hihihi thank you, Sister! Sejak awal emang udah feeling, kalau ngizinin lo pacaran sama Reza memang keputusan paling bener!” ujarnya seraya mengedipkan satu mata yang sontak membuatku tertawa kecil dengan pipi yang memerah.

“Heh, pada pelukan kok gue nggak diajak? Terus, lo lupa ya, Na, kalo lo juga harus ngasih gue sogokan juga?” canda Debby yang baru saja keluar dari kamarnya.

Lalu, Anna pun segera menghampiri Debby dan memeluk gadis itu hangat. Anna memang dekat dengan kami semua, makanya walau harus menginap di Twogether selama berhari-hari, tidak ada suasana canggung sama sekali di antara kami semua.

“Hahahaha, tenang aja, Deb! Tentu aja gue juga beliin donat kesukaan lo, kok! Pokoknya hari ini gue beli cukup banyak donat buat bikin kita bertiga kenyang sampai tengah malem! Besok hari Minggu, kalian libur, kan? Ayo party sampai pagi! Yey!” seru Anna bersemangat yang langsung membuat aku dan Debby hanya saling berpandangan sambil geleng-geleng kepala. Anna memanglah seorang ratu pesta sejati. Menurut gadis itu semua harus dirayakan, tapi menurut Reza itu cuma buang-buang uang.

***

Karena nggak sempat menyiapkan pesta barbeku yang biasa kami lakukan, akhirnya kami memutuskan untuk karaokean saja.

Tentu saja yang semangat bernyanyi adalah Anna dan Debby, bahkan mereka sampai bernyanyi lagu dari berbagai negara. Sampai soundtrack anime dan juga soundtrack drama Korea.

Bayu yang baru datang langsung memposisikan dirinya duduk di sampingku. Lalu ia berbisik pas di telingaku. “Sudah gue duga, lo masih nggak jago nyanyi.”

Shut up!”

Aku sadar diri kalau suaraku cempreng, makanya waktu ujian praktek Seni Budaya pas SMA aku hanya memilih lagu paling pendek. Bayu terus menggodaku karena hal itu, membuat kebencianku pada pria itu semakin menjadi-jadi waktu itu.

Wait, itu Karenina, kan? Yang waktu itu share foto lagi dicium Reza pas ulang tahunnya? Lo kenal sama dia?”

“Lo tahu instagram Anna? Dan nggak usah ngomong pake nada begitu dong! Reza cuma cium pipinya! Mereka udah sahabatan dari kecil. So,—ugh! Kenapa juga gue harus jelasin ke lo! Nggak penting banget! Tapi serius, kenapa lo tau soal foto itu?”

“Menurut lo gimana gue tahu, Wi?” Bayu malah balik bertanya. Tapi dari ekspresinya yang terlalu gampang dibaca, Bayu seolah mengakui kalau selama ini ia menjadi stalker yang memantau kehidupanku dan Reza.

Aku mengepalkan tanganku erat-erat untuk menyalurkan emosi yang membakar di dada. Tapi, Bayu menggenggam tanganku, lalu berkata, “Gue tahu lo marah sama gue. Tapi gue nggak bakal bertindak sejauh ini kalo tahu lo bahagia. I can treat you better, Wi. And you know that.”

“Dewi ayo dong nyanyi!” teriak Anna seraya mencungkan mic ke arahku. Namun, Bayu lebih dulu bangkit dari duduknya, berkenalan dan berbasi dengan Anna. Lalu mulai menyanyi lagu Selir Hati milik Dewa 19 seraya terus menatap mataku.

fortnight.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang