a gentleman and naughty girlfriend

11.2K 1.6K 35
                                    

Semakin malam pesta semakin seru. Semua orang juga tampak bersemangat untuk terus meramaikan pesta tanpa ada yang tampak mengantuk sama sekali.

Cheers! Dewi!” teriak Debby seraya mengangkat kaleng birnya tinggi-tinggi.

Cheers!” sahutku seraya menubrukkan kaleng birku dengan gadis itu sehingga menciptakan suara denting yang khas.

“Gue suka Bayu. Sayang ya dia cuma tinggal bentaran doang di Twogether,” kekeh Debby sebelum kembali meneguk birnya.

“Hah? Apa?” tanyaku untuk memastikan kalau aku nggak salah dengar.

“He's a gentlemen. Dia bener-bener tahu gimana cara nge-treat cewek dengan benar.”

“Maklumlah namanya juga buaya darat!”

“No, no, bukan tipe buaya darat. Tapi the real gentleman. Jadi, tadi pagi gue diturunin Bang Ben di perapatan karena dia buru-buru harus ke pengadilan. Bawaan gue cukup banyak dan niatnya Bang Jo mau jemput, eh tiba-tiba Bayu nawarin bantuan. Pas gue tanya dia tinggal di mana, soalnya siapa tahu modus orang jahat kan. Eh, ternyata dia juga tinggal di Twogether. Dan gue langsung tahu kalo dia orang baru yang dimaksud Wina kemaren. Dan gue bersyukur orang sebaik Bayu yang jadi penghuni baru Twogether.”

Aku hanya tersenyum segaris karena nggak tahu mau jawab apa. Tapi akhirnya berkata, “Yah, nggak mungkin juga kan Wina masukin orang jahat ke sini,” ujarku yang langsung direspons Debby dengan anggukan mengerti.

“Eh, kata Wina kalian dulu satu sekolah, ya? Bayu gimana pas SMA?”

“Kita nggak begitu kenal,” jawabku seadanya.

“Yah, sayang banget padahal gue mau kepoin dia. Tapi menurut lo, gimana kalo Bayu gue gebet?”

***

Aku langsung tersenyum saat melihat Reza yang tengah tertidur nyenyak di sampingku. Lalu aku meraih bathrobe untuk menutupi tubuh telanjangku dan turun dari ranjang setelah mengecup pipi pacarku itu.

Setelah itu aku segera mandi untuk membersihkan diri. Karena tubuhku rasanya lengket dan sakit semua, aku yakin setelah mandi dengan air hangat tubuhku rasanya pasti lebih baik.

Aku menuang sabun lavender favoritku, lalu mendesah kecil saat air hangat dari shower menyiram kepala sampai ujung kaki.

Setelah mandi aku langsung tersenyum pada Reza yang sudah bangun dan tengah mengecek ponselnya di ranjang.

Morning, Sayang.”

“Hi, morning,” ujarnya seraya bangkit dari ranjang dan menghampiriku. Ia mengecup bibirku singkat. “Aku mandi dulu, abis itu cari sarapan bareng.”

“Oke,” jawabku seraya menyatukan huruf jempol dan telunjuk sehingga membentuk huruf O, yang langsung direspons Reza dengan kekehan gemas. Setelah itu pria itu menghilang dibalik pintu kamar mandi, dan aku segera berpakaian lalu turun ke dapur karena tenggorokanku terasa kering.

“Lo bohong soal malam Minggu kemarin sama pacar lo,” ujar seseorang yang sontak membuat aku yang sedang minum tersedak sehingga susu yang aku minum tumpah sampai ke leher.

“Hey, pelan-pelan, Wi,” ujar Bayu seraya mengambil tisu di meja lalu membantuku membersihkan tumpahan susu di wajahku, tapi kali ini aku langsung menyambar tisu dari tangan Bayu dan membersihkan wajahku sendiri.

“Gue bisa sendiri,” ujarku seraya membersihkan leherku yang basah. Dan tidak seperti malam itu, pria itu membiarkan aku mengurus diriku sendiri.

“Dan apa maksud perkataan lo tadi?” tanyaku seraya mengerutkan kening.

Bayu tersenyum smirk. “Naughty girlfriend, eh? Kita berdua tahu—lo malam Minggu lalu ke Casablanka, bukannya ke Central Park buat nonton sama Debby atau Wina.”

Shit, Krug 1928 yang dibawa Siska benar-benar membuat aku teler parah semalam, sehingga aku tidak ingat apa yang sebenarnya terjadi. Namun, Reza tidak menyinggungnya saat bangun tadi karena kalau Reza tahu, pasti ia sudah marah besar.

“Bukan urusan lo, Bay!”

Bayu tersenyum smirk. “Memang bukan, tapi lo tahu ... gue buruk dalam menjaga rahasia.”

Dan lagi-lagi aku merasakan de jàvu, karena Bayu juga pernah melakukan hal ini sebelumnya. Dan sungguh aku paham betul ke mana hal ini akan berjalan selanjutnya. Tapi lagi-lagi aku terjebak, karena pria di depanku ini selalu tahu bagaimana membuat aku terjebak di permainan yang dimainkannya.

“What do you want?”

“Nothing, Wi. This is enough,” ujarnya menggantung yang tidak aku mengerti maksudnya sama sekali.

Namun, kedipan jahilnya setelahnya langsung membuat aku memutar bola mata malas.

fortnight.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang