what i want

8.8K 1.5K 63
                                    

Lagu To The Bone yang dipopulerkan oleh Pamungkas langsung menusuk indra pendengaran begitu aku masuk  ke Twogether. Ruang tamu yang biasanya hanya berserakan komik Debby atau majalah lady milik Wina, kini dipenuhi dengan meteran, kain dengan warna biru langit cerah, dan juga pernak-pernik mutiara yang sangat cantik.

Terlihat Astri Soedjono yang merupakan salah satu designer muda Indonesia paling berbakat ini, tampak tengah mondar-mandir seraya fokus mengepaskan baju seragam bridemaid yang kini tengah dikenakan Debby.

Padahal menurut CNN Indonesia kemarin, Astri masih ada di Hong Kong untuk melakukan pemotretan. Tapi malam ini ia sudah ada di Twogether sambil memegang segelas kopi hitam pekat dan sebuah meteran yang menggantung di lehernya.

Malam ini aku dan penghuni Twogether yang lain memang tengah melakukan fitting untuk dipakai di pernikahan Wina Minggu depan. Dan hell yeah! Kata siapa uang tidak bisa membeli kebahagiaan? Karena nyatanya uang bisa membeli apa saja dan mempermudah apa saja.

Karena privileges dan uang yang dimiliki oleh keluarga Soebardjo, aku dan yang lain tidak perlu capek-capek datang ke butik milik Astri Soedjono—karena sang designer sendirilah yang mendatangi Twogether sendiri. Bukan kami pula yang menyesuaikan waktu, tapi sang designer sendiri yang menyesuaikan waktu. Sehingga kami tidak perlu cuti atau izin sebentar dari kantor.

Astri Soedjono masih tampak sibuk untuk mengurusi dress Debby, sedangkan dua asistennya tengah sibuk dengan Jonathan. Oleh karena itu, aku pun memutuskan untuk mandi dulu sebelum nanti fitting setelah Debby.

Badanku yang lelah luar biasa karena terus berdiri dan mondar-mandir dari lantai tiga ke lantai empat hari ini, langsung rileks begitu aku menyiramnya dengan air panas yang mengalir dari shower.

Setelah mandi aku menggulung rambutku yang basah dengan handuk, lalu segera mengecek pesan dari Reza yang hari ini tengah merayakan ulang tahun Anna—sahabatnya dari SMA.

Aku tersenyum segaris saat melihat Reza yang tampak menikmati pesta bertema halloween itu, bahkan ia juga membagikan beberapa momen yang ia alami ke sosial medianya.

Setelah melaporkan kegiatanku hari ini, dan menceritakan kejadian random yang aku alami, aku pun segera izin untuk fitting baju dahulu. Setelah mengirim pesan ‘enjoy the party’ aku pun segera keluar dari ruang obrolan dan segera keluar kamar.

***

Debby dan Jonathan sudah selesai fitting dan kini tengah keluar untuk membeli makan malam. Aku menerima dress sample yang tadi dipakai Debby, lalu kembali ke kamar untuk mengganti baju santai yang tengah aku pakai.

Gaun ini agak kepanjangan di tubuhku, sehingga aku pun mengangkat ujung gaunnya agar tidak terinjak oleh kakiku sendiri. Begitu keluar kamar, mataku langsung bertubrukan dengan Bayu yang kini sudah dikerubuti asisten Mbak Astri dan mencoba beberapa tuxedo.

Aku mengabaikan senyum mengganggu Bayu, karena dua hari ini pria itu benar-benar membuatku sulit tidur. Semua perkataannya, keberadaannya, dan sentuhannya, benar-benar tidak bisa lepas dari kepala. Dan aku membenci diriku sendiri karena memikirkan tentang si menyebalkan itu terus menerus.

Ia membuatku kembali ke kenyataan, sedangkan aku belum mau bangun dari mimpi ini.

Astri Soedjono mulai mengepaskan gaun yang aku pakai dengan menarik bagian gaun yang berlebih dan menguncinya dengan jarum pentul, kadang peniti. Lalu ia memasangkan beberapa hiasan seperti bunga tapi terbentuk dari benang-benang kecil yang tampak disulam dengan teliti.

Dan Astri Soedjono langsung tersenyum puas begitu melihat gaun yang terpasang sempurna di badanku.

Sejak kecil aku nggak pernah pede dengan tubuhku sendiri karena sering dibilang mirip babi. Tak peduli sekarang aku sudah kurus dan kalau kata Rose punya badan kayak gitar spanyol, aku tetap tidak percaya diri. Sehingga aku begitu takut untuk melihat tampilan tubuhku sendiri di cermin dan tanpa sadar menggigit bibirku keras-keras saat semua orang yang ada di ruang tamu memusatkan wajahku ke arahku untuk menilai penampilanku.

“Waduh, Mbak Dewi body-nya goals banget, deh!”

“Bener, jadi iri!”

“Kalo punya badan gini tuh pakai baju apa aja bakal cocok!”

“Lemak diperut saya menangis melihat perut Mbak Dewi yang datar kek aspal depan rumah saya!”

Aku menarik napas panjang, lalu memberanikan diri untuk menatap cermin. Dan dress yang aku pakai memang sangatlah cocok di badanku yang kurus tapi berisi di bagian dada dan bokong.

Jadi, Dewi ... Setelah mendapat apa yang kamu inginkan apakah kamu sudah puas sekarang?

fortnight.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang