beautiful sin

7.9K 1.2K 78
                                    

Sesuai janji kami kemarin, hari ini aku dan Bayu akan bersenang-senang. Jujur saja aku juga tidak terlalu suka dengan opsi ini. Tetapi Reza sama sekali tidak bisa diandalkan. Lima hari pria itu ada di Bali, selama itu pula pria itu jarang menghubungi. Ia hanya meneleponku sekali kemarin, itu pun hanya untuk memberitahu jika ia akan sangat sibuk dan tak bisa diganggu. Padahal saat ini aku sangat bimbang. Padahal saat ini aku sangat butuh dirinya untuk meyakinkan perasaan.

Tetapi seperti keyakinanku kemarin, kalau Reza tidak bisa membantuku meyakinkan perasaan, aku tahu Bayu bisa.

"Lo sebenernya mau ngajak gue ke mana, sih, Bay? Seriusan ini gue nggak papa pake baju begini?" 

“Nggak papa, kok, pake baju itu. Lagian kita juga cuma mau ke pasar malem doang.”

"Pasar malem di mana?" tanyaku, karena setahuku di dekat Twogether tidak ada pasar malam. Aku juga tidak mendengar desas-desus akan ada pasar malam di dekat sini.

"Deket sekolah. Lo inget, kan, lapangan Manunggal? Nah, pasar malemnya di sana. Kita ke sana naik motornya Bang Jo. Gue udah pinjem tadi malem," jelas Bayu yang langsung aku angguki mengerti. Jonathan memang sedang pulang ke Bandung hari ini, sehingga tidak heran jika motor pria itu kini nganggur di garasi Twogether.

Tak menunggu lama aku dan Bayu pun segera meninggalkan Twogether menggunakan motor Jonathan. Jarak dari Twogether ke lapangan Manunggal yang ada di dekat sekolah lama kami lumayan jauh, sehingga lebih baik berangkat sekarang agar kami tak begitu larut sampai di sana.

Selama perjalanan aku memeluk pinggang ramping Bayu. Bukan, bukannya aku modus. Namun, aku sedang malas berdebat dengan Bayu. Jadi, saat pria itu melingkarkan kedua tanganku di pinggangnya, aku enggan mendebat pria itu. Mood-ku saat ini sedang jelek dan beradu kekeraskepalaan dengan Bayu benar-benar sangat aku hindari.

Bayu menuju lapangan Manunggal menggunakan jalan tikus alih-alih jalan utama yang macet total. Sehingga kami bisa sampai lapangan Manunggal lebih cepat. Aku begitu kagum kepada pria itu, karena walau ia begitu lama tinggal di luar negeri, ia masih tetap bisa hafal jalan-jalan tikus di ibu kota. Orang yang buta arah sepertiku, sih, sudah pasti kesasar sana-sini.

Aku langsung melongo begitu sampai di pintu masuk pasar malam. Shit! Pasar malam apaan! Ini, sih, festival Jepang! Dan terima kasih kepada Bayu karena pria itu membuatku seperti gembel di sini. Karena rata-rata orang yang datang ke sini mengenakan yukata sederhana atau ber-cosplay menjadi karakter anime dengan dandanan totalitas sehingga terlihat seperti aslinya.

Sedangkan aku ke sini hanya menggunakan sandal teplek, celana olahraga yang sedikit kedodoran, dan hoodie yang tangannya kepanjangan hingga telapak tanganku tenggelam setengahnya. Aku benar-benar mirip gembel buruk rupa sekarang.

Aku berdecak lalu melirik Bayu sinis dengan ekor mataku. "Pasar malem gundulmu, Bay! Ini, sih, festival Jepang!" protesku terang-terangan. "Gue mau pulang!" lanjutku seraya berbalik badan.

Tetapi Bayu meraih lenganku dan menggeretku masuk ke area pasar malam alias festival Jepang ini. Makhluk berkromosom XY itu sama sekali tidak memberiku kesempatan utuk memberontak. Dasar kampret!

Bayu terkekeh pelan. "Ini emang pasar malem, kok. Anggep aja pasar malemnya orang Jepang. Nggak ada bedanya, 'kan?"

Aku memutar bola mata malas. "Yes! And thank you to Bayu kampret Soeharjanto karena bikin gue jadi cewek paling gembel di sini! Lo nggak liat rata-rata cewek di sini pake yukata atau cosplay jadi Sakura?" kesalku.

"Santai, Wi, nanti di dalem juga banyak yang pake baju biasa, kok. Ini yang pake yukata dan cosplay palingan cuma panitia atau orang-orang yang mau ikut lomba cosplay aja," jelas pria itu.

fortnight.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang