31

980 84 29
                                    

Jangan lupa mampir ke cerita ku yang lain nya❤
Ada kisah baru, judul nya

PEJUANG GLOWING!

MAMPIRRRRRR😑

Alta membolos setelah tau Erra tidak masuk sekolah beberapa hari. Ia sudah mencari tau kondisi Erra lewat teman sekelas nya, tetapi jawaban mereka tak memuaskan.

Alta menghubungi pekerja di rumah Erra, ia memang sengaja meminta nomor nya supaya jika terjadi apa-apa pada gadis itu ia akan tau.

Balasan yang ia dapat seketika membuat nafas Alta tercekat, lalu tanpa pikir panjang ia memutuskan menemui gadis itu.

Cukup sulit meminta izin masuk ke ruang rawat Erra, sampai pekerja nya datang dan mengajak nya masuk."Mas Alta ya?"

Alta mengangguk.

"Ganteng ya. Non Erra tuh suka cerita tentang Mas."

Kening Alta berkerut, apa yang di sebarkan gadis itu tentang dirinya pada, kalau tidak salah ingat namanya Bi Ijah.

"Katanya Mas Alta ini orang nya baik banget. Keliatan nya doang dingin, aslinya perhatian."

Alta tak menjawab, mengikuti kemana langkah kaki wanita yang terus berceloteh.

"Kebetulan ada Mas Alta. Bibi titip Non Erra bentar ya, mau beli makan sama minum. Mas Alta mau?"Tawar Bi Ijah, ia bisa simpulkan kalau Alta membolos.

Seragam sekolah masih di pakai, hanya tertutup oleh jaket saja. Tas nya saja masih berada di punggung cowok itu.

"Nggak usah."Tolak Alta, menatap pintu di depan nya bingung.

"Nggak papa, Mas. Pasti belum sarapan kan? Bibi tinggal ya, Mas masuk aja."

Alta masih terdiam, membatu di pintu. Apa yang membuatnya begitu perhatian pada gadis ini?! Sial! Dia adalah pacar Bima. Tak seharusnya Alta menaruh iba pada Erra. Setelah kepergian Lasi, otak Alta makin tak terkendali.

Menarik nafas dalam-dalam, mencoba bersikap wajar. Alta mengetuk pintu sebelum masuk. Wajah terkejut Erra menyapa nya. Bola mata cewek itu membesar maksimal. Ada rasa lega melihat nya hidup, namun tersirat rasa tak nyaman yang aneh mendapati perut Erra terbalut.

"A-alta?"Erra ternganga, di tengah banyak orang. Tak terlintas dalam pikiran nya, Alta akan berkunjung."Lo nggak sekolah?"

Masih diam, Alta mendekat. Duduk di ranjang, dekat kaki Erra. Tatapan dalam Alta membuat Erra salah tingkah. Karena Alta tak mengucapkan apapun, Erra berinisiatif menyentuh lengan Alta."Lo--"

"Lo nggak papa?"

Erra mengedip, kalimat nya di sambar oleh Alta lebih dulu. Kilat khawatir tak bisa di sembunyikan Alta, Erra dapat merasakan nya. Senyum tipis Erra terlihat, see? Cowok ini memang seringkali kasar tapi tulus. Lebih tulus dari Bima yang hanya menganggap nya beban hidup."Iya,"Erra tertawa."Gue nggak tau kenapa, tapi nyawa Gue kayak kucing. Berkali-kali Gue coba buat bunuh hidup Gue sendiri, dan Gue selalu terbangun selamat."

Alta jadi keinget Lasi, apa Lasi pernah berpikir mengakhiri hidup nya seperti Erra? Alta mencoba melepaskan Lasi dengan ikhlas. Tapi, ia terbiasa perhatian pada gadis itu. Rasanya aneh kala ia tak melakukan apapun untuk nya.

Mungkin itulah yang menjadi sebab nya perhatian pada Erra. Alta tidak mau Erra terluka, seperti Lasi. Iya, pasti cuma itu.

"Alta?"Erra mulai panik."Lo kenapa? Kok Lo tau Gue--"

"Gue paham."

Kenapa Alta senang sekali memotong pembicaraan? Erra mendengus, lalu tertegun mendapati Alta mengelus kepalanya."Sakit banget ya?"Tanya nya."Sampai memilih mati."

MANTAN DOI ( TAMAT )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang