Diga akhirnya mengajak Geisler untuk tinggal sementara bersamanya di apartemen. Wira menolak ikut, dia mengaku bisa menjaga dirinya sendiri. Namun, Wira buruh waktu untuk menolong Geisler dan Drey.
Lelaki itu datang ke tempat yang sepi juga gelap, kuburan. Tempat di mana Giza—sepupu lelakinya yang juga kakak Erra bersemayam.
Selama ini, Wira punya rasa sesal juga sesak yang tak bisa diungkap. Ia bisa sangat tega pada Erra pun demi kebaikan Geisler, Drey—papanya orang yang keras. Sejak lama Wira menyadari Drey bisa begitu kejam, makanya Wira selalu mengikuti permainan Drey tanpa banyak pikir.
Lama kelamaan, ia malah menjadi mirip Drey. Alasan yang semula demi kebaikan Geisler, sang adik supaya tak merasakan kekejian Papa malah samar karena merasa keenakan memperbudak Erra.
"Za, gue udah muak hidup." ucap Wira menghembuskan nafas. "Gue tau gue salah dan gue nggak akan lari dari tanggungjawab." senyum tipis Wira tumbuh. "Andai lo masih hidup, mungkin lo bisa merangkul gue ke jalan yang lurus."
Pertempuran dengan Bima waktu itu sangat panas. Baik Wira ataupun Bima mempunyai segudang dendam kepada anggota masing-masing. Wira tak terima temannya sampai koma karena dikeroyok oleh kawan-kawan Bima, makanya dia nekat bermain curang—merusak motor Bima yang akan dinaiki untuk balapan.
Siapa yang sangka, Giza malah mengajukkan diri sebagai pengganti. Kala itu, Wira tak bisa mundur lagi. Ia sedikit ngeri jika ketahuan curang dan disebut pengecut. Sesaat mulai, Wira bahkan sengaja pelan supaya Giza tak ngebut terlalu cepat.
Dia sungguh dilema, batinnya berperang melawan ego. Ketika hati nuraninya terpanggil, Wira mengejar Giza—bukan untuk menang—tapi memberitahunya tentang kondisi motor Bima yang tak layak.
Sayang beribu sayang, Giza lebih dulu terpental ke jalan sebab motor yang tengah ia bawa kencang-kencang itu tiba-tiba mati. Wira kaget setengah mati, turut terjatuh karena syok.
Ia bahkan tertatih mendekati Giza yang bersimbah darah. Tubuhnya gemetaran sampai orang-orang berdatangan. Yang Wira ingat kala itu hanya tatap mata Bima yang hancur, sehancur-hancurnya. Lelaki itu untuk pertama kalinya, menitihkan air mata di hadapannya.
"Maaf, Za." lirih Wira, menunduk dalam. "Maafin gue, Gei dan Papa."
Wira tak peduli meski di sekelilingnya hanya terdengar suara jangkrik, dia bahkan tak takut di tengah-tengah kuburan sendirian. Wira teramat sering ke sini, siang hari dia tidak pernah berani datang karena banyak orang. Wira takut ada yang melihatnya.
"Gue... akan berusaha berubah. Dan jadi kakak untuk Erra juga."
Janji Wira, demi adiknya. Demi Erra, Wira akan menurunkan egonya. Telat memang, namun jika Tuhan masih memberi kesempatan... Wira akan mencoba.
***
Erra harusnya ke rumah sakit hari ini, namun Diga memanggilnya datang ke apartemen. Selepas pulang sekolah, Erra tiba. Bima langsung menuju ke Alta setelahnya, Erra sengaja tak mengajak Bima karena ini semua meliputi keluarganya.
Persoalan tentang Om Drey sudah ia ketahui dan Erra amat sangat terpukul. Segitu bencinya kah Om Drey padanya hingga membuat siapapun orang yang ia sayangi pergi?
Tetapi setibanya Erra di sana, ia malah menemukan Geisler yang tengah duduk termenung di depan televisi yang mati. Geisler begitu pucat, matanya kosong dan membuat Erra kaget sekaligus ditumbuhi rasa iba.
Diga muncul tak lama setelah menutup pintu. Dia mendesah kecil kala Erra menatapnya penuh tanya.
"Geisler nggak tidur semalaman, dia nangisin Papanya."
KAMU SEDANG MEMBACA
MANTAN DOI ( TAMAT )
RomanceSemesta Series 1 ( Mountain ) Young Adult Bima Bumi Barameru, sesuai arti namanya Bumi yang berkuasa di gunung Merapi. Bima, terkenal sebagai penguasa di sekolah maupun jalanan. Bima pernah mempunyai pacar bernama Aquanetta de Lovina, sering dipangg...