20

2.7K 110 13
                                    

"Buat Lo."

Erra menyeringit menatap orang yang tidak ia kenal, namun sok akrab."Eng-enggak, makasih."Erra menolak pemberian nya dengan sorot takut, membuat orang itu tertawa terbahak-bahak.

"Astaga, Lo pikir Gue penculik?"

Erra makin bingung, jujur saja itu yang ia pikirkan. Namun, apa karena wajahnya yang pucat ya sampai ketauan?

"Gue... Everest, panggil Gue Eve."Eve, mengulurkan tangan. Ia tau, Erra gadis yang lembut. Meski takut, Erra pasti tidak enak hati menolak nya. Tebakan nya benar, Erra membalas uluran tangan nya.

"Erra."

Eve mengangguk."Gue kenal."

"Oh ya? Dari siapa?"

Eve mengedikkan bahu."Dari pikiran seorang gadis yang lagi galau."

Erra melongo."Hah?"

Eve tertawa, menepuk bahu nya."Gak usah dipikirin tar Lo stress."Eve mengedipkan matanya. Lalu teringat kembali dengan tujuan awalnya."Ah, Gue jadi lupa."Eve menarik tangan Erra paksa, gadis yang masih ia biarkan bingung dan menerka-nerka dirinya dalam pikiran itu menerima dengan kening berlipat."Liontin, sebagai ganti makanan Lo yang tumpah."

Erra tersentak."Eh? Gak usah! Gak papa kok."Ia tersenyum tipis, lalu hendak menyerahkan kalung berwarna hijau pada Eve. Tapi Eve menolak, ia menggeleng berulang.

"Itu memang buat Lo, seseorang pernah mengungkapkan nya."

Lagi-lagi Erra tak mengerti, ia merasa gadis berambut hitam yang anak rambut nya di ubah ungu itu amat misterius di matanya. Senyum nya yang mengundang perhatian, caranya menatap yang membuat ketakutan namun menarik kalbu membuat Erra bergidik. Ia memandang Liontin hijau itu dengan penuh pertanyaan, tiba-tiba ia mengingat Giza. Dalam kepalanya Giza sedang tersenyum dan melambaikan tangan padanya.

"Itu untuk melindungi mu, salju kecil. kesayangan ku. "

Erra tersentak, keterkejutan nya itu membuat nya menjatuhkan liontin batu tersebut dengan spontan. Dada Erra bergemuruh, keringat muncul di wajahnya. Ia melirik Eve, lalu ke bawah berulang. Seketika, bulu kuduknya meremang.

Sedang Eve menyeringit heran, mendangak ia tak dapat membaca jalan pikiran Erra. Di tatapnya Erra dengan seksama, lekat-lekat. Namun yang ada kepalanya yang terserang pusing, ini tanda bahwa ada batasan yang tak dapat ia tembus. Eve melirik sekitar, mencari sesuatu.

Sedang di tempatnya Erra masih asik terkejut, suara itu...suara yang amat di rindukan nya. Terasa dekat, namun sulit di jangkau."Kakak?"Erra membatu, tidak mengerti dengan keadaan yang membingungkan ini.

Eve meringis, sepertinya ia harus pergi sebelum bertanya-tanya lagi. Sial! Apa Roh Giza berada di sekitar sini? Eve mengumpat, lalu memutar bola matanya malas kala merasa tengkuknya dingin."Jadi elo pelakunya?"

Eve terpaksa mundur lalu pamit setelah menawarkan tumpangan, namun sudah di pastikan Erra menolak. Eve mengalah lagi.

Erra menghela nafas, ia menggenggam liontin itu erat-erat. Kaki mungilnya berjalan gontai, kerinduan dengan Giza membuat nya kembali sedih mengingat kematian Kakak nya tersebut."Hah...semua ini makin membingungkan."

MANTAN DOI ( TAMAT )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang