Setelah acara Saga dan Pian yang kaget sampai menjatuhkan plastik makanan, mereka sepakat keluar dengan damai. Raung, yang membuat Lasi deg-degan seolah tak punya dosa jalan paling pertama tanpa kata.
Netta menghela nafas, ia melihat Alta yang terbaring lemah dengan sorot kagum terselubung kasihan. Meski tau Erra pacar musuhnya, cowok itu tidak segan-segan menolong. Namun, sejak dulu ia selalu di hantui rasa penasaran. Mengenai perasaan Alta pada Lasi, ia tau ada yang janggal.
Cara cowok itu menatap Lasi, seolah-olah Lasi adalah pegangan nya hidup. Lasi memang menganggap Alta sekedar Sepupu, namun Netta rasa Alta berbeda."Semoga pikiran Gue salah, kalian bersaudara. Sudah sewajarnya saling menyayangi tanpa cinta lebih."
Sementara di taman, Lasi tengok-tengok siapa saja yang lewat. Kalau cowok ia akan menunduk malu-malu. Dan jujur saja itu membuat gemas Saga serta Pian.
"Gak pantes, najis! Muka Lo gak ada lucunya, jangan ngedip-ngedip gitu. Gak imut, yang ada orang kabur liat Lo kayak badut kesemutan."Pian melempar Lasi dengan sedotan air mineral, ia masih sayang jika harus melempar botol minum nya. Iya dong, kalau haus nanti gimana? Beli lagi, pakai duit sendiri pula. Kasihan juga botol nya kalau kena kepala Lasi, nanti kesakitan. Jelas, kepala Lasi kan batu, isinya juga di bawah rata-rata.
Lasi menggembungkan pipinya, memegang kedua nya seperti gadis-gadis Korea. Saga malah bergidik ngeri."Udah, La. Nyerah aja, gak usah sok polos sok imut. Cowok gak ada yang lirik Lo satu pun, permak wajah dulu di tempat bangunan sana. Minta di semen biar mulus, terus di cat biar putih abis itu di las biar kinclong."
Lasi berdecak."Perasaan muka Gue masuk jajaran cewek manis sejagat deh, kok satu pun gak ada yang modus-modus nanya alamat dan berujung minta nomor ponsel?"
Ini yang buat Pian serta Saga tidak takut menggoda Lasi, cewek itu anti sakit hati.
Erra dan Bima mendengar dalam diam, Raung sudah pamit pulang. Untuk bertanggung jawab, Erra menemani Alta dan otomatis Bima mengikuti dengan setia.
Di banding Lasi, Erra memang cantik. Gadis itu punya aura menarik dalam ketenangan nya, sedang Lasi ia cenderung imut dan manis.
"Lo gak pulang dulu?"Erra menoleh pada Lasi yang memberikan pertanyaan. Ia melirik Bima sebelum jawab takut-takut.
"Enggak, boleh kan? Nanti Alta--"
"Alta urusan Gue, Lo pulang aja dulu. Ganti baju, kayaknya Lo juga capek. Gak usah merasa bersalah, Alta emang asli nya baik kok."Potong Lasi.
Erra tersenyum manis."Lo beruntung punya Kakak yang sayang sama Lo."
Lasi jadi menaikan sebelah alisnya."Lo juga, Lo punya Kakak kan?"
"Dulu, sekarang gak lagi."
Bima memejamkan mata mendengar jawaban Erra, hatinya berdesir hebat. Rasa bersalah menyarang hatinya tiap saat, melihat wajah sendu Erra Bima membuang Pandangan sembari menggigit bibir bawahnya. Hati nya pilu, Erra tidak akan bersedih begini. Harusnya.
"Yang tadi?"Sambar Saga, bingung.
"Sepupu."Balas Erra, setelah lama diam.
"Oh..."Hanya itu komentar mereka, melihat interaksi tak bersahabat tadi seperti nya hubungan Erra dengan Wira tak akur. Jadi mereka tak mau ikut campur terlalu jauh, bukan wewenang nya.
Bima bangkit, menepuk-nepuk celananya dan mengulurkan tangan pada Erra."Ayo pulang."Erra menerima baik.
"Sekali lagi maaf ya, Gue bakal sering-sering ke sini. Gak papa kan?"Erra berkata canggung, untung nya Lasi mengangguk."Thanks, buat temen Lo yang jaga Alta juga."Bima segera menoleh, ia merasa Erra menyembunyikan sesuatu. Namun saat Erra berpaling ke arah nya, Bima segera mengalihkan pandangan."Ayo, Bim."Bima mengangguk kaku, ia tidak pamit pada Lasi dan yang lain namun terus berjalan sambil menarik tangan Erra menjauh.
KAMU SEDANG MEMBACA
MANTAN DOI ( TAMAT )
RomanceSemesta Series 1 ( Mountain ) Young Adult Bima Bumi Barameru, sesuai arti namanya Bumi yang berkuasa di gunung Merapi. Bima, terkenal sebagai penguasa di sekolah maupun jalanan. Bima pernah mempunyai pacar bernama Aquanetta de Lovina, sering dipangg...