6

4.8K 208 36
                                    

"Gak ada persahabatan yang murni antara laki-laki dan perempuan, keduanya pasti menyembunyikan perasaan terlarang. Suatu hari akan terbongkar, rasa suka yang dialaskan sebagai sayang. Dan saat itu terjadi salah satunya bisa saja terluka, jika yang satunya juga belum peka."

Row

***

Menyendiri, agaknya tidak membuat seorang Netta merasa kesepian. Ia malah ramai dengan kerinduan, ribuan air mata juga kenangan indah yang menghantam dadanya.

Semenjak putus dari Bima juga kejadian di toko buku waktu lalu, Netta malah semakin menjadi kesedihan nya. Ia pikir akan semudah ganti baju melupakan Bima, namun nyatanya.

Kebersamaan yang mereka lalui selama ini, tak mudah di lupakan dalam ingatan. Siklus hubungan keduanya memang kadang tidak mengenakan untuk Netta.

Bima berbuat salah-Netta maafkan-Bima berulah-Netta pun memaafkan.

Terus begitu, bahkan kala hatinya di patahkan Netta masih memberikan maaf pada Bima. Sulit dipercaya memang kini keduanya sudah tidak ada hubungan, itu terjadi karena rasa tidak saling percaya juga kebohongan.

Netta memejamkan mata, tiga hari yang lalu ia memilih ikut sepupu perempuan nya ke rumah Sang Nenek di daerah Bandung.

Netta ingin mengasingkan diri dari semua yang terjadi, Netta ingin pergi dari bayang-bayang Bima. Dari semua yang mengingatkan kepada Bima.

Malam ini Netta di ajak jalan-jalan oleh, Niar kakak sepupunya. Mereka menuju alun-alun kota Bandung yang begitu ramai.

Gedung-gedung tua yang eksotis terhias lampu malam, Kafe-kafe yang berlomba mempercantik tampilan. Seniman-seniman jalan menghias menyambut kedatangan. Ada juga jajanan pinggir jalan yang menggugah mata.

Netta tersenyum, mencoba melupakan. Berusaha bahagia juga sebisa mungkin menampilkan wajah ceria, beruntung pesona kota Bandung dapat meruntuhkan kesedihan nya. Netta menikmati malamnya dengan senang.

Bandung memang kota yang tepat untuk menghabiskan waktu, apalagi dengan orang tersayang. Kota ini tepat sekali. Netta tersenyum sedih, lalu kenapa? Dia bersama Niar, tidak terlalu kentara kan Jomlo nya? Memang akan seru jika seperti pemuda dan pemudi di pinggir jalan itu. Mereka terlihat sangat seru bercanda gurau.

Pada malam hari kota ini bertambah indah, Niar mengajak Netta berwisata kuliner malam setelah asik berwisata.

"Kalo tau Lo ngajak kulineran, mending tadi sore aja. Malem gini mah banyak yang nutup."Oceh Netta.

Niar mendengus geli, menoyor kening adik sepupunya."Begonya akut."Komentar Niar."Heh, Ulet bambu! Beberapa makanan memang sengaja buka saat malam di Bandung."Jelas Niar.

Netta menyeringit."Lah kok gitu?"Seraya mengusap dahi nya.

Niar mendesah."Banyak bacot, tinggal makan doang juga Lo."Niar menarik tangan Netta hingga Netta hampir terjungkal."Sini, kita makan Nasi Kalong."

Netta berbinar, sedetik kemudian matanya membulat. Rahang nya di tarik magnet bumi, hingga menganga. Wajahnya kehilangan warna, Netta menelan ludah.

"Apa Niar? Ka-kalong?"Ucap Netta tergagap. Niar dengan semangat mengangguk, membuat kaki Netta seketika berubah lemas.

Kalong?! Hewan yang aktif saat malam hari itu? Sejenis kelelawar atau semacamnya. Netta menahan nafas, TIDAK!

Tapi karena terlalu syok juga banyak berpikir, Netta tak sadar jika kini sudah berada di depan warung pinggir jalan yang ramai oleh pengunjung.

MANTAN DOI ( TAMAT )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang