27

1.9K 126 48
                                    

Bima benar-benar panik, isi kepalanya buyar. Ia ngotot ingin keluar sekolah sembari membawa motor."Pak, adik Saya habis kecelakaan!"

Penjaga sekolah yang hafal dengan Bima yang kerap membolos tentu saja tak melepaskan cowok itu dengan mudah."Mau bolos lagi kan kamu, masuk sana. Mau saya adukan sama guru mu?"

Berdecak, Bima memainkan gas motornya."Saya tabrak nih, Pak."Ancam Bima, sebenarnya main-main. Tetapi penjaga yang bernama Anto itu serius takut."Awas, Pak! Saya ngebut!"Teriak Bima, efek terkejut Pak Anto pun buru-buru minggir. Takut di tabrak juga.

"E,e, Nak Bima! Nak! Balik!"Jerit Pak Anto, memanggil Bima keras-keras. Pria yang tak lagi muda tersebut ngos-ngosan, lalu geleng-geleng berulang hendak melaporkan."Eh, Rama."

Rama tersenyum lebar, sebagai ketua OSIS tak sulit untuknya keluar masuk sekolah."Bima tadi bilang mau pergi ya, Pak?"

"Iya nih, gak ada surat izin nya."

"Ah, udah Saya laporkan kok Pak. Ini saya, mau ngasih informasi kalau Bima izin keluar."

Pak Anto terkejut, lalu mengangguk saja. Tak curiga sedikitpun dengan Rama, karena biar bagaimanapun Rama adalah ketua OSIS."Owalah, yasudah kalau ada mah. Bapak kira gak ada."

Rama tertawa, menepuk pundak Pak Anto sok dekat sembari pamit kembali menuju kelas. Padahal, yang ia lakukan malah menyusul balik Raung yang membuat kehebohan di kantin.

"Pulang bareng Gue!"

Lasi masih bersikeras ingin balik dengan Saga, cewek itu terlihat bingung dengan tingkah laku Raung. Bahkan, cowok yang terkenal dingin itu mau mengelus rambut nya lembut di depan banyak orang yang kini bertanya-tanya."Rau, Lo ... Ngigo ya?"

"Ck!"Raung mendesah gemas, lalu tangan nya naik. mengusap pipi Lasi tanpa canggung, mengabaikan jeritan banyak orang di sana."Jangan ngebantah, Sisi."

Saga dan Pian akhir nya turun tangan, karena Lasi cuma bisa bengong tanpa berbuat apa-apa."Eh, mercon bumbu! Sejak kapan namanya Lasi jadi Sisi."Cerocos Pian."Langit Galaxy Lasiana, mana ada sisi di nama tengah nya."

Raung menoleh sebal, tak peduli.

Saga akhirnya menarik Lasi, membuat Raung menatapnya kesal."Dia pulang bareng Gue!"

"Enggak lagi, mulai sekarang dia sama Gue! Lo gak becus jaga Lasi."Sinis Raung.

Terbeliak, Saga tentu tak terima di sebut begitu. Hei! Buntelan kentut ini gak tau perjuangan nya selama ini."Maksud Lo apa ngomong gitu?"

"Ga, udah."Lasi yang mengerti sikap Raung berasal darimana mencoba menjinakkan Saga yang terpancing emosi."Anggap aja Raung memasukan jin, Ga."

"Lagian ini bocah! Gak jelas banget tiba-tiba dateng marah-marah, terus minta pulang balik sama Lo. Apa maksud nya coba? Selama ini dia cuma nyakitin Lo! Gimana bisa Gue percaya? Sedangkan Lo itu udah gue anggap sebagai adik Gue sendiri, Gue gak mau Lo terluka nanti."

Senyum sinis Raung tercetak, cowok itu menyeringit menatap Saga. Lalu menarik kerah kemeja nya cepat-cepat, menambah heboh situasi di sana."Lo itu cuma gede omong, sialan! Lo gak tau kan kalau Sisi udah terluka?!"Teriak Raung, murka.

Pian yang tak suka menyentak Raung menjauh, Prisci berlari menuju Lasi. Menggenggam tangan nya, lalu Rama tiba-tiba berdiri di antara mereka setelah berlari kalang kabut melihat kondisi yang makin gak kondusif."Rau, tahan diri Lo!"

"Gue gak suka sama dia, Ram! Sok pahlawan!"

"Naga emang pahlawan buat Gue, Rau!"Sentak Lasi mendadak, ia memang mulai nyaman dengan Ruang. Tetapi, hatinya tak terima kalau Saga di jelek-jelekan. Biar bagaimanapun, Saga sangat menyayangi nya."Lo yang gak jelas tau nggak!"

MANTAN DOI ( TAMAT )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang