"Nggak sopan baca-baca pikiran orang!" ketus Saga, manakala gadis yang ia maki-maki menghampiri.
Dia kenal gadis remaja pendek itu, teman dekatnya Erra. Yang beberapa kali disemprot Lasi.
"Lasi terus pikiran lo." sambar Everest kembali, dengan senyum ganjil. "Lo sukanya sama Netta apa Lasi sih?"
Everest melompat tepat didepan Saga, matanya memicing dengan tubuh condong kearah remaja tersebut.
Tapi, saga tak takut. Dia balas menatap Everest lebih dekat, membuat Everest tiba-tiba kehilangan kemampuan menembus pikiran manusia. Jantung Everest berdetak lebih kencang, pipinya perlahan memerah sedetik setelah Saga mensejajarkan wajah.
Mata iblis Everest muncul, ungu terang dengan lingkaran putih. Namun Saga tak bisa melihat itu, manusia murni tidak dapat melihatnya dan membalas tatapannya. Tapi mengapa Saga tidak terpengaruh apa-apa? Padahal udara kian mendingin disekitar, ombak pun membesar mendadak karena mata kutukan Everest.
"Lo cuma bisa baca pikiran gue, nggak hati gue." bisik Saga, kemudian menjauh seraya memasukan kedua tangannya dalam saku. Dingin yang mendadak itu cukup membuatnya menggigil. "Mata lo bagus." ujar Saga.
Sedetik kemudian, terang mata Everest kembali normal. Gadis itu syok dengan apa yang terjadi, mulanya ia tercekat, tapi bisa mengendalikan diri lebih baik.
Ombak pun kembali biasa, dingin mereda. Tapi, detak jantung Everest masih berdentam gila. Membuatnya tak bisa menembus pikiran Saga atau siapapun saat ini.
Kediaman Everest membuat Saga kontan heran. Kemana cengar-cengir cewek tadi saat mendekatinya sok akrab?
"Lo kenapa?"
Everest mengedip, lalu menggeleng kecil. "E-nggak." cepat-cepat membuang muka.
Saga mengerutkan keningnya, tapi tak begitu peduli. Dia mengedikkan bahu acuh, lalu menghela nafas. "Kalo dingin bilang. Gue pinjemin jaket."
Wajah Everest malah memerah, dia sekarang paham mengapa Lasi, netta dan Prisci betah bersama Saga. Remaja ini begitu peka dan penyayang. "Lo kangen, lasi?"
"Apa urusannya sama lo?"
"Muka lo persis Alta." bisik Everest. "Kayak orang yang kehilangan arah, tapi lo lebih baik. Alta itu, bener-bener katak mayat hidup."
"Jangan sebut nama dia!" bentak Saga, hilang kontrol tiba-tiba. Sedetik kemudian tercengang dan meminta maaf. "Sorry."
"Gue paham." lirih Everest. "Gue nggak sengaja baca pikiran Bima."
"Lo tau kejadian yang menimpa Lasi?"
Everest mengangguk lesu. "Nggak kebayang ya?"
"Gila emang si Alta. Bejad!" desis Saga, kelewat berang. "Cowok bangsat!"
Everest hanya tersenyum mendengar umpatan Saga. "Alta emang ditakdirkan seperti itu."
"Hah?" Saga menoleh.
Everest menggeleng, tiba-tiba tersenyum lebar. "Anterin gue pulang, yuk!"
Saga makin heran, pengen nolak tapi kasihan. Cuma, dia kan nggak deket sama nih cewek. Kenapa pula tiba-tiba Everest bertingkah selayaknya mereka kenal lama.
"Nanti gue bayar!" tandas Everest.
"Nggak butuh, bego!" Saga berjalan ke arah motornya. "Gue ikhlas nganterin dukun kayak lo pulang. Ngeri sampe rumah mati muntah paku gue kalo nolak."
Perkataan Saga membuat Everest tertawa terkial-kial. Sesaat menaiki jok belakang, Everest kembali merasakan detak jantungnya yang menyepat.
"Heh?! Gue kenapa?!" batin Everest ribut bertanya. "Apa ini tanda-tanda gue harus balik ke Asgaf?"
KAMU SEDANG MEMBACA
MANTAN DOI ( TAMAT )
RomanceSemesta Series 1 ( Mountain ) Young Adult Bima Bumi Barameru, sesuai arti namanya Bumi yang berkuasa di gunung Merapi. Bima, terkenal sebagai penguasa di sekolah maupun jalanan. Bima pernah mempunyai pacar bernama Aquanetta de Lovina, sering dipangg...