54. Prisci dan Pian

249 23 1
                                    

"Selamat ulang tahun Prisci Silversea Moon!" seru Lasi, tanpa sapaan lebih dulu.

Gadis dengan gaun selutut itu tiba bersama Saga. Memasuki rumah Prisci tanpa sungkan lalu memeluk sang pemilik pesta.

"Gue kira lo nggak akan datang anak curut!" ketus Prisci, haru kala pelukan Lasi mengerat. "Makasih banyak, ya. Isi kadonya bukan jenglot kan?"

Lasi terbahak menyerahkan kotak yang sedemikian rupa ia hias. "Bukan kok, yang ini beda. Isinya tuyul, nurut banget kok dia. Bisa lo suruh-suruh rampok rumah tetangg atau nyolong duit warung makan, lo tinggal duduk manis nunggu setoran."

Si cantik bergaun putih itu malah bergidik. "Bawa pulang gih kado lo, nggak butuh gue. Udah kaya!"

"Setan! Sombongnya." umpat Lasi.

Keduanya terkekeh bersama sebelum Saga mengambil peran. Remaja tampan itu menarik Prisci lembut dalam dekapan. Menepuk-nepuk kepalanya seraya memberi doa-doa indah. "Selamat ulang tahun, Princess."

"Makasih banyak, pangeran!" pekik Prisci girang. "Kadonya sesuai request kan?"

"Hm..." Saga pura-pura berpikir, lalu terpingkal kala raut Prisci berubah galak. "Iya-iya. Seperti yang lo mau dengan beberapa gift tambahan dari gue."

Prisci mencubit pipi Saga. "Terbaik deh lo!" mata Prisci lalu memicing jeli. "Pian nggak bareng kalian?"

"Nggak." Saga menyeringit. "Belum sampai dia?"

"Yang sampai pertama malah Netta dan pacarnya." ucap Prisci. "Ih, anak itu mana sih? Masa dia lupa ulang tahun gue..."

Lasi hampir terbahak mendapati kilat sedih yang tumbuh di mata sahabat cantiknya. "Pian masih nyari-nyari keberanian buat ke sini. Nanti juga nongol. Sebelum jalan dia minta jampe-jampe sama gue supaya kelihatan ganteng! Nunggu mantra ajaib gue berjalan dulu sih kayaknya dia."

"Sarap lo, La!" Prisci pasrah kala Lasi menariknya masuk. "Kok lo tumben pakai gaun begini?"

Saga mengekor dari belakang saat kedua gadis itu mengobrol.

Lasi menjawab. "Di sana gue ketemu cowok yang nge-treat gue layaknya putri sungguhan! Dia sering ngasih gaun dan gue jadi seneng pakainya."

"Ganteng nggak, La?" bisik Prisci.

"Banget! Setengah bule, dia mangap aja ganteng, Pris. Duh..."

Langkah Saga terhenti di antara pintu ruangan dan taman belakang kala sepasang matanya terpaku pada Netta dan Irvin yang memakai pakaian coople. Netta tengah menopang dagu menghadap Irvin, menunggu suapan kue-kue kering dari cowok itu. Dan Irvin melakukannya dengan sukarela, sesekali mencubit pipi Netta gemas.

Dada Saga berkabut. Sesak dan marah jadi satu. Tangannya terkepal rapat, tak mau mengganggu pesta ulang tahun sahabatnya. Meskipun berat, Saga memilih bertahan. Netta menoleh padanya, melambai ceria dengan wajah Irvin yang tampak berubah ketika mendapati kehadirannya.

Satu alis Saga naik. Cowok itu masih risau dan tak suka ternyata, Saga mengedikkan bahu. Tangannya dicapai Lasi begitu saja, lalu ditarik mendekat. "Aga!" serunya. "Ada gue, tenang aja!" lanjutnya berbisik. "Gue juga jomblo kok."

Kalimat semangat Lasi yang dibalut ejekan itu sukses membuatnya hatinya yang berkecamuk mereda, Saga mengusak rambut Lasi dari samping. Gemas karena cewek itu sangat peka terhadapnya.

Kala mereka tengah makan-makan bersama. Suara deheman canggung memasuki gendang telinga, Pian berdiri di pintu masuk dengan tangan memegang kado. "Woi!"

Prisci yang lebih dulu menghampiri, sambil berkacak pinggang, Prisci menghalangi Pian. "Lo kemana aja sih?! Lama banget tau nggak!"

Kekehan Pian malah membuat Prisci kian cemberut. Remaja itu memberi kado kecil sambil menggaruk bagian belakang kepalanya. "Selamat ulang tahun ya, Pris." katanya, dengan muka menunduk. "Semoga panjang umur."

MANTAN DOI ( TAMAT )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang