Good bye

2.3K 106 14
                                    

Tubuh Cassey membeku, cup iced americano yang dia pengang langsung tergelincir dari tangannya. Saat itu juga seluruh perhatian tertuju pada Cassey, bukan. Kali ini bukan tatapan memuja atau kagum seperti saat pertama kali dia melangkah memasuki cafe ini.

Namun saat ini semua orang menatapnya dengan pandangan jijik dan penuh cemoohan, bahkan dengungan suara bisikan tentangnya bisa dia dengar dengan jelas.

Tubuh Cassey tersentak karena sentuhan di tangannya, Cassey menoleh menatap Noah yang duduk di depannya. Noah menarik Cassey untuk berdiri, membawa Cassey keluar dari cafe itu dengan kaca mata hitam milik Noah.

Ketika Cassey hendak melepaskan kaca mata itu, Noah menahannya.

"Jangan di lepas, aku akan mengantarmu pulang." Cassey terus berjalan dengan wajah menunduk, dia hanya berjalan mengikuti arah kemana Noah menarik tangannya. Cassey mencoba mengacuhkan dengunngan suara orang-orang di dalam cafe yang menggunjingnya.

"Pulang ke rumahmu atau apartrment Zack?" Cassey mendongak, menatap Noah dengan raut wajah bingung.

"Aku rasa sebaiknya ke apartement Zack bukan?" Cassey hanya diam, kembali menundukkan kepalanya. Jujur sekarang Cassey merasa bingung, hatinya menjadi ragu. Apa mungkin Zack masih mau menerima dirinya jika telah mendengar berita itu? Bukankah Zack akan menjadi benci dan jijik padanya?

Cassey tersentak ketika merasakan kedua bahunya di pegang, Cassey mendongak. Menatap Noah,

"Hilangkan semua asumsi burukmu Cass, akan aku antar kau ke apartementnya Zack. Disana lebih aman," tanpa menunggu jawaban atau persetujuan dari Cassey. Noah membuka pintu mobilnya. Mendorong tubuh Cassey pelan untuk duduk di kursi depan.

Dalam perjalanan pulang keheningan terus menyelimuti mobilnya Noah, Noah yang sudah sangat faham bagaimana Cassey. Dia hanya diam, Cassey hanya membutuhkan waktu untuk berfikir. Begitulah Cassey, mau dilarang seberapa kalipun. Cassey masih tetap seperti itu. Orang yang sangat berfikir akan segala hal yang akan dan telah menimpa dirinya.

"Jangan berfikiran semakin buruk Cass, semua itu belum tentu akan seburuk gambaran-gambaran dalam otakmu." ujar Noah ketika Cassey membuka pintu mobil untuk turun. Cassey terdi sejenak, pandangannya kosong.

"Hm," Cassey hanya bergumam, segera menutup pintu mobilnya Noah dan melangkah memasuki lobi. Noah menghela nafas, sebenarnya dia ragu untuk meninggalkan Cassey dalam keadaan seperti ini. Namun ketika mengingat Zack, apalagi setelah Cassey yanh malah menceritakan traumanya pada Zack. Alih-alih pada dirinya, yang notabenya dia adalah sahabat serta dokternya Cassey.

Ya, Noah sudah tau semuanya. Hal yang membuat Cassey trauma, Zack telah menceritakan pada Leon.

***

Cassey terus menggigiti bibir bawahnya dengan gugup, hanya tinggal menarik pintu. Cassey bahkan sudah menscankan kartu akses yang telah Zack berikan padanya. Handle pintu juga sudah terbuka, Cassey menggelengkan kepalanya. Dengan segera Cassey memegang gagang pintu, hendak mendorong membuka pintu tersebut.

"Bukankah sudah aku katakan jangan sampai terlambat!" seketika itu pula tubuh Cassey membeku mendengar suara tingginya Zack yang tidak bisa di katakan pelan.

"Sial! Sebenarnya apa yang kau lakukan hingga keadaan menjadi semakin buruk!"

"Jika keadaan makin memburuk karena berita itu bisa-bisa kita kehilangan banyak koneksi." tangan kanan Cassey yang tadinya menggenggam gagang pintu terkulai jatuh ke samping tubuhnya. Tanpa bisa di tahan, air mata Cassey langsung meluruh membasahi kedua pipinya yang semakin tirus. Cassey membekap mulutnya, menahan suara isakannya.
Ucapan Zack dengan nada tingginya itu memang tidak di tujukan untuk dirinya. Namun kata-kata Zack layaknya cambuk yang seketika membuat Cassey tersadar betapa buruk dirinya.

Dengan segera Cassey berbalik, berjalan dengan cepat keluar dari gedung apartementnya Zack.

***

Cassey menatap kaca kamarnya yang berembun, tidak. Tidak ada lagi air mata yang mengalir di sudut matanya, Cassey rasa air matanya sudah muak untuk keluar lagi.

Hujan masih mengguyur kota New York sejak dia berlari keluar dari gedung apartementnya Zack, tuhan seakan tau betapa buruknya hati Cassey saat ini hingga menurunkan hujan yang amat lebat. Dan Cassey cukup bersyukur akan hal itu, hujan sedikit meredam sesak di dadanya.

Cassey tau, sangat tau bahkan. Suatu saat Zack pasti akan pergi meninggalkannya karena masalalunya. Walaupun tau dan sudah mempersiapkan akan hal tersebut, entah bagaimana dada Cassey masih saja merasa sesak dengan ucapan Zack tadi. Cassey mengusap kedua lengannya, mengurangi dinginnya angin yang berhembus memasuki rumah tua yang dia tempati saat ini.

Ya, Cassey memilih bersembunyi di rumah milik Wendy yang sudah lama di tinggalkan. Karena hanya tempat ini semua orang tidak akan menemukannya, katakan dirinya pengecut karena lebih memilih kabur terlebih dahulu sebelum di usir oleh Zack.

Cassey tersenyum kecut,
"Kenapa juga aku harus bersembunyi, tentu saja Zack tidak akan mencarimu bodoh" gumam Cassey pahit,
Cassey berdiri, berjalan menuju almari tua yang Cassey yakini mungkin ada beberapa lembar kain atau selimut yang dapat menghangatkan tubuhnya.

Dan benar, dalam almari tua itu masih ada selimut tebal walaupun bau apek langsung menguar ketika almari tersebut terbuka. Memang karena rumah ini sudah hampir satu tahun telah di tinggalkan Wendy, jadi hampir semua barang di dalam rumah tersebut sudah tak terawat. Bahkan hanya lampu ruang tamu yang masih dapat menyala,

Rumah Wendy hanya terhalang dua rumah dari rumah Cassey yang dulu, dan Wendy bilang rumahnya memang sengaja di tinggalkan begitu saja. Wendy tidak menguncinya, maka dari itu Cassey dapat masuk rumah tersebut.

Sebenarnya bisa saja Cassey pergi ke hotel karena dia masih membawa dompetnya, namun Cassey tentu memikirkan dampak buruk yang akan terjadi karena berita tadi.

Cassey kembali meringkuk di sofa kecil di ruang tengah, namun kali ini dengan selimut yang membalut tubuhnya. Cassey menyandarkan kepalanya ke sofa, menatap langit gelap yang masih terus mengeluarkan muatannya.

"Ayah, Ibu, haruskah aku pergi sekarang?" lirih Cassey pelan, tatapannya kosong. Cassey menegakkan tubuhnya, mengambil tas kecil yang dia letakkan di meha. Mengambil sebungkus pil dari dalam dompetnya. Cassey menatap pil tersebut, pandangannya kembali kosong.

Pil yang sudah dia pesan secara diam-diam sejak pertama kali menemuinya di pesta dan mengancamnya, Cassey tau semua perbuatannya akan terbuka. Cassey hanya tidak mau di kurung kembali, di masukkan ke rumah sakit jiwa sudah membuatnya ingin mengakhiri hidupnya.

Dan Cassey tidak ingin lagi masuk kedalam penjara, dengan cepat Cassey menelan pil tersebut. Cassey menengadahkan kepalanya, tersenyum pilu melihat bayangan kedua orang tuanya ketika meninggal dalam kecelakaan.

"Ayah, ibu, kita akan bersama kembali." air mata Cassey kembali meluncur, ketika rasa sesak mulai menghantam jantungnya Cassey kembali menyandarkan kepalanya. Rasa lumpuh mulai menjalar tiap jengkal tubuhnya Cassey, hinga semunya menggelap bagi Cassey.

TBC

Aku gk bakal janji buat bs srg up, ggr emg skrg lbh sibuk. Tp aku bakal usahain kl lg ada waktu luang bakal aku up. Kl bs double ya double. Kl gk, ya seenggaknya up 1 chap. Makasihh bgt buat yg udah sabar nunggu dr lama cerita ini di up.

Tertanda bundanya Lele,

Tertanda bundanya Lele,

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
My Lovely Bastard [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang