Sudah satu minggu Zack acuh padanya, bukannya merasa senang Cassey malah merasa tidak nyaman. Zack bahkan secara terang-terangan terlihat menghindarinya, Cassey mengacak rambutnya kesal. Dia tidak peduli beberapa orang di cafe menatapnya heran,
"Jika tiap kesal kau mengusak rambutmu seperti itu, lama-lama kau bisa botak seperti profesor Adam." Cassey menatap pemilik suara itu dengan kesal, Leon.
Leon terkekeh di tatap seperti itu, Cassey memang paling anti dengan profesor Adam. Salah satu dosen ketika mereka masih kuliah, dosen yang botak rambut bagian depannya. Yang berkali-kali membuat Cassey terkena hukuman.
"Jangan sebut-sebut nama kembaranmu sendiri Leon," desis Cassey tajam, Leon tertawa dengan keras. Tidak peduli orang-orang yang menatapnya aneh.
"Oh iya, minggu kemarin kenapa aku terbangun di rumah sakit?" tawa Leon langsung menghilang, Leon berdeham.
"Kau lupa? kau pingsan karena mabuk," Cassey menatap Leon tajam, mencoba mencari kebohongan di matanya.
"Yak! kau lupa? Kau mabuk dan tertidur di balkon, untung aku segera membawamu ke rumah sakit." Cassey memiringkan kepalanya, mencoba mengingat.
"Kau lupa? Kau bercerita di telefon tentang Zack, kalau boleh tau apa yang di lakukan Zack hingga kau mabuk?" Cassey terbatuk,
"Seharusnya aku yang bertanya bagaimana kau bisa terlambat, kau tau. Aku sudah hampir satu jam duduk seperti orang aneh disini," Leon tertawa sumbang, merasa lega Cassey mengalihkan pembicaraan dengan sendirinya.
"Kau tau, aku sibuk sayang." Cassey berdecih,
"Kau bahkan tidak ada saat aku sadar di rumah sakit, jika suster disana tidak memberi tau. Aku kira aku kecelakaan, gegar otak dan lupa ingatan." tawa Leon langsung menggelegar, imajinasi Cassey memang seperti itu. Terlalu berlebihan,
"Kurangilah menonton drama, otakmu sudah benar-benar teracuni." Leon menyentil dahi Cassey, Cassey mengaduh kesakitan. Walaupun tidak sekuat tenaga tetap saja Leon itu laki-laki, tentu saja sentilan itu terasa menyakitkan.
"Lusa malam bisa menjadi pasanganku?" Cassey mengusap dahinya yang masih terasa sakit,
"Pasangan?" Leon menatap Cassey tidak mengerti,
"Hm, pesta ulang tahun perusahaan. Mau ya?" Cassey menggenggam kedua tangannya Leon yang berada di atas meja, benar-benar berharap Leon mengiyakan permintaannya.
"Ah, sebenarnya ingin. Tapi aku harus membereskan sesuatu," Cassey berdecak kesal, menyedekapkan kedua tangannya di depan dada. Wajahnya menekuk, melihat Cassey yang merajuk seperti itu membuat Leon menghela nafas panjang.
"Baiklah, tapi aku harus pergi di tengah acara." Cassey tersenyum lebar, menganggukkan kepalanya antusias.
"Tak apa, aku sudah membuatkan setelan untukmu. Sesuai seleramu,"
"Baru kali ini aku melihat kau antusias pada pesta," Cassey menggedikkan bahunya, menggigit hamburger yang sudah dingin.
"Wendy memaksaku, bahkan dia akan menyeretku kalau aku tidak datang katanya." Leon terkekeh,
"Nah itu baru benar, setidaknya sesekali kau harus keluar, berkumpul, bersenang-senang. Tidak hanya berkutat dengan sketsa dan mesin jahit saja," Cassey hendak protes, namun semuanya harus tertelan kembali ketika suara ponselnya berbunyi.
Cassey mengangkatnya, raut wajah Cassey langsung berubah keruh mendengar ucapan dari orang di seberang telefon. Cassey bahkan hanya bergumam untuk menjawab.
Cassey melemparkan ponselnya di meja, Leon berjengit. Mengambil ponsel itu, memeriksanya. Dan benar, hard case bagian sudut atasnya pecah. Leon menggelengkan kepalanya berdecak heran,
KAMU SEDANG MEMBACA
My Lovely Bastard [On Going]
Romance"Bukankah seharusnya kau berterimakasih, karena aku kau menjadi wanita sukses saat ini." "Dasar Brengsek!" Cassey gadis polos yang miskin, karena rasa sakit yang ditorehkan Zack, kekasihnya. Kini dia menjadi wanita yang sukses dan tak tersentuh. Na...