Keributan di belakang membuat Zack menoleh, dan entah bagaimana perasaan Zack terasa mengganjal."Paman, aku pergi sebentar." ujar Zack cepat, tanpa menunggu jawaban dari Paman Phillip Zack melangkah tergesa menuju kerumunan. Prasangka buruk semakin menggerogoti Zack ketika melihat kerumunan itu tepat berada di depan pintu toilet wanita.
Kerumunan itu membelah, memunculkan sesosok wanita yang Zack kenal baik sedang berada di gendongan seorang laki-laki. Dengan segera Zack berlari, menyusul laki-lagi yang menggendong Cassey yang terlihat tidak sadarkan diri dalam pelukan laki-laki itu.
"Bawa ke mobilku, dia bersamaku." Laki-laki itu mengangguk, berlari mengikuti Zack yang berlari menuju mobilnya. Zack membuka pintu belakang mobilnya, mengambil Cassey dari pelukan laki-laki itu.
"Terimakasih sudah membawanya," ujar Zack sebelum menutup pintu mobilnya dengan tergesa, Zack amat bersyukur. Kali ini dia membawa sopir untuk ke pesta,
"Langsung ke apartement," setelah mengatakan itu, mobil melaju dengan kencang. Zack mengambil ponsel di saku jasnya, menghubungi satu-satunya orang yang biasa menangani Cassey.
'Ya Za-'
"Cassey pingsan!" potong Zack dengan cepat, yang berhasil mendapatkan balasan sumpah serampah dari seberang telefon.
'Sial! Bukankah kau di New York? Allan juga sudah kembali ke Paris.'
Zack menunduk, menatap khawatir pada Cassey yang masih memejamkan matanya dengan wajah pucat. Bahkan suhu tubuh Cassey terasa amat panas, mendengar ucapan Leon semakin membuat Zack bingung.
'Aku tidak ada solusi lain, mengirimkan obatnya saat inipun tidak akan cukup waktunya!' seru Leon tak kalah frustasi dengan Zack,
'Tangani sebisamu Zack, aku sudah benar-benar buntu.'
Zack langsung menutup sambungan telefonnya, mendial nomor Paman Albert.
"Paman, carikan dokter psikolog terbaik yang ada di New York. Kirimkan ke apartementku di New York. Segera," ujar Zack cepat yang langsung mendapatkan respon yang membuat Zack sedikit lega.
"Terimakasih Paman," Zack memutus sambungan telefon, memasukkan kembali ponselnya ke dalam saku jasnya.
Zack mengambil beberapa lembar tisu di kursi belakang kemudi, mengeringkan keringat pada wajahnya Cassey yang masih saja terlihat pucat tapi terus mengeluarkan keringat dingin.
***
Zack bersandar pada tembok di belakangnya, menyedekapkan kedua tangannya. Namun pandangannya terus menatap pada dokter yang tengah memeriksa Cassey yang masih tak sadarkan diri sejak sejam yang lalu,
"Mr. Maxwell bisa bicara di luar?" Zack menegakkan tubuhnya, mengangguk mengiyakan. Keluar dari kamar apartemennya menuju ruang tengah yang langsung di ikuti dokter laki-laki itu,
Zack menuangkan segelas jus jeruk, menyodorkannya pada dokter itu setelah dia duduk di sofa berhadapan dengan Zack. Dokter itu mengangguk,
"Terimakasih," Zack balas mengangguk mengiyakan.
"Jujur pemeriksaannya tidak baik, saya juga sempat membaca riwayat kesehatannya Mrs. Heaton yang di kirimkan Tuan Albert tadi. Dan jujur saya sangat terkejut jika Mrs.Heaton selalu di berikan obat penenang dengan dosis tinggi itu. Mungkin untuk sementara, hanya beberapa kali tidak akan masalah. Namun jika berkepanjangan, otak Mrs.Heaton bisa rusak. Mungkin memang sangat baik, Mrs.Heaton bisa langsung melupakan traumanya." Zack menatap dokter itu dengan pandangan yang sulit di artikan, jujur Zack merasa semakin pusing mendengar apa yang dia dengar baru saja.
"Lalu bagaimana? Sudah berbagai terapi dia lakukan beberapa tahun yang lalu, namun tidak ada yang membuahkan hasil." Ya, Zack tau semua berbagai terapi yang di jalani saat di rumah sakit jiwa. Bahkan kata Leon tidak ada perubahan sedikitpun,
"Sebenarnya, hal terbaik untuk mengatasi trauma adalah menghadapinya. Mrs.Heaton harus menceritakan traumanya yang paling menghantuinya untuk itu, karena pada data pasiennya. Hingga saat ini dia masih bungkam akan hal yang membuatnya tremor," Zack terdiam, merasa semakin bingung akan apa yang harus dia lakukan. Haruskah dia mengorek trauma Cassey yang akan membuat Cassey semakin kesakitan?
"Mungkin memang akan sangat sakit, namun jika tidak memaksanya untuk bercerita. Bukankah Mrs.Heaton akan hidup terus dalam bayang-bayang mimpi buruknya?" ujar dokter itu seakan tau akan apa yang Zack fikirkan.
"Saya tidak akan memberikan obat, karena memang obat hanya sebagai penenang sejenak. Akan lebih baik, saat dia sadar nanti. Dia masih dalam pengaruh tremornya, saat itu anda harus menanyakannya. Hanya itu yang dapat saya sarankan, semuanya tergantung pada anda."
***
Zack menatap Cassey yang masih memejamkam matanya, sambil sesekali Zack mengeringkan keringat dingin yang terus keluar dari dahinya Cassey.
Ucapan dokter tadi terus terngiang di kepalanya Zack. Zack masih ragu untuk melakukannya, tapi jika tidak saat ini juga Zack harus menunggu lagi hingga Cassey berada di titik terendahnya. Karena dari penjelasan dokter tadi, Cassey lebih berkemungkinan besar saat dia tidak sepenuhnya sadar. Sehingga Zack akan tau hal yang membuatnya trauma, dan sebisa mungkin Zack akan mendampingi Cassey untuk menghadapi traumanya.
Zack berjengit, ketika merasakan sepasang lengan merangkul perutnya dengan sangat erat. Zack menunduk, baru menyadari jika Cassey telah tersadar.
Suara isak tangis mulai terdengar, walau suaranya tak jelas karena Cassey merapatkan kepalanya di perutnya Zack. Meredam suara tangisnya, menyembunyikan wajah tersiksanya.
Zack memiringkan tubuhnya menghadap Cassey, merapatkan tubuhnya dengan tubuhnya Cassey yang terasa dingin. Zack membalas pelukan eratnya Cassey, terus menepuk bahunya Cassey.
Zack ingin sekali langsung bertanya, tapi entah kenapa suaranya Zack terasa hanya tertahan di tenggorokan. Walaupun Zack tidak dapat melihat wajah kalut dan ketakutannya Cassey.
Tapi Zack bisa merasakan betapa ketakutannya Cassey dari tubuhnya Cassey yang terus bergetar dengan hebat, suhu tubuhnya yang masih terasa amat dingin padahal Cassey sudah terselimuti bed cover tebal serta di peluk Zack. Dan jangan lupakan pula suara isak tangis Cassey yang pilu, sangat menyayat hati bagi siapapun yang mendengarkannya.
Zack ingin mengangkat beban itu, semua beban yang membuat Cassey sehancur ini. Melihat keadaan Cassey saat ini benar-benar menghantam Zack sampai ke dasar hatinya. Zack kembali menyalahkan perbuatan buruk masa lalunya.
Zack merasa, semua hal buruk yang di pikul Cassey saat ini karena dirinya. Dirinya yang membuat Cassey terpuruk, dirinya yang membuat Cassey kembali hancur. Dirinya yang membuat Cassey harus pergi dari New York. Dirinya,
"Dia datang lagi," Zack tersadar dari lamunannya, menatap ke bawah. Cassey masih pada posisi yang sama dengan tadi, tapi benar Zack mendengar Cassey berbicara.
"Dia datang lagi, dia ingin menghancurkanku, dia ingin membalasku, mereka kembali. Mereka kembali." setelah mengucapkan itu tangis Cassey langsung pecah dengan kerasnya, membuat Zack semakin mengeratkan pelukannya. Merengkuh Cassey untuk menghentikan tubuh Cassey yang bergetar dengan hebatnya, memberikan ketenangan dari ketakutan yang sedang menghantui Cassey.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Lovely Bastard [On Going]
Storie d'amore"Bukankah seharusnya kau berterimakasih, karena aku kau menjadi wanita sukses saat ini." "Dasar Brengsek!" Cassey gadis polos yang miskin, karena rasa sakit yang ditorehkan Zack, kekasihnya. Kini dia menjadi wanita yang sukses dan tak tersentuh. Na...