Tremor

2.8K 118 2
                                    

Cassey tidak buta, sejak memasuki ballroom. Cassey merasakan sepasang mata yang terus menatapnya tajam,

"Kau tau? Zack terlihat ingin menggilasku." bisik Leon yang membuatnya semakin gugup, padahal Cassey ingin mengacuhkannya. Seolah tidak ada apa-apa,

"Ayolah sayang, jangan bilang kau masih menggantungkannya?" Cassey mendongak, menatap wajah jailnya Leon dengan kesal.

"Aku menyesal mengajakmu," Leon tertawa,

"Sudah tau aku usil, kau malah mempertemukan aku dengan Zack. Jadi jangan kesal jika aku menggodamu terus," Cassey mencubit pinggangnya Leon, Leon mengaduh kesakitan.

"Sakit Cass,"
"Makanya diam," Cassey menatap Leon dengan mata melotot,

"Bagaimana jika aku menyapanya ya?" Cassey langsung gelagapan, Cassey tau jelas maksud Leon untuk betemu dengan Zack. Dan Cassey tidak mau itu terjadi,

"Tidak!"

"Ayolah sayang, aku hanya ingin mendorongnya agar dia semakin cepat membuatmu sadar."

"Tidak! Sebenarnya kau ini teman siapa?! Kenapa kau selalu membela Zack!"

"Aku temanmu, makanya aku tidak mau kau menyesal. Ayo!" Leon melingkarkan tangannya pada pinggangnya Cassey, agar lebih mudah menyeret Cassey.

Cassey mengkakukan tubuhnya, dengan tujuan agar Leon tidak bisa menyeretnya. Namun Leon tetaplah laki-laki, tenaganya lebih kuat dari Cassey. Hingga ketika jarak sudah dekat dengan mejanya Zack, Cassey menyerah. Dia berjalan menuruti Leon.

"Hai? Bisa gabung?" Sapa Leon ramah,

"Silahkan," balas Rey dengan senyum merekah, Cassey melirik ke arah Zack. Cassey bersyukur, Zack sedang menatap gelas wine yang dia pegang. Cassey tidak bisa membayangkan, jika saja saat dia melirik. Zack sedang menatapnya, Cassey begidik ngeri.

"Aku Leon, Asistannya Cassey." Leon menyodorkan tangannya pada Rey yang langsung di balas oleh Rey, Cassey sangat bersyukur Leon adalah orang yang sangat peka. Sehingga Leon tau diri untuk tidak menyodorkan tangannya pada Zack yang terlihat tidak peduli akan keberadaannya dan Leon.

"Kau terlihat elegan malam ini Cass," Cassey menoleh, menatap Rey.

"Terimakasih, kau juga Leon."

"Aku tidak pernah melihatmu di samping Cassey?" pertanyaan Rey tersebut bersambung obrolan panjang dengan Leon, memang Leon orangnya mudah bergaul. Bertemu dengan Rey yang cerewet, tentu saja mereka langsubg akrab. Banyak hal yang mereka perbincangkan, Cassey bahkan hanya menjadi pendengar sambil sesekali memperhatikan sekitar.

Cassey menatap takjub pada dekorasi ruang, panggung dan segala hal dalam ballroom gedung agensi yang baru Cassey tau. Karena memang kata Wendy, ballroom ini hanya digunakan khusus untuk acara pesta kantor. Jadi untuk hari-hari biasa ruangan ini tidak di buka untuk umum,

Ketika turun dari mobil tadi Cassey cukup bingung, dia kira dirinya juga harus lewat red carpet untuk memasuki gedung. Untung ada seorang pegawai yang lewat masuk menggunakan pintu lain, sehingga Cassey bisa mengikutinya.

Cassey melirik Zack, Zack masih acuh dengan keadaannya. Entah, itu malah membuat Cassey merasa semakin tidak nyaman karena sikap tidak pedulinya Zack.

"Maaf, aku akan menemui Wendy." Rey dan Leon langsung mengiyakan, dengan segera Cassey melangkah menjauh. Matanya menatap seluruh ruangan, mencari sosok Wendy.

"Hei!" Cassey terlonjak mendapat tepukan di bahunya dari belakang, Cassey berbalik.

"Oh! Maaf aku mengejutkanmu." Cassey menggaruk tengkuknya, menatap malu pada Becca.

"Sendiri?" Becca mengangguk,

"Kau mencari seseorang?" Cassey mengangguk,

"Tadinya, tapi aku rasa bisa nanti. Mau cocktail?" Becca menggeleng, mengangkat gelas cocktail yang telah dia pegang.

"Ayo aku temani mengambilnya, tidak baik sendiri di pesta semeriah ini." Cassey tertawa, mengangguk mengiyakan perkataan Becca.

 
               \*\*\*
 

Cassey memutar gelas winenya, menatap Becca yang tadi baru saja di panggil Zack untuk ke samping panggung. Anggap saja Cassey pengecut, ketika melihat Zack melangkah mendekatinya dan Becca yang awalnya sedang berbincang. Cassey langsung undur diri ada keperluan dengan Becca sebelum Zack sampai,

Cassey masih belum siap bertatap langsung dengan Zack, apalagi berbicara. Cassey masih sangat malu mengingat ciuman beberapa hari yang lalu, Cassey menggelengkan kepalanya. Ugh, dia benar-benar ingin melupakan hal itu. Bahkan tuxedonya Zack hanya dia titipkan lewat Becca,

"Nona?" Bahu Cassey di tepuk, ketika Cassey menoleh. Cassey mendapati seorang pelayan perempuan berdiri di belakangnya,

"Ya?" Pelayan itu menyodorkan nampannya yang terdapat sebuah kotak kecil berbalut beludru warna merah mencolok, seperti kotak cincin.

"Ada yang menitipkan ini untuk anda,"

"Aku? Kau tidak salah orang?" Cassey menatap heran,

"Tidak, orang tadi jelas menunjuk anda." Cassey mengambil kotak itu,

"Dari siapa?" pelayan itu menggeleng,

"Dia tidak mengatakan namanya, hanya saja dia berpesan. Jika anda ingin tau, anda bisa membuka kotak itu." setelah mengatakan hal itu, pelayan itu langsung berbalik pergi. Cassey menatap kotak itu bingung, Cassey meletakkan gelas yang dia pegang.

Membuka kotak merah tersebut, dahi Cassey semakin berkerut bingung ketika menemukan kertas memo di dalamnya.

'Lihatlah ke meja hidangan yang ada di pojok ruang.'

Cassey mengangkat kepalanya, matanua mengedar di ruangan. Mencari  meja hidangan yang berada di pojok, ketika menemukan meja yang di maksud. Cassey bergegas melangkah mendekati meja tersebut,

Di atas meja terdapat berbagai hidangan, tapi hanya sebuah hidangan di pojok meja masih tertutup rapat. Entah kenapa, Cassey merasakan firasat buruk. Apalagi ketika menemukan sebuah memo lagi yang tertempel pada tutup hidangan tersebut.

'Untuk adikku tersayang, Cassey.'

Cassey mulai merasakan badannya bergetar sangat hebat, Cassey belum mencerna apa yang terjadi. Tapi tubuhnya langsung bereaksi terlebih dahulu, Cassey ingin menjauh. Tapi kakinya seolah tidak bisa di gerakkan sama sekali,

"Cassey? Bukankah ini namamu? Sejak kapan kau punya kakak?" Wendy muncul di sampingnya Cassey menatap hidangan tersebut dengan takjub,

"Wah, kakakmu benar-benar manis. Bahkan kau sampai terdiam." Wendy menyenggol pelan bahunya Cassey,

"Akan aku bukakan," Cassey hendak melarang, tapi suara berisik tutup besi itu jatuh ke lantai disertai teriakan nyaring dari Wendy. Membuat tenggorokan Cassey tercekat,

Cassey melihat, melihat dengan jelas isi dari tutup itu. Dua buah bola mata manusia yang di tusuk dengan sumpit besi, bau anyir darah manusia semakin membuat tenggorokannya tercekat. Badan Cassey bergetar hebat,

Kilasan samar terus berputar pada otaknya, pukulan dengan cambuk, teriakan minta tolong, minta ampun. Tangan yang memegang sumpit besi melayang, menusuk tepat pada mata kanan seorang laki-laki tua tambun. Teriakan memekakan, Darah, dan darah.

Cassey menutup telinganya, meredam telinganya agar tidak mendengar teriakan yang memekakan telinganya. Cassey berteriak, berharap teriakannya dapat menyamarkan teriakan yang menyakitkan tersebut.

Cassey merasakan tubuhnya di goyang beberapa kali, dengan susah payah Cassey mencoba membuka matanya. Cassey menemukan seorang laki-laki tinggi sedang merengkuh kedua bahunya, laki-laki itu terus berbicara. Tapi entah kenapa Cassey tidak dapat mendengarkan sepatah katapun dari laki-laki itu.

Cassey menutup matanya, berteriak sekuat tenaga. Setelah itu semuanya gelap, tubuh Cassey serasa ringan. Seakan melayang.

My Lovely Bastard [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang