Dua Emot Tertawa-----------------------------------------------------------------
Kata bung fiersa, hidup itu simple. Manusianya saja yang ribet.
Kalau cinta bilang, kalau rindu temui.
Terkadang gengsi menjadi alasan penghambat setiap gerakan.
I think, ada benarnya juga untuk berhenti mempertahankan imej demi menanyakan hal yang seharusnya memang dipertanyakan.
Untuk mendapat sebuah pernyataan memang tidak cukup hanya diam, apalagi untuk ukuran tipikal manusia yang tak peka sepertimu
Ralat, kau peka tapi memilih tidak peduli.Padahal dulu kau tak begitu,
Barangkali kau tak berubah, hanya saja sekarang telah membuka topeng.
Atau bisa jadi kau jenuh, risih dengan keberadaanku.Ah aku jadi rindu dengan sapaanmu.
Dulu kau tak sungkan memulai perbincangan, selalu saja ada topik pembahasan.Kegabutan memang memanipulasi dan bikin salah paham terkadang.
Pada titik terlelah menunggu, kuberanikan memberondong beribu tanya yang dulu hanya mengendap di kepala.
Jariku lincah mengetik, cerewet sekali ia mengulik.Dari sekian banyaknya aksara yang terangkai rapi maknanya, hanya ada tiga kata yang lolos; "Kritik Aku dong,"
Centang satu.
Setiap sekian detik, kucek room chat.
Percuma saja, menjadi misterius adalah jalan ninjamu.
Tidak ada kata centang dua biru, katamu dunia watsaappmu abu-abu.
Mengingat hal sesederhana itu, cukup menggelitik qolbu.Lama.
Sembari menonton tekotok, kuhitung tiktok-tiktok.
Belum dibales juga, kualihkan menyimak ikatan cinta.
Aduhai Andin, sangat uwu bersama mas Al.
Kapan kita begitu?
Bayangmu berdecih, lalu menyinyir "in your dream!"Notifikasi khusus masuk,
terjadilah percakapan menusuk, menghancurkan segala hal indah yang sampai pada kalimat "semoga saja"
Hancur lebur segala halu-halu kemarin.
Demi membentengi hati, kontakmu kublok.
Berlangsung lima detik, kubuka kembali.
tak kutanggapi lagi, apapun ketikanmu.
Apa yang kubaca tak henti kucerna dengan susah payah lapang dada.Lalu lahirlah sebuah puisi pada status, kau membalasnya dengan serangkaian kata yang terdengar seperti "Sayonara"
Hanya kubaca.
Kehabisan kata untuk menanggapinya.
Barangkali kau malu dengan ungkapanmu, tak lama kau menarik seluruh chatmu.
Setelah kupikir kau telah terlelap, barulah kubalas dengan beribu huruf yang cukup membuat pegal jari.
Esoknya, hanya emotikon tertawa yang mewakili apa yang kau rasa
Barangkali kau meremehkan aku yang mudah terpesona.
Barangkali bagimu perasaanku cuma bercandaCukup tolong, usaikan saja.
______________________________________
KAMU SEDANG MEMBACA
Denyut Jari
PoetryKetika jantung berdetak, segenap kata tercetak. Ketika kepala mulai mengalirkan resah, jari-jari spontanitas melakukan upaya abadi. Segenap kalimat ini untuk aku, di masa depan. Apakah masih berpijak pada garis yang sama, atau telah bergerak masif...