Kapasitas kecewa terbesar adalah kecewa yang lahir dari orang yang dikira tidak berpotensi akan mengecewakan, dari orang yang dikira adalah sumber hiburan kala hati tengah dirundung kepedihan, dari orang yang telah kita curhati tanpa sekat filter cerita, segalanya ditumpahkan begitu saja.
Lalu kenyamanan membuat lupa, sehingga spontanitas mengenalkan kekurangan tanpa beban. Menunjukan letak kelemahan tanpa berpikir apakah kelak ketika renggang mulai hinggap segala hal ini akan berujung pada penyesalan.Setelah semua tak sama, barulah muncul niatan untuk menarik kembali apa-apa yang pernah diucapkan kala terbuai atas perasaan yang kita ciptakan tanpa timbal balik yang diharapkan.
Tapi ya sudahlah, tak ada yang perlu disedihkan. Yang telah terjadi biarlah menjadi sumber pembelajaran.
Sudah kuputuskan untuk menjadi pecinta yang tak egois, meski di dalam sana terselip celah untuk ingat segala yang telah terlewat. Hati masih belum percaya, atas apa yang aku ketahui lewat jalur katanya.
Haruskah aku bertanya?
Mempermantap fakta dan data
Membunuh gengsi sekali lagi
Untuk memastikan hal ironi
Namun sepertinya, logika tidak rela martabatku dipermalukan jika ternyata segala narasi tersebut adalah kenyataan.Obsi terakhirnya adalah aku harus pura-pura tidak peduli, pura-pura telah benar-benar menerima tanpa luka. Memasang postingan di sosial media dengan caption sok bahagia, lalu berhenti mengusikmu demi terciptanya stabilitas hubungan kalian agar tetap baik-baik saja.
Barangkali ada atau tidaknya aku di antara kalian memang tidak berpengaruh apa-apa, tapi aku cukup tau diri untuk membatasi komunikasi sehingga tidak akan ada rasa yang bermutasi, tumbuh lagi.
Oke, dalam rangka untuk melupakan aku butuh banyak kegiatan sembari membangun benteng pertahanan perasaan. Pertama, kegiatan mencintai diri sendiri. Dengan begitu, perlahan cintaku pada sosok akan sedikit teralihkan.
Kedua, kegiatan menjinakan mindset dan hati. Ketiga, menyeimbangkan logika dan intuisi.Segitu dulu, semoga cukup membantu.
__________
.
KAMU SEDANG MEMBACA
Denyut Jari
PoetryKetika jantung berdetak, segenap kata tercetak. Ketika kepala mulai mengalirkan resah, jari-jari spontanitas melakukan upaya abadi. Segenap kalimat ini untuk aku, di masa depan. Apakah masih berpijak pada garis yang sama, atau telah bergerak masif...