Ra, aku mengupayakan untuk membuka hati pada lelaki selainmu.
Mengopi dengan banyak orang, diskusi keilmuan, deeptalk, nobar film dokumenter, dan seluruh hal yang pernah kulakukan bersamamu.Namun Ra, sekian senja yang kunikmati bersama selainmu tidak seistimewa itu.
Kukira aku cuma rindu moment, bukan kau secara personal.
Kukira akan ada yang bisa menggantikan posisimu disetiap kehampaan yang saat ini setia merundungku setiap malam.Kau tau?
Seribu diksi motivasi, ternyata tidak lebih setara dengan pertanyaan sederhanamu berupa ‘’Gimana, Na?’’Kita lebih dari sekedar asing, hari ini Ra.
Dan skenario di kepalaku mencipta halu yang sinting.
Kelak, kau akan pulang padaku membawa dua anting
Yang filosofinya adalah kita yang kembali dengan versi terbaik menjadi sepasang yang saling
Aku lupa mengenai konsep premeditatio malorum
Barangkali kelak hatiku akan kau buat hancur berkeping-kepingRa, aku sama sekali tak ingin mengejarmu.
Kau merdeka atas berprosesmu
Dan aku merdeka untuk menunggumu
Kita tak saling menjajah bukan?Ra, aku benar-benar rindu ditanya untuk bercerita
Walaupun aku sedang berusaha untuk menjadi pribadi dengan positive vibes yang tidak akan ada habisnya,
Aku harus bagaimana untuk melupa
Atau kau yang harus bagaimana untuk tak mempesonaOiya aku jadi ingat momen di Kitra-kitri
Lucu sekali, kau seperti tersakiti mendengar mantanmu sekarang tak lagi sendiri
Dan aku bukan seperti lagi, aku dua kali lebih sakit dengan kepalsuan ekspresi,
Tawamu yang tak lepas, sudah cukup menjadi bukti
Barangkali mantanmu masih memiliki ruang istimewa yang kau benahiKita seperti rantai galmov yang pura-pura saling mengelabuhi.
Purwokerto, 16 November 2022
KAMU SEDANG MEMBACA
Denyut Jari
PoetryKetika jantung berdetak, segenap kata tercetak. Ketika kepala mulai mengalirkan resah, jari-jari spontanitas melakukan upaya abadi. Segenap kalimat ini untuk aku, di masa depan. Apakah masih berpijak pada garis yang sama, atau telah bergerak masif...