Catatan 12

22 2 0
                                    


Purwokerto, 21 Juli 2021
Pada jalan berliku, segala sendu melahirkan kisah-kisah ambigu baru.


________________________________________________

Ada yang lebih penting dari sekedar ungkapan "i love you"
yakni bertindak me-love-kan you
Ada yang lebih mendebarkan dari sebuah "i miss you"
yakni dihantam daya ingat all about you.
makin dewasa, sebuah hubungan sesederhana "jalanin aja dulu" memang serumit itu. Kita dipaksa untuk berjalan sekarang, yang kelak tanpa kepastian masih saling beriringan atau barang kali selepas tau kekurangan akan saling meninggalkan.
Sejauh ini, bagiku menerima apa adanya hanyalah mitos yang menjelajah dari telinga naif ke telinga defensif.
Polarisasi yang sama, membuatku jenuh menebak plot wist perihal asmara.
Naksir- Kepo - nyaman - kagum- kasmaran- buruknya keliatan- jenuh- tinggal kenangan.

Klise sekali bukan?

Sebuah kepastian...
Memang, tidak ada manusia yang bisa menerka masa depan. Lalu segunung janji tak menjadi sesuatu yang istimewa lagi.
Sebab dipecundangi rancangan yang menyilaukan, kita jadi lupa caranya maracik ulang harapan.

Ketika kutanya, jadi sebenarnya kita adalah apa?
Bukan berarti didalamnya tersirat tuntutan kelak kita akan jadi apa-apa, lalu kau dongengkan cinderela yang akan bahagia dengan pangeran selamanya. Tidak.
Aku hanya hati-hati.
Bercandaanmu yang baru-baru ini mengandung unsur cinta dengan segala badutnya cukup membuatku waspada akan adanya sebuah luka.

Adakalanya, praduga selangkah lebih beresiko menghancurkan daripada real yang terjadi senyata-nyatanya.
Kesalah pahaman memaknai rasa, jauh lebih mengerikan daripada dipisahkan orang ketiga.

Sepertinya telah menjadi rahasia umum, wanita yang sayang dirinya sendiri pasti membenci sesuatu yang merugi.
Sama halnya ketika kita telah berlelah-lelah menjaga hati, namun tidak ada hak untuk mencemburui. Kita telah menolak berbagai peluang bahagia, demi satu manusia yang entah memiliki visi misi pada satu muara yang sama atau malah hanya kebetulan sealiran tetapi diam-diam memiliki cabang.
Kita tidak pernah tau segala hal terselubung yang ditutupi tabir bernama topeng sikap.

"Jika kita takan pernah menjadi apa-apa, setidaknya kita telah menciptakan sebuah peristiwa. " inilah percakapan antara nalar hati dengan nalar kepala.

"Barangkali kau hanyalah penepis sepinya semata, " omel logika

"setidaknya aku berguna untuknya, meski tak menjadi yang teristimewa, " jawab hati

Lalu pertengkaran ini, tidak akan habis sampai pagi.
Begitulah yang terjadi setiap malam, saat objek pembicaraan sedang lelap-lelapnya.

Sisanya paradoks, hingga kau sematkan apa yang selama ini diimpikan.

Denyut JariTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang