Catatan 16

29 1 0
                                    

Mempertanyakan Cinta?

Pertanyaan soal apa itu cinta selalu menjadi topik yang tidak pernah lekang oleh waktu semenjak Aku mengusaikan hubungan asmara dengan sosok terakhir yang berhasil mematahkan hati.

Konon, cinta adalah sesuatu yang ketika ditafsirkan detik itu juga ia akan kehilangan
maknanya.
Konon, cinta adalah sesuatu yang membuat seseorang melakukan berbagai hal tanpa alasan demi kebahagiaan cintanya.
Konon, cinta adalah bersamanya kita hanya mengenal memberi dan memberi tanpa memikirkan timbalan balik.

Cinta seorang ibu pada anaknya, cinta Tuhan kepada hambaNya.
Cinta yang demikian sama sekali tidak menguntungkan kedua belah pihak.
Apa untungnya Ibu mengasihi buah hatinya sedangkan dalam parameter pembalas budian kasih ibu tak terhingga sepanjang masa, hanya memberi tak harap kembali?
Apa untungnya Tuhan mengasihi makhluk-makhlukNya yang kerap kali tidak tahu diri berbuat semena-mena di bumi?

Sebagai wanita dengan berbagai stigma yang menempel pada pundaknya, tuntutan untuk menikah cukup bising dari satu basa-basi ke basa basi lainnya.

Lekas menikah, nanti kalau kelamaan jadi perawan tua,loh.
Ayo menikah, ketuaan nanti semakin layu.

Ya kami bukan barang yang bisa kadaluarsa, kami juga bukan properti publik yang setiap berulah selalu menjadi pusat perhatian yang disetting sedemikian rupa. Kami merdeka atas tubuh kami sendiri. Merdeka mempertimbangkan kapan menikah, bukan soal cepat atau tidak. Tetapi bahagia atau tidak. Mencintai sebenar-benarnya atau tidak.

Makna cinta yang makin abu-abu, strereotip masyarakat yang kian membiru semakin ruwet di kepalaku.

Baiklah, mari kita menyepakatkan diri untuk saling menghargai.
Boleh jadi rekomendasi untuk lekas menikah memanglah baik, tapi bagaimana dengan keadaan hati yang terlanjur hampir dikatakan telah mati?

Kapan terakhir kali Aku merasakan salah tingkah dengan jantung berdebar sebab melihat siluet seseorang?
Mungkin beberapa saat yang lalu, suatu malam di alun-alun purwokerto. Tapi hanya sekilas, dan karena sebuah trauma Aku takut menafsirkan ini sebagai cinta pandangan pertama.

Segera kutepis segala pemikiran mengenai asmaraloka.

Aku ingin mencintai semua orang sebagai wujud dari sebuah naluri kemanusiaan.
Semoga setelah ini, sinyal hati tidak lagi salah berbunyi lagi.

Selamat malam

Denyut JariTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang