Semesta kembali bercanda.
13 Juni 2021_____________________________________________
Mengabadikan bulan Juni, ternyata seindah puisinya sapardi.
Kurang lebih begini, ketika telah kuputuskan untuk mengunci rapat-rapat pintu hati, karena telah terlukai oleh sosok yang menjadi objek dalam tulisan sebelum ini. Tiba-tiba semesta mengonspirasikan pertemuan baru dengan sosok lain. Padahal logika belum sepenuhnya yakin, tetapi lagi-lagi hati egoisnya bukan main.
Senja selalu punya daya magis untuk menyulap moment menjadi manis, seperti kala itu tatkala mega beragam warna mempercantik angkasa. Aku menikmati masa yang mencetak detak-detak tak biasa, di keheningan lajuan angin yang mengiringi rekaman mata.Lantas apakah aku wanita labil?
Yang kemarin dengan penuh kesadaran mendeklarasikan diri untuk mematikan rasa perihal asmara, padahal sekarang kewalahan menghadapi polarisasi yang sama?Aku kembali terhipnotis akan pesona seorang pria, hatiku menghianati logika, aku terluka menyadarinya.
Lalu untuk mengamankan segalanya, aku bersikap seolah biasa saja. Menjadi munafik adalah cara untuk menjadikan semuanya biasa saja.Namun na'as.
Menjadi tipikal wanita dengan jari hobi menari di atas pena adakalanya menjadi bumerang tersendiri pada masa-masa yang tak kita sadari.Singkatnya begini, ketika kita mengira sosok yang dituliskan tidak akan hadir sebagai pembaca justru dia adalah pelanggan aksara setia yang diam-diam menyimak tulisan kita, kendati demikian maka terungkap segala fakta.
Yeah ini terjadi padaku.
Ternyata mencintai dalam diam tak semudah itu.
Aku dipecundangi realita kembali, padahal harapan tak sekalipun kuekspetasikan karena berkali-kali mendapati penghianatan.
Aku benar-benar dihantui bayangan bernama perpisahan, digerayangi hal semu tentang kecanggungan.
Meski katamu tiada yang canggung, tapi bagiku ini hanyalah kepura-puraan.Malam itu, kau tau segalanya. Serasa dikuliti seluruhnya, aku tak memiliki senjata untuk membela, hanya tersisa alibi yang tak mungkin mampu memanipulasi.
Kau adalah jelmaan kancil abad ini, menganalisis data dengan tebakan di atas rata-rata. Detik itu juga, aku terkalahkan dari peperangan bernama penyamaran.Benar-benar memalukan, aku ingin berteriak menegaskan bahwa aku bukanlah tipikal wanita pengobsesi pacaran. Kukira mencintai makhluk tidak selamanya dirayakan dengan hubungan kemesraan.
Jadi sebetulnya tanpa kau jelaskan isi kepalamu, hal seperti itu memang telah melekat dalam kepalaku.Kita seperti pinang di belah dua dengan letak yang tak simetris. Segala bentrokan yang ada, segala argumen yang membentuk pemikiran kita adakalanya berbeda.
Namun terlepas dari itu semua, kita tetaplah pinang yang sama.Biarlah selamanya hubungan ini tetap sedinamis diskusi yang diagendakan setiap kita duduk bersama. Sederhana, tetapi lebih dari cukup membuatku merasa istimewa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Denyut Jari
PoetryKetika jantung berdetak, segenap kata tercetak. Ketika kepala mulai mengalirkan resah, jari-jari spontanitas melakukan upaya abadi. Segenap kalimat ini untuk aku, di masa depan. Apakah masih berpijak pada garis yang sama, atau telah bergerak masif...