Catatan 27: Realisme Anbucinis

10 0 0
                                    

Kelak, tidak akan mudah bagi seseorang untuk melampaui batas perasaanku.
Ia akan kubuat terlunta-unta agar tidak pernah sama sekali menetap, hanya untuk melihat, seberapa besar tekadnya dalam menempuh Aku.

Aku, lebih memilih menjadi kesepian, dibandingkan terlibat dengan lelaki yang gemar menggampangkan perempuannya.

Mencintai adalah keputusan untuk menerima resiko dipecundangi, Aku tidak akan menikah, kecuali dengan lelaki yang berkali-kali meyakinkan secara tindakan, dalam kembali memulihkan kepercayaan.

Semoga, Aku tidak dipertemukan dengan karakter-karakter se-red flagg yang sudah-sudah. Mungkin, sementara waktu, Aku tidak akan berkencan dengan lelaki berinisial tertentu.

Entah bagaimana ceritanya, beberapa lelaki yang menorehkan luka, berhuruf konsonan yang sama. Sebuah alasan kesal yang tak masuk akal.

Sepertinya, demi stabilitas rasa, Aku tak perlu lagi, membuat pertemuan yang berakhir sia-sia. Kali ini, Aku ingin lekas lulus, fokus belajar nan asah skill, serta bekerja dengan giat.

Semoga dengan begitu, bisa memudarkan kedengkian, terhadap sepasang serasi yang tak punya empati, membandingkan bagaimana mereka berasmaraloka layaknya dewi-dewa.

Kelak, kuceritakan hal-hal mengenaskan jiwa ini, untukmu. Seseorang yang berhasil membuka topeng bersahajaku.

Bahwa, menjadi independen adalah pembiasaan, bukan keinginan sungguhan. Bahwa, menjadi kuat merupakan kepura-puraan yang diyakini menjelma sugesti baik untuk bertahan.

Pernah kah kau kecewa namun kehilangan daya duka?
Sakitnya tak lagi bernyawa, sebab terlalu sering menjumpa.

Jangtungmu, tak lagi berpacu.
Sebab, ia hanya de javu.

Ia tidak menemukan kebaruan dalam pola sembilu, sayatannya hanya menjadi lebih ungu.

Aku telah sedemikian muak, namun masih ada sisa-sisa naluri bayi.
Paling tidak, di sela-sela aktivitas penuh tekanan, ada satu suport system yang tulus mengungkapkan ‘’Uthu-uthu sayang,’’ dengan bahasanya sendiri.

Denyut JariTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang