Sebelas Juli, ketika hati kembali dikelabui
_______________________________________
Bila daun-daun kering yang berguguran bisa pasrah menerima takdirnya dihempas, maka tiada bedanya dengan aku; hambaNya yang amatir.
Seperti tanah kinipan yang kian digerogoti pabrik industri, reboisasi hanyalah omong kosong petinggi yang melelahkan bila dinanti.Pun demikian rupa hati.
Gersang, dihujani janji dan harapan yang ujungnya hanyalah angin lalu tak bertuan.Belajar dari ramainya isu the king of lip service, kukira tabiat ini hanyalah milik penguasa... Ternyata ada salah satu rakyatnya yang terjangkit.
Menawarkan moment-moment fantastik, menebar segala daya tarik.
Kemudian menjelma tetua partai banteng merah, menduduki julukan The king of ghosting.Kukira isu soal the king of silent hanya menimpa wapres, ternyata salah satu rakyat Indonesia yang kemarin malam berbincang banyak hal hingga fajar sodiq menjelang kini menghilang.
Silent, diam.
Diam-diam telah menemukan mainan barunya.Dalam rangka waspada, untuk mengvaksin luka-luka lama agaknya memang harus menerapkan 3M; memanipulasi, membentengi diri, menyiapkan boomerang jika baper sendirian.
Demi kesehatan hati, tetap terapkan protokol kesepian yang berlaku.
Berjibaku dengan hampa, tanpa melibatkan rasa. Kita lihat seberapa bertahan dia melakukan siasat, kita serang balik ketika penat. Dengan langkah anggun tentu saja.
Jangan lupa memasker denyut jantung, biar tak teranalisa detaknya. Sebab, setelah patah yang kesekian kalinya aku baru menyadari bahwa berdebar tak selamanya menandakan sedang jatuh cinta.Ibarat sedang berperang.
pemain rasa adalah musuh, maka ketika jantung berpacu cepat; pertanda musuh telah dekat. Jadi bukan karena kita yang terpikat.Wah malam minggu yang penuh kegabutan ini biarlah berlalu damai tanpa dendam, adakalanya yang singkat-singkat memang lekas kadaluarsa rasanya. Tapi setidaknya kita telah berupaya untuk menciptakan sebuah peristiwa. Terlepas dari tragis ataukah manis.
KAMU SEDANG MEMBACA
Denyut Jari
PoetryKetika jantung berdetak, segenap kata tercetak. Ketika kepala mulai mengalirkan resah, jari-jari spontanitas melakukan upaya abadi. Segenap kalimat ini untuk aku, di masa depan. Apakah masih berpijak pada garis yang sama, atau telah bergerak masif...