"It's all my fault, for not being there when you need me."
🐻🐻🐻
Keesokan harinya, mood Vanya jadi tidak terlalu baik.
Gadis itu harus melewati malam panjang akibat omongan Beomgyu kemarin siang dan bertarung dengan pikiran sendiri soal apa yang paling baik untuk dilakukan. Gadis itu bahkan menolak untuk menjawab saat ditanyai Soobin, atau pun Yeonjun yang terheran-heran karena seingatnya ini bukanlah jadwal menstruasi yang biasa sudah Yeonjun hapal dengan baik.
Bukan. Mood Vanya hanya terganggu separah itu. Barangkali gadis itu kesulitan mengendalikan emosinya.
Lihatlah. Bahkan jarang-jarang sekali Choi Vanya ikut pulang dan mampir ke rumah Yeonjun hanya berharap agar isi pikirannya bisa lebih baik.
"Kau yakin tak masalah mampir ke rumahku begini?" tanya Yeonjun saat mereka berdua sudah tiba di teras rumahnya. Pemuda itu merogoh saku celana seragamnya guna mencari kunci rumah, secara takkan ada yang menghuni rumah tepat setelah dirinya dan kedua orang tuanya berangkat untuk kesibukan masing-masing sejak pagi.
"Apa kau keberatan aku mampir?" respon Vanya malas.
Yeonjun langsung memasang raut terkejut. "Yak! Bukan begitu." Hadeuh, sulitnya menghadapi Vanya mode sensi begini. Untung aku sudah terlatih. "Tapi, 'kan, kau itu sudah punya adik di rumah, dan bukankah biasanya sudah jadi rutinitasmu menemani dan memastikan dia baik?"
"Dia itu bukan bayi. Dia bisa mengurus dirinya sendiri," balas si gadis, melengos masuk ke kediaman sang sobat, bagaikan itu adalah rumahnya sendiri.
Yeonjun memandang penuh sabar, menyusul masuk.
"Rumahmu hampa sekali."
"Berlebihan. Ini tak jauh berbeda dari rumahmu, tuh," ledek Yeonjun, tak mau kalah.
"Jadi, kau selalu sendirian seharian dengan keadaan begini kalau tidak main ke rumahku?"
"Masih tanya?" kata Yeonjun, menaruh tas secara sembarang ke sofa dan mulai membenarkan letak stoples dan wadah camilannya semalam yang masih tergeletak berantakan di sana. "Sudah jadi rutinitasku main ke rumahmu sejak awal, kukira kau sudah tahu alasan itu."
"Huh, dasar sad boy."
"Ya, terus saja meledekku begitu."
Vanya menghempaskan duduk ke salah satu sofa, menghembus napas dalam. Rasanya beban di pundaknya itu terus kembali lagi tanpa tanda-tanda akan sirna tiap dia mengingat omongan Beomgyu kemarin.
"Dia masih mengawasiku dan takkan biarkan aku bahagia."
"Ahhh, apa yang terjadi dengan anak itu sebenarnya...." gumam Vanya, memejamkan mata.
KAMU SEDANG MEMBACA
[✓] NEVER ENDING STORY
FanfictionMenggemaskan, cerdas dan selalu bersemangat adalah kata-kata yang sangat menggambarkan seorang Choi Beomgyu. Namun, tragedi terjadi. Mengubah kepribadian anak itu seratus delapan puluh derajat! ⚠️ 𝐖𝐀𝐑𝐍 -- 𝐃𝐄𝐏𝐈𝐂𝐓𝐈𝐎𝐍𝐒 𝐎𝐅 𝐌𝐄𝐍𝐓𝐀𝐋 �...