02. Death

4.6K 776 295
                                    

"I'll save you, although this is gonna be a never ending story

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"I'll save you, although this is gonna be a never ending story."

🐻🐻🐻

Setidaknya Vanya belum bisa terbiasa bahkan setelah seminggu berlalu masa pendekatannya dengan si adik baru. Beomgyu masih terlalu misterius untuknya. Dan perubahan itu benar-benar terasa saat si gadis seolah dipaksa harus tinggal satu atap dengan anak itu. Vanya tidak tahu dengan kata apa selain takut untuk menggambarkan apa yang tengah ia rasakan saat ini.

Penculikan satu tahun yang lalu benar-benar sudah merusak mental seorang Choi Beomgyu, adik sepupu keasayangannya yang periang.

Vanya masih ingat Beomgyu yang hobi memanjat pohon di halaman belakang, atau tergantung dengan posisi terbalik. Vanya masih ingat dirinya dan Beomgyu pernah dengan iseng menjatuhkan kacang dari rak di minimarket. Mereka sekitar dua sampai tiga tahun yang lalu begitu bar-bar, begitu lepas, begitu bahagia. Namun, tragedi kurang ajar seenaknya datang menyapu habis itu semua. Seolah menjadi sampah, itu semua terbuang tak berarti. Tak pernah diingat dan tak pernah bisa diungkit lagi.

Pupus sudah harapan Vanya ingin have fun satu harian penuh bersama Beomgyu jika sudah bisa tinggal satu rumah dengan anak itu.

"Hei, Vanya. Kerjaanmu melamun terus, sih." Soobin tiba-tiba datang, bergabung dengannya yang tengah menatap TV menyala tanpa suara, sama sekali tidak fokus dengan siaran yang ada. Sekarang sudah malam, dan Vanya tidak biasanya menjadi begini.

Gadis itu balas mencebik pada sang kakak, "Ish, terserahku, dong. Mau melamun terus, mau melamun sampai mati. Bukan urusanmu!" Vanya yang sedang sensi itu lalu menendang bokong Soobin yang nyaris mendarat di sofa yang ia duduki, tepat di sampingnya, "Jangan duduk disini! Aku sedang ingin menguasai sofa ini sendirian!"

Pemuda dengan surai hitam acak-acakan yang tengah mengunyah camilan itu memasang raut kesal, "Ya! Terserahku, dong. Mau duduk disini, mau duduk di wajahmu, bukan urusanmu!"

"Urusanku! Karena ini sofaku dan ini wajahku! Minggir, Bin!"

"Hei, panggil aku Oppa!"

"Mana ada yang mau punya Oppa kelinci bongsor sepertimu! Jauh-jauh dariku!"

"Dasar pelit," gumam Soobin menyerah. Tampak sudah hapal dengan angin-angin adik perempuannya yang tidak menentu itu. Terkadang Vanya itu bisa saja tiba-tiba begitu semangat membahas tentang lelaki yang ia sukai di sekolah atau tentang drama yang belakangan sedang ditontonnya, terkadang tiba-tiba bisa jadi sangat sensi sampai menendang pantat orang seperti barusan.

Soobin merebut remot dari tangan gadis yang sedang berada dalam posisi setengah terbaring disana, "Kemarikan remot TVnya! Kalau tidak juat menonton itu, tidak usah sok menghidupkan TV." Pemuda itu kemudian memfokuskan diri pada siaran kartun anak-anak disana, tertawa-tawa sendiri sampai berulang kali tersedak camilan yang sedang ia makan.

[✓] NEVER ENDING STORYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang