16. Strawberry Boy

1.5K 383 141
                                    

More than 2k words. Yuk, cari tempat paling nyaman selama baca.
Happy reading!💙

"Is it wrong to suspect someone closest to us?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Is it wrong to suspect someone closest to us?"

🐻🐻🐻

Soobin pun memutuskan pulang saja pasca mendapat ijin dari dokter beserta semua sederet pesan, juga beberapa obat yang mungkin dapat membantu. Ruangan bernuansa putih barangkali membuat Beomgyu merasakan kecemasan tanpa dasar, seolah sesuatu tanpa jeda mengintai dan menatap ke arahnya—terlalu menakutkan, hanya bagi Beomgyu saja.

Hal itu jelas tidak bisa membuat Vanya dan Soobin tidur bisa tenang setelahnya.

"Suatu zat yang tidak masuk sekaligus. Tapi secara berkala sehingga gejala yang ditimbulkan tidak akan terlihat jelas sejak pertama zat dikonsumsi."

Bermenit-menit lamanya berkutat dalam hening, Soobin akhirnya angkat suara juga. "Beomgyu makan apa akhir-akhir ini?"

Vanya reflek menoleh, agak terkejut juga tiba-tiba ditanyai pertanyaan itu. "B-biasanya di sekolah, aku yang membuatkannya bekal. Di rumah juga, kalau tidak makan masakanku, kita semua akan makan fast food yang kau beli dari luar sebagai makan malam. Itu saja. Tidak ada yang istimewa."

"Kau menggunakan bahan masakan yang ada di kulkas?"

Vanya mengangguk meyakinkan. "Tentu. Semua bahan masak yang kau beli setiap minggu."

"Fast food yang aku beli juga adalah makanan biasa yang kita pesan sejak lama," kata Soobin lantas menghela napas. Sekilas memijit dahi, lalu mengusap kembali dagunya—terlihat stres. "Seharusnya dengan itu semua tidak akan ada masalah."

Vanya masih memandangi kakaknya itu, agak iba juga melihat Soobin yang sefrustasi ini. Melihatnya membuat gadis itu tersadar bahwa selama ini dia tidaklah pusing dan berjuang sendiri. Dia masih punya Soobin—yang bahkan bebannya itu mungkin jauh lebih besar dari apa yang bisa Vanya lihat.

Menyadari Vanya ikut termangu di dekatnya, Soobin merutuki kebodohan diri karena lupa bahwa jam sudah akan mendetakkan pukul tiga dini hari. "Van, kau pergi tidur saja. Setidaknya tidur tiga jam cukup daripada tidak sama sekali. Kau masih harus sekolah nanti."

Vanya menatap sendu Soobin, jadi merasa tidak enak hati. "Kau sendiri kapan akan tidur?"

"Tidak usah pikirkan aku. Pergilah sana."

"Aku serius bertanya. Kau juga perlu istirahat ... Oppa." Vanya memelankan suaranya, agak menunduk saat menyebut satu kata terakhir yang jelas menimbulkan kecanggungan di sana.

Soobin terkekeh lambat, mengacak atas kepala Vanya cepat dan berucap jelas, "Aku akan tidur sebentar lagi, pergilah duluan, okay? Jangan lakukan apa pun di kamar dan langsung tidur saja."

[✓] NEVER ENDING STORYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang