11. The Suspicion

1.4K 391 71
                                    

Note: memperingati ultah Beomgyu ke-21 (Korean age), double part ini sangat panjang; 2k words untuk page ini dan 3k words untuk page selanjutnya. Kindly suggest buat cari posisi terbaik selama membaca!💙

Enjoy it, then!

"What do you believe in?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"What do you believe in?"

🐻🐻🐻

"Halo, Yeonjun?" Saat itu, hampir tengah malam saat Vanya memutuskan untuk menghubungi Yeonjun saja. Itu sebab gusar yang makin menjadi-jadi meliputi dirinya. Mengigit jari, gadis itu kembali memanggil nama orang yang sedang ditelponnya itu. "Yeonjun, kalau kau dengar aku, cepatlah katakan sesuatu!"

Yeonjun bukannya tak mau menjawab atau sengaja diam. Pemuda itu hanya tengah berperang dengan diri sendiri, melawan kantuk berat. Mengucek mata pasrah, agaknya dia kesal juga harus ditelpon di tengah tidur pulasnya. "Yak! Apa masalahmu, uh?" Yeonjun bersuara serak, matanya setengah tertutup. "Ini tengah malam, Van. Aku sudah tidur nyenyak."

"M-maaf."

"Katakan cepat. Ada apa?"

Vanya mengerjap kosong, bingung harus menjawab apa. "T-tidak ada."

"Hah?" Yeonjun rasanya mau menangis saja. "Ya sudah, kumaafkan kalau memang ini terpencet atau kau iseng atau apapun. Aku tutup telponnya sekarang, ya."

"Eh, jangan!"

Yeonjun menghela napas panjang. Lelah. "Kenapa lagi? Kau kangen aku?"

"B-bukan, tapi—"

"Kita akan bertemu besok pagi di sekolah seperti biasa, Van. Sabarlah sedikit, oke?"

Vanya tidak mempedulikan bahasan menjijikkan itu, sepasang maniknya dengan tidak nyaman memandang lagi pada jam dinding di kamarnya. Sebentar lagi, pukul 12 tepat tengah malam. "Yeonjun?"

"Astaga, Van. Aku di sini sejak tadi. Bicaralah yang jelas dan cepat biar aku bisa kembali tidur," racau Yeonjun malas, berusaha sebisa mungkin melebarkan mata dan sadar agar tidak ketiduran. "Aku tahu kau sudah kangen berat, tapi tahanlah sedikit lagi. Kau hanya mau mendengar suaraku, kan? Ini aku sudah bicara banyak untukmu. Apa ini sudah cukup?"

"Belum!" sahut Vanya cepat. Malah secara tak langsung mengiyakan dugaan dengan tingkat kenarsisan level dewa milik sobatnya itu. "Kau benar. Aku kangen denganmu. Maka, biarkan kita berteleponan sampai sebentar lagi, oke?" Ah, aku tidak punya pilihan. Lebih baik iyakan saja apapun perkataannya.

Yeonjun yang takjub dengan balasan itu pun malah jadi melotot. Padahal meskipun sudah sering bersikap narsis, Vanya pasti akan membalasnya dengan ocehan sinis atau terkadang hanya mengacuhkannya saja. Tapi, kali ini? Dia mengaku kangen?

[✓] NEVER ENDING STORYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang