"Do you ... trust me?"
🐻🐻🐻
Soobin sudah gagal mendekam amarah dalam benak. Satu kesimpulan berbalutkan ego yang semalam dia tarik kini membawanya pada emosi yang kian memuncak. Bahkan saat sudah berlalu berjam-jam sejak tengah malam itu dan dia mencoba diam guna berpikir sendiri. Berbaring di ranjang namun isi serebrumnya berputar, meronta-ronta tanpa jeda. Soobin harus bersyukur Vanya tak banyak bertanya malam itu dan menurut saja saat dia perintahkan untuk langsung pergi tidur.
Choi Yeonjun ada kaitannya dengan ini? Itu sebabnya anak itu antusias untuk menjadi terlibat? Atau malah ... itu akal-akalannya agar tak satu pun curiga padanya?
"Aish, sial!" bentak Soobin menggeram sendiri.
Maka pantaslah untuk pagi itu juga menjadi saat-saat yang sangat Soobin nanti. Terus menutup rapat mulut selama melakukan rutinitas sarapan bersama tiga orang yang lebih muda, Soobin sudah cukup yakin dengan pemikiran yang dia sendiri punya.
"Aku ke kelas duluan, ya, Noona," pamit Beomgyu ketika mereka sampai di gedung sekolah itu. Beomgyu senang sekali mendapati kondisi tubuhnya memang benar-benar membaik dan dia tidak perlu mengendap lebih lama dalam kamarnya.
Sekolah masih sepi karena ini masih sangat subuh. Mengernyit heran kala menatap Soobin ikut keluar dari mobil, Vanya tanpa pikir berucap. "Kenapa kau belum pergi?" tanyanya polos.
Soobin tak merespon. Hanya terus menginvasi lapangan kosong itu sampai dia mendapati Choi Yeonjun keluar dari mobil ayahnya jauh di samping mereka.
"Ah, Yeonjun juga sudah datang," monolog Vanya dan mulai menghampiri temannya dengan perasaan bahagia. Yeonjun pasti sudah sembuh total berkat perawatanku seharian kemarin.
Namun ternyata situasi bersahabat itu sontak luruh saat Soobin spontan memacu langkah ligat ke Yeonjun lebih dulu dari Vanya—tepat saat mobil ayah Yeonjun telah menjauh. "Yak! Choi Yeonjun!"
Yeonjun menoleh. Rautnya sama persis seperti Vanya yang menunjukkan gurat kebingungan.
"Kau tidak bisa menipuku, dasar pembunuh!" Soobin mencengkeram kerah seragam Yeonjun, menarik kasar.
Membuat Vanya refleks memelototkan mata menyaksikan pemandangan tak terduga itu. "Yak! Soobin! Apa yang kau lakukan!" Gadis itu berlari mendekat, berusaha memisahkan mereka.
"Ap-apa maksud Hyung? Aku tidak mengerti."
"Pura-pura bodoh?! Bukankah aku sudah bilang kau tidak bisa menipuku?!" marah Soobin, mengeluarkan tangkas ponsel Yeonjun dari saku celana dan melemparkan begitu saja ke wajah Yeonjun—hingga menimbulkan memar di wajah pemuda itu karena menghantam tulang pipinya terlalu keras.
KAMU SEDANG MEMBACA
[✓] NEVER ENDING STORY
Fiksi PenggemarMenggemaskan, cerdas dan selalu bersemangat adalah kata-kata yang sangat menggambarkan seorang Choi Beomgyu. Namun, tragedi terjadi. Mengubah kepribadian anak itu seratus delapan puluh derajat! ⚠️ 𝐖𝐀𝐑𝐍 -- 𝐃𝐄𝐏𝐈𝐂𝐓𝐈𝐎𝐍𝐒 𝐎𝐅 𝐌𝐄𝐍𝐓𝐀𝐋 �...