"The call in danger. I hope you never forget that all if this is not over."
🐻🐻🐻
Beomgyu akhirnya bisa bernapas lega. Menemukan Vanya mau menerima sekian suap makan seadanya kemudian pergi untuk terlelap tidur membuat beban di pundak Beomgyu seakan terangkat nyaris seratus persen. Usahanya menjadi tidak sia-sia. "Ah, syukurlah," gumamnya saat menyempatkan mengintip ke kamar Vanya yang sudah pulas.
"Noona itu akhirnya mau tidur?" tanya Hyuka penasaran.
Beomgyu menatapnya setengah kesal. "Kau mengagetkanku, tahu." Pasalnya Hyuka itu tiba-tiba saja bertanya tanpa ancang-ancang. Lihat itu, anak itu bahkan masih menggendong ransel dan memakai sepatu juga. "Kau baru pulang?"
Hyuka balas anggukan. "Ekskul lama-lama hanya akan menyulitkan. Aku mau keluar saja," jawabnya, mulai menjauh dari depan kamar Vanya di sana.
Beomgyu menyusulnya. "Kudengar Noona ke psikiater pagi ini. Apa itu benar?"
"Memang benar. Dia sempat mengamuk kemarin dan terus menutup mulut juga. Wajar kalau Soobin Hyung jadi cemas."
Beomgyu mengangguk setuju. Kini mereka sudah sama terduduk di kamar sendiri dan merenungi sederet kejadian yang baru saja terjadi. "Sunbae itu sudah sangat dekat dengan Noona."
"Kau benar. Tapi, Noona harus merelakan kepergian Sunbae itu bagaimana pun caranya. Seperti kau dan aku ketika kehilangan ibu kita di saat bersamaan," tuturnya lugas, seolah itu mengalir tanpa Hyuka sempat memilah kalimatnya lagi. Terkesiap oleh omongan sendiri, Hyuka beranjak dari duduk setelah melepas sepatu dan tasnya. "Kau sudah makan?" tanyanya, mengalihkan topik.
Beomgyu tadinya memang salah fokus pada kalimat Hyuka sebelumnya. Tapi, tidak mau ambil pusing sebab latar keduanya yang jelas tidak sedekat itu untuk dapat saling berbagi cerita lampau. "Sudah. Kau makanlah."
"Tentu. Aku akan makan dengan cepat dan kita latihan piano, oke? Tunggu saja di ruang tengah, aku akan bawakan susumu juga."
***
Drrt. Drrrrt. Beomgyu mendengus pelan. Getaran hebat dari atas nakas yang disebabkan panggilan masuk ke ponselnya sangat mengusik tidur tenangnya. Beomgyu yang merupakan tipikal orang yang gampang dibangunkan bahkan dengan bisikan itu pun lantas bangun dan memaksa matanya terbuka. Melihat ke layar ponsel sekalian menangkap angka penunjuk waktu di sana. 11. 56, nyaris tengah malam.
Taehyunie
Beomgyu langsung menempelkan ke telinga. Memaksa diri duduk. "Taehyun-ah?" panggilnya, menguap. "Ada apa?"
"Beomgyu!" sergah Taehyun, napasnya menderu. "Ak-aku ... aku takut! Tolong ... tolong aku!" lirihnya, berbisik, seolah menaikkan intonasi suara satu not saja dapat membuatnya berada dalam masalah besar.
KAMU SEDANG MEMBACA
[✓] NEVER ENDING STORY
FanfictionMenggemaskan, cerdas dan selalu bersemangat adalah kata-kata yang sangat menggambarkan seorang Choi Beomgyu. Namun, tragedi terjadi. Mengubah kepribadian anak itu seratus delapan puluh derajat! ⚠️ 𝐖𝐀𝐑𝐍 -- 𝐃𝐄𝐏𝐈𝐂𝐓𝐈𝐎𝐍𝐒 𝐎𝐅 𝐌𝐄𝐍𝐓𝐀𝐋 �...