Hati Yang Mulai Goyah

461 49 7
                                    

Waktu sudah menunjukan hampir dua belas malam. Namun wanita yang sedang hamil enam bulan itu masih membuka lebar matanya. 

Wanita itu berjalan dari sisi kiri ke kanan secara berulang mencoba menghilangkan rasa risau yang hinggap dalam hatinya. 

"Apa benar tadi itu Naru?" Gumam wanita itu bertanya pada angin. "Tapi masa iya Naru selingkuh dari Nata?" Lanjutnya seraya memegang dagu, pose berfikir. 

"Tapi tadi Nata benar-benar melihat dengan jelas kalo itu Naru. Semoga saja saat itu pandangan Nata salah. " Doanya penuh harap. 

Wanita itu kembali mengarahkan pikirannya pada siang pukul dua tadi. Saat itu ketika ia memulai misinya dengan menjadi detektif dadakan, matanya saat itu melihat sang suami yang tengah duduk manja bersama seorang perempuan di cafe yang terletak dekat dengan tempat kerjanya.

Untuk itulah meskipun jam sudah menunjukkan pukul dua belas malam Hinata belum memejamkan matanya. Ia ingin memastikan apakah ada bukti yang mengarah pada kejadian siang tadi ataukah tadi sang suami hanya berbincang dengan kliennya. Tapi kalau klien, mengapa sekertarisnya tidak ada?

Tapi tunggu, ia merasa wanita yang bersama suaminya itu postur tubuhnya tidak asing dalam ingatannya. Atau ia salah duga?

Pukul dua belas lebih dua puluh delapan malam itu, suara deruman mobil menggema dalam pendengaran Hinata. Hinata yang mengetahui bahwa suara itu berasal dari mobil suaminya dengan tergesa membaringkan tubuhnya pada kasur empuk. Selimut yang sedari tadi terabaikan ia gunakan untuk menutup keseluruhan tubuhnya. 

Beberapa menit berikutnya langkah kaki menggema di ruangan itu. Dengan hati-hati Hinata merapatkan matanya, memberi kode kepada sang suami bahwa dirinya sudah terlelap di alam mimpi. Detik berikutnya Hinata merasakan kecupan hangat di kening dan seluruh wajahnya.

Hatinya menghangat kala tahu bahwa sang suami ternyata masih memperhatikannya. Sedikit hatinya mulai menghangat. 

'Mana mungkin Narutonya Nata selingkuh? Pasti tadi hanya kliennya!!' Batin Nata girang. 

"Maafkan aku, Sayang. Naru buat kamu kesepian di rumah ini. Bertahanlah sebentar lagi. Naru yakin setelah ini kita akan kembali menghabiskan waktu bersama... " Lirih Naruto diakhiri dengan kecupan di kening Nayasha. 

'Kenapa harus nanti Naru?' Batin Hinata kecewa 'Apakah Naru menyembunyikan sesuatu yang besar dari Nata?' 

Hinata semakin khawatir jika pemikiran mengenai suaminya yang bermain di belakang benar-benar terjadi. Namun, apapun hasilnya nanti Hinata harus bisa mengembalikan cinta Naruto-nya

Dirasa sang suami sudah pergi dari jangkauannya, Hinata dengan perlahan membuka matanya. Ia memandang nanar kamar mandi yang ditempati suaminya. 

Batinnya mulai menerawang pada khayalan yang tidak-tidak. Syukurlah khayalan itu terhenti kala sang suami keluar dari kamar mandi itu. Membuatnya harus kembali berakting layaknya Sleeping beauty yang hanya akan terbangun jika seorang pemuda tulus mengecup bibirnya. 

Tubuh bulatnya kini dipeluk erat oleh sang suami. Membuat Hinata mau tak mau menelesupkan wajahnya pada tubuh hangat sang suami. Dirinya mulai terhasut oleh rayuan maut bunga tidur. 

Tetapi matanya ia paksa terbuka untuk mencari bukti tentang wanita siang tadi. Ketika suara dengkuran halus terdengar dari mulut suaminya, ia melambaikan tangannya pada sang suami, mencoba memastikan suaminya itu audah tertidur pulas atau baru setengah matanya yang tertidur. 

Dirasa suaminya ini sudah tertidur pulas, Hinata melepaskan pelukan erat sang suami dengan susah payah. Ia bersyukur suaminya itu tidak terbangun saat dirinya mencoba lepas dari kungkungan hangat suaminya itu. 

Hinata berjalan ke arah wardrobe, tempat tas kerja Naruto tersimpan. Tas itu aman. Tidak ada barang atau tulisan apapun yang membuatnya semakin yakin suaminya itu berselingkuh. Tas itu hanya berisi lembaran kertas yang bernilai ratusan dolar. 

Selanjutnya ia melangkahkan kakinya menuju kamar mandi. Tepatnya ia berjalan menuju setelan kotor yang dikenakan sang suami. Ia kembali mengecek setelan itu. Namun tetap saja tidak ada bukti perselingkuhan sang suami. Bahkan ketika dirinya mencium aroma dari setelan itu, aromanya tidak menguar sedikitpun bau parfum wanita. 

Hinata kembali ke kamar tempat suaminya itu tertidur. Matanya menatap lekat ponsel yang tersimpan apik di atas laci tepat di sebelah suaminya tertidur. 

Dengan langkah hati-hati ia membuka pasword kunci itu dan mulai mencari hal aneh yang bisa saja ditemuinya. Namun semuanya aman-aman saja. Hanya ada beberapa panggilan antara suami juga mantan tunangan Sasuke, Sakura. 

'Tapi sejak kapan mereka menjadi sangat dekat?' Batinnya mencoba menapik rasa curiganya. 

Tangannya terus bermain di ponsel sang suami. Kemuadian tangannya terhenti kala melihat riwayat pesan dari ponsel sang suami. Pikirannya mulai melayang entah kemana kala melihat riwayat pesan yang menampilkan dengan jelas bahwa pembelian tiket menuju negara idol itu sudah sukses di beli. 

Pikirannya mulai kacau. Ia kembali berjalan menuju ranjang kemudian merebahkan tubuh bulatnya di samping sang suami. 

Tangannya mengelus wajah rupawan sang suami. Kemudian wajahnya ia tenggelamkan pada dada sang suami. 

'Semoga apa yang aku pikirkan hanya sebuah kesalahpahaman saja.... ' Batinnya sebelum memejamkan mata menuju bunga tidur yang indah. 

Kepercayaan memang syarat yang terpenting dalam sebuah hubungan. Jangan pernah menjudge pasangan dengan buruk sebelum kalian mendapatkan bukti atas tuduhan terhadap pasangan kita. 


........

Sepesial buat Hinata yang lagi ulang tahun ❤️
Tapi Mon maaf, isinya enggak seindah hari ulang tahun Hinata :')




Love For Life Season 2 Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang