Pagi Hari Sebelum Pergi Ke Kantor

916 77 5
                                    

Senin pagi langit terlihat mendung, seolah memberi dukungan kepada para pekerja di penjuru negri untuk tetap berada di peraduannya masing-masing.

Begitu pula dengan Naruto Namikaze. Padahal waktu hampir menunjukan jam tujuh pagi. Namun, pria tampan beristri satu itu masih betah memeluk gulingnya.

Hinata saat itu hanya bisa menggelengkan kepalanya melihat sang suami yang masih saja betah di alam mimpinya.

"Naruto-kun bangun..." Bisik Hinata lembut. Namun, bisikan itu tidak mempan bagi pemalas seperti Naruto.

"Ayo bangun, ini hari pertamamu kembali bekerja, Naruto-kun.
Ayo cepat!!!"

Namun, bukannya terbangun Naruto malah menarik tangan sang istri. Membuang guling yang sedari di peluknya, serta menggantikannya dengan pelukan di tubuh hangat sang istri. Hinata hanya tersenyum kecil melihat kelakukan sang suami yang sangat manja itu. Lalu dirinya membalas pelukan sang suami tak kalah eratnya.

Saking eratnya, Naruto hampir tidak bisa bernafas dibuatnya.

"Bee, jangan terlalu erat!!! Aku kesulitan bernafas." rengek Naruto.

"Hmmm aku akan melepaskan pelukan maut ini, jika Naruto-kun bangun sekarang juga!" ucap Hinata mutlak.

"Hmmm" gumam Naruto malah membalas pelukan erat itu dan kembali melanjutkan tidurnya yang sedikit terusik.

"Yakk kenapa malah tidur sihhhh. Ini sudah pagi Naruto-kun!!! Cepat bangun atau mau aku siram hahhh!!" Protes Hinata mencoba melepaskan pelukan erat Naruto yang mengurungnya.

Namun ternyata pelukan itu benar-benar erat. Sehingga Hinata tidak bisa melepaskannya begitu saja.

"Kau tidak akan berani menyiram suami tampanmu ini, Bee... " Lirih Naruto semakin menelusupkan wajahnya pada perpotongan leher Hinata.

Bola lampu tiba-tiba melintas di kepalanya. Hinata sekarang tahu solusi untuk membangunkan suami pemalasnya itu.

"Yakkk sakit!! Kenapa menggigitku Bee...." Naruto melepaskan pelukan keduanya. Ia kemudian berlari ke arah cermin seraya mengusap bagian lehernya yang di gigit Hinata dengan kuat.

"Dasar pemalas!! Makanya bangun jangan tidur mulu. Aku saja sudah selesai dengan pekerjaan rumah subuh tadi. Kenapa Naruto-kun masih saja tidur hmmm? Bagaimana nanti jika dimarahi Minato Tou-chan!"

"Tapi jangan mengigitku juga Bee. Lihat leherku tercetak gigimu, Bee..." Ucap Naruto prustasi. Padahal ini hari pertamanya kerja. Tapi sepertinya dia akan membuat heboh para pegawainya dengan cetakan gigi yang terpampang indah di lehernya.

"Naruto-kun juga suka menggigit aku sampai berbekas kan!!!"

"Tapi itu beda, Bee!!! Itu tanda cinta. Sedangkan ini!!!" Naruto mengusap lehernya yang memerah dan membentuk gigi utuh dengan darah yang sedikit membeber di sekitarnya.

"Ya maaf! Kan aku tidak tahu. Siapa suruh susah dibangunin." Ucap Hinata menundukan kepalanya,  merasa bersalah.

Naruto menghembuskan pelan nafasnya.

"Ya sudah gak papa. Sini..." Setelahnya ia merentangkan tangannya memberi kode agar sang istri memeluknya.

Hinata melirik Naruto sekilas, kemudian dengan langkah pelan ia berhamburan memeluk suaminya erat.

"Maafkan aku...."

"Sudah tidak apa-apa. Sekarang kamu siapkan bajuku, nee"

"Nee." Jawab Hinata menganggukan kepalanya di pelukan hangat Naruto.

Ahh betapa beruntungnya dia mendapatkan pasangan hidup seperti Naruto.

07.30 pagi setelah tragedi gigitan jam enam tadi, kini keduanya menikmati sarapan dengan suasana yang hening. Bukan karena mereka saling bermusuhan akibat insiden tadi. Tapi karena ini sudah menjadi kebiasaan mereka. "Adab ketika di meja makan jangan ada yang berbicara, kecuali jika sudah sudah selesai makan." begitulah prinsip yang dipegang teguh keluarga kecil itu.

Naruto mengelap sisa makanan di bibir mungil istri tercintanya. Dirasa semuanya sudah selesai, ia mulai membuka suaranya.

"Bee, nanti jangan menungguku jika malam ini aku pulang terlambat."

"Mengapa?"

"Tou-chan memaksaku lembur~" jawabnya dengan nada merengek.

Iya, bapak CEO kita itu jika berkata lembur memang benar-benar lembur. Saat pacaran dulu, pernah Hinata menunggu Naruto-nya di apartemen mewah sang kekasih yang benar-benar gelap hari itu. Padahal hari itu adalah jadwal kencan mereka, namun secara mendadak Naruto lembur dan kembali ke apartemennya jam 23.00 membuat Hinata terpaksa menginap di sofa empuk Naruto.

"Padahal baru satu hari bekerja, tapi kenapa sudah disuruh lembur?" tanya Hinata kembali.

"Ya mau bagaimana lagi, si bos rakus itu membuatku harus bekerja ekstra!" Jawab Naruto dengan wajah malasnya.

"Yak bos rakus itu mertuaku, Baka!" Naruto hanya tertawa kecil mendengar penuturan istri manisnya itu.

"Cepat berangkat sebelum bos rakusmu itu memecatmu!"

"Itu tidak mungkin, Bee!"

"Ya siapa tahu saja kan!!" dengan kasar Hinata menarik Naruto keluar dari rumah.

Sebelum pergi, Naruto memeluk Hinata sangat erat.

"Biarkan aku mengisi energiku sebelum terkuras habis di kantor nanti!" Ucapnya lembut.

Hinata tersenyum tanpa membalas ucapan sang suami. Ia semakin mengeratkan pelukannya membalas pelukan suami tampannya.

"Semangat kerjanya suami tampanku. Bawa uang yang banyak untuk istrimu ini berfoya-foya."

Naruto tersenyum mendengar guyonan Hinata yang menurutnya sangat lucu itu.

"Perintah diterima, yang mulia Ratu!" balas Naruto membalas guyonan Hinata.

"Jangan lirik sana-sini atau matanya saya colok pake garpu kue!!"

"Siap yang mulia Ratu..."

"Ya sudah sekarang pergi sana suh suh..."

"Ciumannya belum, Manis!"

Dengan cepat Hinata mengecup bibir Naruto pelan. Naruto pun membalas ciuman Hinata di kening lembut wanitanya.

...

"Heiii lihat-lihat leher Namikaze-sama tercetak bekas gigitan..."

"Woah benar juga, aku tak menyangka istrinya itu sangat agresif ya..."

"Sutt jangan terlalu keras, jika Namikaze-sama mendengarnya, habislah kita..."

"Kau sih yang memancing kami!!"

"Yakk kenapa kau menyalahkan aku?"

Naruto hanya tersenyum kecil seraya mengelus lehernya yang masih tercetak gigi rapi milik sang istri. Yah, ucapan mereka benar. Istrinya itu memang agresif hingga mengigitnya sampai berdarah.

...

Love For Life Season 2 Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang