Prolog

2.6K 134 38
                                    

Hinata menatap lurus jendela besar yang melingkupinya. Matanya memandang kota Tokyo yang dipenuhi dengan gedung tinggi menjulang.

Riasan sederhana yang menyapu wajahnya itu tidak menutupi paras rupawan yang sudah dimilikinya sejak lahir.

Ia membalikan badannya kala mendengar seseorang membuka pintu besar yang ada di belakangnya.

"Anak Tou-sama cantik sekali." Pria setengah baya itu mendekati Hinata kemudian tangannya memeluk Hinata erat.

"Rasanya Tou-sama tidak rela jika harus memberikanmu pada orang lain."

"Tou-sama... " lirih Hinata merasa sedih.

"Namun jika ini kebahagianmu, Tou-sama bisa apa? Kejarlah kebahagianmu, Nak. Jangan merasa takut kami akan membuangmu. Sampai kapanpun pria tua ini akan membuka pintu istana untuk Tuan Putrinya."

Hinata mengeratkan pelukannya dengan Hiashi. Ia membenamkan wajahnya pada pundak kokoh sang ayah.

"Hiks... Hiks... Tou-sama sampai kapanpun Hinata tidak bisa berjauhan dari Tou-chan."

"Jangan menangis, Nak. Wajahmu sudah cantik. Air mata ini tidak pantas menepi di mata indahmu... " Hiashi melepaskan pelukan keduanya. Ia menghapus jejak air mata yang membasahi sang Putri.

"Tou-sama berjanjilah bahwa Tou-sama dan Kaa-sama akan selalu mengunjungiku setiap waktu." Ucap Hinata masih dengan pipi yang dipenuhi air mata.

"Tidak bisa begitu, Sayang. Sebentar lagi kamu akan menjadi seorang istri. Kami pasti akan mengunjungimu, namun tidak sesering yang kau ucapkan.

Setelah ini tanggung jawabmu sangat besar. Kami tidak bisa masuk seenaknya ke dalam kehidupanmu yang baru itu." Kini Hikari mengelus kepala Hinata lembut.

"Nee-sama cengeng. Kenapa Naru-Nii bisa suka ya..."

Pletak

"Itaiiiii Neji baka! Kenapa memukul kepalaku sih!!"

"Hanabi mulutmu!"

"Yak Dad salahkan Kak Neji yang seenaknya menjitak kepalaku!"

"Yak kau sendiri yang salah, lagi suasana haru gini kenapa malah menghancurkannya!!"

"Kan biar gak tegang... "

"Tegang lututmu!"

Hinata menghapus air matanya. Bibirnya terkikik geli melihat kelakuan adik dan kakaknya itu.

"Neji-niiii Hanabi-channnnn.... "
Sedetik kemudian ia berlari dan memeluk kedua saudaranya itu.

"Aku pasti merindukan kalian berdua..."

"Kami juga Hinata-chan/Hinata-nee!" jawab keduanya bersamaan.

"Kenapa harus Nee-chan yang nikah duluan? Kenapa enggak Kak Neji aja~" rengek si bungsu yang membuat semuanya tertawa.

"Sudah jangan saling mengejek. Sekarang kita harus membawa pengantin wanitanya ke altar. Sebelum pengantin prianya kabur dan menculik pengantin wanita..."

Mereka mengangguk.

Namun suasana kembali ricuh kala semuanya berlarian mencari make up guna menutupi wajah Hinata yang, bengkak karena menangis.

...

Pukul sembilan siang

Dengan langkah gagah Hiashi membawa Hinata yang anggun menuju altar.

Jantung Hinata mulai bertalu-talu. Ini adalah hari pernikahannya. Hari yang ditunggunya sejak dua tahun yang lalu. Mana bisa dirinya tidak gugup menghadapinya.

Love For Life Season 2 Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang