"Hiks... Hiks... " Jam sudah menunjukan pukul sembilan malam. Namun wanita manis itu masih meneteskan air mata di pipinya yang cubby.
Sudah satu jam ini wanita manis itu menangis dengan keras. Bahkan ia tidak menghiraukan rasa kantuk yang menderanya.
"Naru udah gak sayang Nata. Hiks... Hiks... Padahal Nata mau di manja, ini malah di tinggalin. Naru gak peka! Naru udah gak sayang Nata! Dia lebih sayang sama pekerjaannya daripada Nata!! Naruuuu jahat!! Nata pengen pulang ke rumah Hikari Kaa-chan jadinya!!" Wanita berbada dua itu menangis kencang.
Tangannya memukuli bantal yang biasa dipakai sang suami.
"Dede bayi kalo udah keluar nanti, jangan mirip kayak Ayah ya...
Dede bayi harus mirip sama Buna!!
Nanti kalo main jangan sama Ayah, dia lebih sayang pekerjaannya dari pada kita... "
Wanita itu terus menangis kencang. Mengabaikan sang suami yang saat merenung memikirkan sang istri yang tengah marah padanya.
Sedetik kemudian, wanita itu mendekap mulutnya yang terasa mual. Dengan tergesa dirinya berlari menuju kamar mandi yang tepat berada di dalam kamarnya itu.
Wanita itu berusaha mengeluarkan sesuatu yang ada di perutnya. Namun, sesuatu itu enggan keluar membuatnya menangis merasakan lelah.
"Hiks... Naruuuu~~ " Lirihnya dengan air mata yang membanjir deras.
Dengan langkah lesu ia kembali ke ranjang miliknya. Tubuhnya ia baringkan di tempat itu. Tak lupa ia mengambil aroma menenangkan Citrus untuk menghalau rasa mualnya.
Namun rasa mual itu masih membekas di tenggorokannya. Wanita itu mencoba menenangkannya dengan berbaring dan memeluk guling di sampingnya. Namun tetap, rasa mual terus mendera tubuhnya.
"Anak Buna kangen Ayah ya.... " Lirih wanita itu menahan tangis.
"Buna juga kangen Ayah...
Tapi Buna gengsi. Yang salah itu kan Ayah enggak ngasih tahu kita kalo dia mau dinas!"
Wanita manis itu merenung sebentar. Ingatannya kembali pada percakapan antara dirinya dengan sang mertua.
"Tapi masa ia suami sebucin Naruto enggak pamit sama Nata?
Apa mungkin karena tadi Nata sakit jadi Naru sungkan untuk bangunin Nata?"
Selanjutnya, wanita itu berlari membuka kunci pintu kamarnya dan dia berlari menuju ruangan yang ada di sebelah kamarnya.
Matanya kembali membanjir kala ia melihat sang suami yang menelengkupkan kepalanya pada meja kerja.
"Naruuuuuu~~" Rengeknya berlari memeluk sang suami.
"Hiks.. Maafin Nata yang kekanakan. Maafin Nata yang enggak mau denger penjelasan Naru. Maafin Nata yang buat Naru lelah~" Wanita manis itu menelusupkan wajahnya di punggung kokoh sang suami.
Naruto yang merasakan pelukan dipunggungnya serta air mata yang membasahi pakaiannya, langsung melepaskan pelukan itu.
Ia membalikan kursinya menghadap sang istri. Tangannya menarik tangan sang istri agar duduk di pangkuannya.
"Sutttt jangan menangis. Maafin aku juga yang udah bentak kamu."
"Hiks.. Enggak apa-apa. Nata pantes dapetinnya.
Naru jangan benci Nata Hiks... Hiks... "
Naruto memeluk istrinya erat. Ia mengusap punggung mungil yang masih terisak itu.
"Enggak akan pernah, Sayang. Naru mana bisa benci kamu. Sekarang udahan ya nangisnya. Kasian dede bayinya kalo kamu nangis terus."
Hinata menganggukan kepalanya. Ia menghapus air matanya kasar. Kemudian tangannya melepaskan pelukan dari sang suami. Dan kini tangannya terangkat membelai wajah sang suami. Bibirnya tak tinggal diam. Bibir itu mengecup seluruh permukaan suami tampannya.
"Nata kangen sama Naruu~" Nata kembali menelusupkan wajahnya namun kini wajah rupawan itu bersemayam nyaman di leher sang suami.
"Naru juga kangen Nata... " Naruto mengecup puncak rambut Hinata.
Naruto membelai kepala Hinata lembut. Tangannya terus menyusuri kepala Hinata yang masih menguar suhu panas.
"Nata masih panas. Coba sekarang bilang sama Naru mana yang sakit?" Hinata mengurai pelukan diantara keduanya. Kemudian tangannya mengelus bahu Hinata pelan.
Sontak Hinata menggelengkan kepanya. Ia mengambil tangan Naruto dan mengecupnya pelan.
"Tidak ada yang sakit. Tapi tadi sedikit mual. Mungkin karena dede bayi rindu sama Ayahnya."
"Enggak Nata masih sakit. Ini coba rasakan, kening Nata panas banget!" Naruto mengarahkan tangan Hinata menuju kening panas wanita itu.
"Sekarang kamu minum obat ya... "
Hinata menggelengkan kepanya. Lalu kepalanya ia simpan di dada Naruto yang begitu berisik.
"Enggak mau minum obat. Sama Naru aja Nata pasti sembuh~~" Lirih Hinata manja.
Naruto tertawa pelan mendengar ucapan cheesy Hinata. Kemudian ia bangkit dengan Hinata yang masih ada di pangkuannya.
"Baiklah terserah kamu. Sekarang kita tidur. Tidak baik wanita hamil masih terjaga di malam hari."
Naruto menggendong Hinata menuju kamar mereka.
Mari kita tinggalkan kedua suami istri yang baru saja baikan itu. Semoga saja kedepannya tidak ada masalah yang dapat menghancurkan keluarga kecil yang mereka bangun saat ini.
....
KAMU SEDANG MEMBACA
Love For Life Season 2
RomanceLove Season 2 NaruHina Fanfiction ©Masashi Kishimoto Mereka yang berani melangkah menuju tanggung jawab besar yang hadir di depannya. Meskipun pertentangan terkadang menjumpai dua insan itu, namun mereka tetap bertahan mewujudkan keluarga yang ha...