Kenangan Cinta Pertama

396 41 2
                                    

Sore itu seorang wanita berbadan dua menatap kagum pemandangan indah yang dilihatnya. Matanya memancarkan bianaran yang sedari tadi tak pernah padam.

Wanita itu terus terjerat pada keindahan sungai Han yang menjadi pilihan liburan di negara tetangganya.

Di tempat itu, ia menikmati angin segar dari sungai indah yang mengalirkan air jernih. Saat itu adalah musim gugur. Wanita berbadan dua itu semakin dibuat senyum akan bunga dan dedaunan kuning yang berguguran yang menambah pemandangan indahnya.

Sedari dulu, wanita itu terobsesi pada keindahan sungai Han, Seoul, Korea Selatan. Berawal dari majalah yang pernah menjadi mata pencahariannya, ia mulai jatuh cinta ketika majalah yang dijajakannya itu membahas tentang tempat wisata indah Sungai Han yang terletak di Korea Selatan. Namun, tidak pernah ada kesempatan untuknya menginjakan kaki di tempat impiannya itu.

Dan berkat suami tercintanya, ia dapat mewujudkan mimpi yang telah ia buang jauh-jauh.

Mengingat itu, air mata membasahi wajah bulatnya. Ia memandang sang suami yang menatapnya lembut. Detik kemudian wanita itu menubruk tubuh kekar sang suami. 

"Terima kasih Naru...." Ucapnya dramatis. 

"Sama-sama, Sayang...
Kita puas-puasin dulu liat sungainya. Nanti kalo udah puas, kita lanjut keliling Seoul." Terang sang suami membuat sang istri mengangguk semangat. 

Wanita berbadan dua itu menenggelamkan wajahnya pada dada bidang milik sang suami. Bibirnya mengurva ke atas hingga membentuk sebuah senyuman manis.

"Aku mencintaimu," ungkapnya tiba-tiba.

Sang suami yang mendengarnya tertawa kecil, membuat sang istri yang bersuasana haru mendelik kesal.

"Kenapa tertawa?!" Ucapnya kesal.

Sang suami semakin mengeraskan suaranya, "Aku juga mencintaimu, Nata...." Balasnya di tengah tawa, mencoba meredakan kekesalan sang istri.

Tawa dan canda mereka habiskan untuk waktu yang lama di destinasi wisata Korea Selatan itu.

Hingga ketika wanita berbadan dua, Hinata, puas menatap keindahan sungai Han, keduanya kembali menuju hotel yang menjadi tempat persinggahan mereka selama satu minggu ini.

"Malam ini kamu mau jajan di pasar malem enggak?" Tanya Naruto memberi tawaran. 

"Maunya jajan sih... 
Tapi Jagoan ayahnya udah capek. Jadi besok aja jajannya ya.... " Jawab Hinata membuat Naruto gemas.

"Yaudah kalo capek ayo tidur...." Naruto mengangkat tubuh berisi Hinata ke tempat tidur.

Setelah membaringkan Hinata di kasur empuk dan besar itu, Naruto mengunci pergerakan Hinata dengan memeluk erat istri tercintanya itu. 

"Naru lepas! gerahhh ihhhh~~~" Rengek Hinata mencoba lepas dari kungkungan Naruto. 

"Bentar dong Buna... 
Ayahnya lagi ngisi daya nih...." Balas Naruto tidak mau melepaskan pelukannya dari Hinata. 

"Kamu itu gemesinnnn...
Apalagi waktu kecil. Muka polos kamu buat Naru pengen nipuk aja bawannya." Lanjutnya mengecupi seluruh permukaan wajah Nana. 

"Kan kenyataannya emang gitu. Waktu kecil Naru benci banget sama Nata!" Balas Hinata jutek.

"Bukan gitu, Sayang. Aku kan dulu cuma pengen kenal. Tapi karena aku salah paham, jadinya gitu...." Naruto tersenyum miris, ketika ia mengingat kembali bagaimana kisahnya bersama sang istri di masa lalu.

Dari kecil, Naruto adalah bocah jail. Banyak kejahilan yang ia lakukan untuk menarik perhatian sang cinta, sebab dulu cintanya itu sangat lengket dengan sahabat pantat ayamnya.

Pergerakan Hinata yang memberontak dari tubuh sang suami tiba-tiba terdiam. Selanjutnya wanita berbadan dua itu memeluk erat sang suami yang mengukungnya.

"Naru, kenapa Naru bisa jatuh cinta sama Nata?" Tanya Hinata lirih.

"Enggak tahu. Udah takdir mungkin...
Nata juga kenapa bisa jatuh cinta sama Naru?" Jawab Naruto mencoba keluar dari suasana sendu yang dibawa sang istri.

"Enggak tahu. Udah takdir mungkin..." Jawab Hinata meniru ucapan Naruto sebelumnya. 

"Hmmm...." Gumam Naruto yang merasa kesal.

"Hehee...." Tawa Hinata mengudara, menenggelamkan suasana sendu yang hampir tercipta diantara dua sejoli itu. "Cinta enggak perlu alasan, Naru. Kalo kita mencintai seseorang karena alasan tertentu, kita mungkin akan berpaling jika alasan kita jatuh cinta udah lenyap." Ucap Hinata menerawang.

Naruto tertawa simpul mendengar ucapan yang dilontarkan sang istri. "Kamu benar. Tak seharusnya kita mencintai karena sebuah alasan." Kata Naruto membenarkan.

Setelah itu, suasana menjadi hening. Naruto yang merasa sang istri kelelahan karena posisinya saat ini, berdiri hingga pelukan diantara keduanya terlepas.

Setelahnya, Naruto membaringkan diri di samping sang istri. Tangannya terangkat, mengintruksikan sang istri untuk menghambur pada pelukannya. Dan Hinata dengan senang hati menghambur pada pelukan hangat sang suami.

Bibir Naruto terus mengecup seluruh permukaan wajah Hinata, membuat sang istri tertawa akan rasa geli yang ia rasakan.

Detik berikutnya, pandangan mereka bertemu. Mata safir dan lavender itu saling menjalin hingga kisah-kisah masa lalu menyeruak kembali pada ingatan mereka.

Sore menjelang malam kala itu, mereka terlempar pada masa lalu pelik yang menyatukan jiwa dan raga keduanya.

"Jangan pernah tinggalkan Naru. Naru sangat mencintai Nata. Sampai kapanpun Naru tidak akan pernah melepaskanmu, meskipun Nata yang memintanya."

"Nata mengerti, Naru. Nata juga sangat mencintai Naru. Nata berjanji tidak akan pernah meninggalkan Naru."

Sepasang suami istri itu saling menatap penuh cinta, sebelum keduanya memajukan wajah dan saling berbagi kecupan manis yang menenangkan jiwa keduanya. 

Kaum jomblo hanya bisa menatap iri tanpa bisa merasakannya :)

.....

Love For Life Season 2 Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang