Hinata terbangun kala matahari hampir berada di puncaknya. Semalam ia tertidur hampir jam dua pagi. Karena itu, ia bangun ketika matahari sudah ada di puncak.
Hinata melihat ke sekelilingnya. Keadaan saat itu sangat sunyi, menandakan tak ada seorang pun di kamar itu selain ia. Hinata meyakini bahwa suaminya itu pasti sudah berangkat ke kantor.
Hinata merenggangkan tubuhnya sebelum berjalan menuju kamar mandi guna membersihkan tubuh bulatnya.
Ketika Hinata membuka wardrobe, ia menemukan sebuah kotak besar. Niatnya ingin membuka kotak tersebut. Tapi dia takut dihadapkan pada kenyataan pahit jika nanti kotak itu di tujukan pada wanita yang ia temui kemarin.
Setelahnya Hinata berjalan menuju dapur. Seperti pagi-pagi sebelumnya, di meja makan ia menemukan berbagai macam sarapan yang pasti dimasak oleh sang suami. Kali ini ia menemukan sebuah sticky note di samping piring penuh makanan itu.
'Semangat menjalani aktivitas pagi, Sayang. Jangan lupa sarapannya. Maaf Naru enggak bangunin kamu. Salamin dari Ayah buat jagoannya Ayah....
I Love Buna.... '
"Seminggu ini ke mana aja? Kenapa baru sekarang ada sticky note-nya." Ucap Hinata dengan nada sedikit kesal.
"Adek bayi dapet salam dari ayah. Gimana? Mau dibales enggak?" Seolah mengerti apa yang diucapkan Buna-nya, bayi itu menendang perut Hinata pelan.
"Dasar anak ayah!" Balas Hinata jutek.
"Anak ayah bantuin Buna-nya. Hari ini kita cari tahu apa yang ayah lakukan saat di kantor." Bayi dalam perut itu kembali menendang perut Hinata.
"Semangat banget jagoannya ayah...
Hari ini berhubung udah jam dua belas, kita cus yuk mata-matai ayah!" Ujar Hinata dengan semangat.
Setelah itu, Hinata berjalan menuju mobil hadiah ulang tahunnya dari sang ayah dua tahun yang lalu. Mobil itu masih mulus meskipun sudah dua tahun tidak dikendarainya.
"Holaaaaa Syasa, siap jadi mata-mata?" Ucapnya mengelus mobil mulus itu.
Tak mau berlama-lama, Hinata pun segera melajukan mobilnya menuju kantor besar sang suami.
Setelah sampai, Hinata memarkirkan mobilnya di tempat yang jauh dari jangkauan sang suami. Jika sang suami mengetahui keberadaannya, maka misinya saat ini akan gagal.
Hampir satu jam Hinata menunggu di sana. Namun, selama itu juga ia tidak menemukan keberadaan suaminya itu. Dengan perasaan kesal, Hinata yang mulai lapar itu menjauhkan mobilnya meninggalkan kantor Naruto.
"Kenapa malah gak dapet bukti sih!" Teriaknya yang kesal.
Kekesalannya mulai bertambah di kala jalanan mulai macet. Mungkin sedang ada pemeriksaan surat-surat berkendara. Untung saja dia membawa lengkap semua surat-surat mobilnya. Pikir Hinata.
Detik selanjutnya matanya membulat kala melihat mobil yang tidak asing dalam ingatannya berada tepat di depannya. Ia tahu jelas itu pasti mobil sang suami.
Matanya mulai memincing pada mobil itu. Dan benar saja, itu suaminya. Tapi, siapa yang saat ini tengah duduk manis di samping suaminya itu.
Matanya mulai mengembun, siap membanjirkan air mata yang menumpuk di dalamnya.
"Jangan cengeng Nata!" Ucapnya menyemangati diri sendiri.
Hinata mencoba mengemudikan mobilnya di jalanan yang padat itu. Namun, seorang polisi menghentikan laju mobilnya.
"Maaf nyonya, surat-suratnya lengkap?" Tanya polisi itu ramah.
"Lengkap pak!" Jawab Hinata seraya menyodorkan surat-surat mobilnya dengan kesal.
"Terima kasih, Nyonya. Sebelum itu_"
"Apa lagi pak? Saya lagi buru-buru ini!" Sela Hinata menghentikan ucapan polisi lalu lintas.
"Nyonya lagi hamil besar, kenapa mengemudi mobil sendirian?" Tanya polisi itu membuat Hinata semakin kesal.
"Terserah saya pak! Saya tolong kembalin surat-surat saya! Saya lagi buru-buru!" Mata Hinata terpaku pada mobil Naruto yang sudah melaju kencang.
"O-ohhh ba-baik. Ini Nyonya!" Dengan gugup polisi itu menyerahkan surat-surat miliknya.
Dengan kecepatan kilat juga tak lupa dengan matanya yang terfokus dari jalanan, Hinata mencoba menyusul mobil Naruto yang ada di depannya.
Lima belas menit setelahnya, mobil Naruto berhenti di sebuah pusat pembelanjaan. Hati Hinata mulai panas kala mengingat kembali ada seorang wanita di mobil mewah itu.
Matanya terbelalak kala melihat Naruto bersama wanita tersebut Keluar dari mobilnya. Yang membuatnya terkejut sampai membelalakan matanya itu adalah rupa dari wanita yang bersama dengan Naruto saat ini.
"Bagaimana bisa?" Ucapnya menjerit tak terima.
Hinata tidak pernah menyangka, seseorang yang telah menjalin pertemanan dengannya, kini tengah berskandal bersama suaminya!
"Apa aku salah melihat? "Ucap Hinata dengan air mata yang mulai membasahi pipinya.
Matanya membanjir kala melihat keduanya berjalan bersisian menuju mall besar di depannya itu. Pikirannya mulai kacau. Hinata membanting pintu mobilnya kemudian dengan tergesa mengikuti kedua orang yangh dikenalnya itu. Ia tidak memperdulikan jika saja kedua orang itu menyadari kehadirannya.
Ia akan mencari kesempatan yang bagus untuk melabrak wanita itu. Tak peduli jika nanti pertemanan dengan wanita itu akan terputus.
Biarlah dia egois untuk saat ini. Ia melakukan ini semua demi masa depannya juga anaknya. Dirinya tidak akan membiarkan anak ini terlahir tanpa cinta utuh dari sang ayah. Ia tidak akan membiarkan putranya ini mendapatkan cinta terbagi yang diberikan oleh ayahnya.
....
KAMU SEDANG MEMBACA
Love For Life Season 2
RomanceLove Season 2 NaruHina Fanfiction ©Masashi Kishimoto Mereka yang berani melangkah menuju tanggung jawab besar yang hadir di depannya. Meskipun pertentangan terkadang menjumpai dua insan itu, namun mereka tetap bertahan mewujudkan keluarga yang ha...