Selamat Datang Bolt

381 51 5
                                    

Naruto menatap cemas ruangan operasi yang saat ini ditempati oleh istri tercintanya.

Tadi dokter mengatakan bahwa sang istri harus menjalani operasi cesar untuk mengeluarkan buah hati mereka. Jika operasi tersebut tidak dilakukan, putra perdananya mungkin tidak akan pernah melihat dunia. Karena itu, dengan terpaksa Naruto menandatangani persetujuan operasi yang menyakitkan untuk sang istri. 

"Ya Tuhan, tolong selamatkan kedua cintaku. Tolong jaga mereka, jangan sampai sesuatu yang buruk menimpa mereka." Tangis Naruto ketika dokter berkata akan memulai operasi.

Saat itu Naruto merenung, jika saja pagi tadi ia menemani sang istri, pasti hal buruk tidak akan terjadi pada istrinya.

Naruto sangat bersalah karena tak mampu menjaga cintanya. Perasaan bersalah itu membuat Naruto menangis lirih dengan tangan yang menjambak rambut pirangnya.

"Maafkan aku, Sayang. Aku tidak bisa menjagamu dan jagoan kita. Aku gagal menjadi suami dan ayah sempurna untuk kalian." Lirihnya yang frustrasi.

Waktu terus berlalu, sejak dokter berkata akan memulai operasi satu jam yang lalu, sampai saat ini ruangan operasi tak kunjung terbuka.

Mata Naruto tak pernah lepas dari pintu yang menenggelamkan sang istri bersama kesakitannya. Hatinya semakin gundah gulana.

"Ya Tuhan tolong selamatkan istri dan anakku. Aku tidak akan menghadap padamu lagi, jika Kau membiarkan istri dan anakku pergi." Doanya yang putus asa.

Lama termenung, Naruto tiba-tiba mengambil ponsel yang sedari tadi tersimpan di saku celananya. Karena perasaan cemas yang amat itu, ia lupa bahwa sampai sekarang dirinya tidak mengabari keluarganya yang jauh di Jepang. 

Naruto mendial nomor sang mama, dengan tangisannya ia mengatakan seluruh kekhawatiran serta penyesalannya pada sang mama. Yang di sana pula ikut menangis, mengetahui betapa tak beruntungnya menantu dan cucunya hingga harus mengalami kejadian naas itu.

Kushina yang menangis terus memberikan semangat pada sang putra. Ia juga berjanji akan menyusul putranya detik itu juga.

"Kamu jangan nangis, Sayang. Kaa-chan yakin Hinata dan cucu Kaa-chan pasti baik-baik saja. Mereka kuat." Ucap Kushina dengan isakannya.

Perasaan Naruto sedikit terobati mendengar ucapan sang mama. Lantas ia menghapus air matanya.

"Terima kasih, Kaa-chan." Katanya lirih.

Naruto menutup panggilannya ketika ia melihat pintu ruangan operasi sang istri terbuka. Kakinya berjalan cepat menghampiri seorang dokter yang sedang menggendong bayi. 

Wajah dan Hatinya tersenyum. Bibirnya terus menyunggingkan senyuman cerah, menyambut kehadiran sang putra ke dunia. Air mata haru meluncur menuju pipinya.

"Jagoan ayah," lirihnya bahagia.

Naruto menatap binar sang putra dalam gendongan dokter. Ia amat bahagia. Saat ini, jagoan kecil yang selama tujuh bulan ini ia tunggu kini berada di depan matanya. Jagoan kecilnya itu mengeluarkan tangisan kencang yang membuat Naruto tertawa kecil di sela tangisannya. 

"Selamat bapak, bayi anda lahir dengan sehat dan sempurna meskipun di usianya yang masih muda. Namun, mohon maaf kami harus memberikan perawatan lebih untuk bayi bapak." Ucap dokter tersebut yang dibalas anggukan kepala oleh Naruto.

Mata Naruto terus menatap binar bayi mungilnya. Ia mengikuti setiap langkah sang dokter yang membawa jagoannya menuju tempat yang aman.

Mereka akhirnya sampai di ruangan inkubator. Naruto bahkan tak mengindahkan ucapan dokter yang menyuruhnya untuk menunggu di luar ruangan.

"Dia sangat kecil, bagaimana bisa aku menggendonya?" Gumamnya tertawa kecil. 

Tanpa sadar, tangannya bergerak meminta dokter untuk mememberikan sang jagoan pada gendongannya. 

Dokter tersenyum dengan binaran Naruto. Setelah dokter tersebut selesai dengan perawatannya pada sang bayi, ia keluar dari ruangan inkubator, meninggalkan Naruto yang masih terpana oleh jagoannya.


Tangan Naruto menapaki kaca yang mengurung putra kecilnya. Hatinya terasa sakit melihat jagoannya yang sangat kecil.

Meskipun begitu, bibir Naruto tersenyum ketika berpapasan langsung dengan sang buah hati.

"Kamu sangat mirip dengan ayah, Bolt." Ucapnya terseyum lebar.

"Terima kasih sudah bertahan bersama buna. Kamu anak yang hebat, kamu bisa bertahan meskipun saat ini bukanlah waktumu untuk melihat dunia. Ayah bangga padamu, buna juga pasti bangga.
Selamat datang Boruto Namikaze. Ayah menyayangimu...." Lanjut Naruto dengan tangan yang mencoba meraih wajah mungil putra perdananya. 

....





Love For Life Season 2 Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang