06.00 angka yang tertera pada jam di hari minggu. Hari ini, langit mulai bersinar terang, cocok untuk olahragawan berlari-lari kecil di halaman rumahnya. Jika dilihat dari luar pun, ibu-ibu ada yang sibuk menyiram tanaman, ada yang sibuk berbelanja, juga ada yang sibuk bergosip ria tentang berita panas hari ini.
Namun, langit yang mulai terang itu tidak membangunkan sepasang suami istri yang masih tertidur pulas di peraduannya. Bahkan mereka tidak melirik matahari yang hari ini tersenyum sangat lebar.
Namun, ketika angin menerpa gorden dan membuat mereka kedinginan, mau tak mau salah satu dari mereka harus bangun.
"Hoam..." Sang istri menguap kecil sebelum akhirnya bangun dari tempat peraduannya.
Ia berjalan mendekati jendela kemudian menutup jendela yang entah mengapa terbuka. Mungkin kemarin malam ia lupa menutupnya saking kelelahannya hari itu. Ia kembali berjalan menuju tempat tidur yang kini hanya diisi oleh sang suami.
"Selamat pagi, Naruto-kun." wanita itu mengecup kening sang suami lembut. Setelahnya ia pergi menuju kamar mandi guna membersihkan tubuhnya di pagi hari.
Ah kita lupa berkenalan. Wanita manis itu bernama Namikaze Hinata, seorang wanita yang kemarin sah menjabat sebagai istri dari CEO Uzu-Nami, Namikaze Naruto. Seperti yang disebutkan di atas, mereka adalah pengantin baru yang berusaha membangun keluarga kecil harmonis.
Setelah selesai membersihkan dirinya, Hinata berjalan meninggalkan sang suami yang masih saja bergelung dengan mimpinya.
Di pagi hari ini ia akan memasak sarapan spesial untuk orang spesialnya.
...
Matahari semakin naik, memerintahkan para penduduk bumi untuk bangun dari ranjang nyamannya.
Kini sepasang mata bak lautan itu juga terbuka bukan karena matahari yang menganggu tidur pulasnya, melainkan aroma masakan yang melintas di hidungnya yang tajam.
Pria itu dengan malas merentangkan tangannya mencoba menghilangkan rasa kantuk yang terus menyapanya.
Lalu mata lautannya menatap jam dinding yang kini menunjukan pukul 07.20
"Ahh sudah pagi," pikirnya.
Dengan langkah pelan, pria bersurai pirang itu melangkahkan kakinya menuju aroma masakan yang lancang menganggu tidurnya.
Langkahnya terus berjalan menuju dapur, tidak memperdulikan hawa dingin yang menyambut tubuhnya yang toples kala itu.
Matanya yang sayu kini berbinar dengan lebar kala melihat seseorang yang semalam resmi menjadi wanitanya itu berkutat di dapur.
Langkahnya berhenti di pantry. Ia mendudukan bokong seksinya di kursi pantry seraya menatap lekat istri cantiknya itu.
"Naruto-kun sudah mandi?" Tanya wanita itu tanpa mengalihkan fokusnya pada masakan yang dibuatnya.
"Hmmm, " gumam pria yang dipanggil Naruto itu singkat.
Ia menenggelamkan wajahnya pada meja pantry yang dingin. Matanya masih terasa berat, namun hidungnya yang mencium wangi makanan lezat membuat perutnya memberontak minta di isi.
Beberapa menit setelahnya, Hinata menghentikan masakannya kala mendengar dengkuran halus sang suami. Ia mengusap rambut pirang itu gemas.
"Naruto-kun pindah ke kamar ya. Di sini dingin. Kamu juga enggak pake baju." Tegas Hinata dengan pipi yang memerah kala melihat tubuh atletis sang suami yang tak tertutup apapun.
"Bentar Bee," Naruto menggenggam tangan Hinata yang mengusak surai pirangnya. Ia mengarahkan tangan itu menuju kepalanya, dan menjadikan tangan itu sebagai bantal tidurnya.
Hinata tersenyum kecil melihat tingkah manja Naruto. Tangan yang menganggur kembali mengusak lembut surai pirang Naruto.
"Yaudah, sekarang lepasin dulu tanganku. Aku harus segera menyiapkan makanannya ya... " Pinta Hinata lembut.
Bukannya menurut, Naruto malah menarik tangan Hinata dan memeluk erat tubuh ramping Hinata.
"Ishhh bangun, Naru~~" Hinata berusaha menjauh dari jangkauan Naruto. Namun Naruto malah mengeratkan pelukannya pada Hinata.
"Temenin tidur ya~~" rengek Naruto.
"Enggak mau. Sana tidur sendiri!! Lagipula ini udah pagi, masa kamu masih mau tidur!!" Bantah Hinata.
Naruto tak menjawab. Ia memejamkan matanya di perut rata sang istri. Dan Hinata hanya bisa menghela nafas melihat tingkah manja suaminya itu.
"Naruto-kun ayo bangun. Pindah ke kamar ya... " Ucap Hinata lembut. Tangannya kembali mengusak rambut pirang Naruto.
"Oke, tapi temani. Lima menit saja~~" tawar Naruto manja.
Hinata tak berkutit. Ia dengan malas mengiyakan ucapan suami tampannya itu. Meninggalkan masakan yang siap untuk dihidangkan, dan kembali bergelung di peraduannya.
"Aku mencintaimu~~" rengek Naruto menenggelamkan wajahnya di ceruk leher Hinata.
Hinata menggelengkan kepalanya melihat tingkah manja Naruto. Selama berpacaran Naruto memang lebay dan manja. Tapi prianya ini tidak semanja sekarang.
"Lagipula ini masih terlalu pagi untuk pemalas seperti Naruto-kun bangun..." ucap Hinata dengan nada ejeknya.
Naruto tidak menanggapi ucapan Hinata. Ia semakin menenggelamkan wajahnya di ceruk leher Hinata. Matanya yang lelah kembali berjalan menuju alam mimpi yang menunggunya.
Tangan Hinata sedari tadi tak lepas dari surai lembut Naruto. Keduanya berbaring nyaman di tempat tidur.
Hinata mendengus kesal dengan tingkah malas suami tampannya itu. Apalagi sekarang dirinya tidak bisa kemana-mana karena suami tampannya mengurungnya dengan sangat erat dalam pelukan hangatnya.
Maka dari itu, mau tak mau Hinata mengikuti sang suami kembali ke alam mimpi. Biarlah sarapan mereka menjadi makan siang nantinya.
....
Hampir jam 09.00 Naruto baru terbangun dari tidurnya. Ia masih saja memeluk Hinata yang tertidur nyaman di pelukan eratnya.
Cup
Cup
Cup
Karena gemas, Naruto mengecup seluruh permukaan wajah Hinata. Membuat Hinata merasa risih dan akhirnya terbangun dari tidur lelapnya.
"Su-sudah Naruto-kun... " Gugupnya.
"Padahal udah nikah, tapi masih aja gugup ~~" goda Naruto.
"Ya-yak biarin dong!!"
Hinata merasakan tubuh hangat Naruto yang masih saja toples. Ia mencubit perut six pack itu pelan.
"Sana mandi Naruto-kun bau... " Ucapnya dengan tangan menjepit idung.
"Yak! Tidak mandi pun aku masih wangi, Bee... "
Naruto semakin memeluk erat Hinata. Ia mendusalkan hidungnya gemas di kepala sang istri.
Bibirnya tak tinggal diam. Bibir itu kembali mengecup seluruh permukaan wajah sang istri lembut.
"Wangi apanya." Hinata mendorong tubuh Naruto agar menjauh darinya. Ia
Naruto tidak bergeming dari dorongan Hinata. Ia semakin mendusalkan tubuhnya pada tubuh sang istri. Mengabaikan rasa lapar yang saat ini memberontak perutnya.
Yah memang sulit memisahkan pengantin baru yang sedang dimabuk Cinta.
Untuk itu, mari kita tinggalkan kedua orang yang masih saja menebar cinta. Membiarkan para jomblo menangisi nasibnya yang malang.
....
KAMU SEDANG MEMBACA
Love For Life Season 2
RomanceLove Season 2 NaruHina Fanfiction ©Masashi Kishimoto Mereka yang berani melangkah menuju tanggung jawab besar yang hadir di depannya. Meskipun pertentangan terkadang menjumpai dua insan itu, namun mereka tetap bertahan mewujudkan keluarga yang ha...