Ayah dan Jagoannya

352 48 3
                                    

Sudah hampir dua minggu Bolt menjadi bagian dari dunia. Dan selama dua minggu ini juga sang ibu, Hinata masih betah berada di alam bawah sadarnya. Naruto semakin khawatir melihat sang istri yang sampai sekarang memejamkan matanya.

Namun di balik rasa khawatirnya, ada rasa bahagia dan rasa syukur karena jagoannya sudah keluar dari kurungan Inkubator yang selama ini memenjarakannya. 

Naruto memandang sedih jagoan kecilnya yang kini berada di gendongan sang ibu, Kushina. Sudah satu minggu ini bayi mungil itu tinggal di villa mewah milik keluarga Namikaze yang ada di Korea Selatan. Ahh istrinya juga berada di tempat yang sama saat ini.

Naruto sengaja merawat sang istri di villa keluarganya agar si kecil juga dapat ia pantau. Jika dia membiarkan istrinya dirawat di rumah sakit, maka dengan terpaksa ia harus melelahkan diri karena harus ke sana-kemari memantau sang istri dan sang jagoan. 

Saat ini Naruto tengah memerhatikan jagoan dan ibunya yang sedang beradu kasih. Matanya terus menatap sang jagoan, seolah takut jika ia melepaskan pandangannya maka sang jagoan akan pergi entah kemana.

Kushina menatap Naruto yang masih saja tidak mengalihkan pandangannya dari jagoan kecilnya itu. Bibir dari ibu tunggal itu tersenyum manis ketika mengetahui apa yang diinginkan sang putra.

"Mau menggendongnya?" Tawar Kushina lembut. 

Naruto menganggukan kepalanya, namun sedetik kemudian ia menggelengkan kepalanya ribut. 

"Kenapa?" Balasnya mempertanyakan jawaban sang putra.

"Dia sangat kecil. Aku takut melukainya." Cicit Naruto dengan pandangan yang masih belum lepas dari sang jagoan.

Kushina tertawa mendengar jawaban polos yang dilontarkan putra tunggalnya itu.

"Bolt tidak akan terluka jika kamu enggak kasar, Naru." Ucap Kushina disela tawanya. "Masa udah satu minggu kamu belum mau menggendong Bolt. Bolt pasti merindukan ayahnya."

Cengiran kuda di layangkan Naruto untuk menjawab pernyataan sang ibu. 

"Yaudah, coba Kaa-chan ajarin...." Cicit Naruto menatap polos sang ibu. 

Kushina tersenyum kecil mendengar pernyataan polos sang anak. Dengan langkah lembut, Kushina  menyerahkan bayi mungil itu pada ayahnya. Bibirnya juga tidak berhenti berucap, memberi petunjuk dan wejangan untuk sang anak. 

Kini bayi mungil itu berada di gendongan ayah tercintanya. Bayi mungil itu menelusukkan kepalanya pada dada bidang sang ayah, hingga membuat sang ayah tersenyum gemas menatap putra perdananya. 

"Uhhh Ayah gemes sama Bolt...." Naruto menggesekkan hidungnya pada pipi merah putranya. Naruto terus menebar rasa sayangnya pada sang anak di depan ibunya. Ia tak berhenti memuji sang anak yang telah menjadi bahagianya.

Kaki Naruto tiba-tiba melangkah, meninggalkan Kushina yang menatapnya senang. Ia membawa putra mungilnya menuju taman belakang yang dihiasi berbagai macam bunga.

Setelah sampai di tempat yang dituju, dengan pelan Naruto mendudukan dirinya di kursi yang tersedia di sana. 

"Bolt, jagoan ayah yang paling ayah sayangi dan cintai. Kamu kebanggaan ayah, bahagia ayah, dan cinta ayah.

Bolt harus jadi anak yang berbakti sama ayah buna. Jangan nakal, jangan merepotkan orang lain.

Bolt harus menjadi orang yang dibutuhkan, jangan sampai kamu menjadi orang yang dibenci karena cuek pada lingkungan sekitar

Enggak papa jika nanti Bolt enggak dapet mendali atau peringkat pertama di sekolah. Karena Ayah dan buna bukan menginginkan kamu menjadi seorang ambisius yang selalu menginginkan kemenangan. Ayah dan buna ingin kamu menjadi anak berbakti dan memiliki rasa empati yang tinggi. Jangan sampai kamu meninggalkan orang yang kamu sayang demi sebuah materi yang berharga kecil.

Jangan sampai kamu terjerumus hal-hal yang negatif. Ayah tidak akan segan memukul kamu kalo kamu terjun pada dunia itu. 

Ayah dan buna akan membimbingmu sampai kamu tua nanti. Kami tidak akan lepas tangan dengan membiarkanmu tumbuh seorang diri. Jika kami marah jangan anggap kami benci, karena sejak kamu hadir di dunia kamu sudah menjadi belahan jiwa kami. Jadi mustahil kami membenci bayi mungil yang sangat menggemaskan ini. 

Kamu juga harus menjaga buna. Dia adalah ratu di istana kecil kita. Jangan pernah membuatnya menangis dan kecewa. Kita berdua harus bersatu untuk menjaga dan membahagiakan ratu kesayangan kita yaaa...."

Air mata berjatuhan di pipi bergaris Naruto. Dengan bibir yang bergetar, ia mengecup kening puteranya dengan penuh kasih.

Pasangan ayah dan anak itu menghabiskan senja di taman belakang yang indah, mereka membiarkan senja berganti dengan bulan yang mengingatkan kesayangan mereka.


....

Love For Life Season 2 Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang