Pukul dua dini hari. Suami istri yang baru menikah delapan bulan itu bergelung nyaman di pelukan pasangannya.
Sang istri mengeratkan pelukannya pada sang suami. Mimpinya mulai kacau, membuatnya berguling gelisah dari kanan ke kiri. Sang suami yang merasakan kegelisahan istrinya langsung membuka matanya, meskipun rasa kantuk masih mendera matanya.
"Ada apa, Sayang?" Tanya sang suami memeluk istrinya yang kini tidur membelakangi dirinya.
Hinata yang kembali merasakan pelukan hangat sang suami membalikan badannya. Wajahnya menyendu dengan air mata yang siap meluncur deras di matanya sayunya.
"Naru lapar~" Rengek Hinata menenggelamkan kepalanya pada perpotongan leher Naruto.
"Jam segini? Enggak salah?" Tanya Naruto heran.
"Ihhh lapernya emang jam segini. Gak mau ya kasih makan aku?" Balas Hinata mulai merajuk.
"Maaf sayang... "
Dengan mata yang mulai menyegar, Naruto berdiri dan menggendong sang istri seperti koala. Dengan hati-hati ia membawa sang istri ke lantai bawah di mana dapur berada.
Setelah sampai di dapur ia mendudukan Hinata di atas meja kompor. Bibirnya mengecup kecil wajah sang istri yang masih mengantuk.
"Jangan tidur dulu, Sayang. Katanya lapar..." Hinata mengerang pelan menjawab pernyataan Naruto.
Padahal perutnya sangat lapar. Namun mata kantuknya tidak bisa di ajak berdamai dengan perutnya yang kini berbunyi keras.
"Ingin makan apa hmm?" Tanya Naruto lembut.
Mata Hinata kembali terbuka. Bayangannya menampilkan sup kuah mie pedas dengan sosis dan bakso di dalamnya. Jangan lupakan ada ayam goreng yang ikut masuk ke dalam kuah itu.
"Naru mau masakin Hinata kannn..." Lirih Hinata masih dengan bayangannya tentang makanan.
"Tentu saja, Sayang..."
"Aku pengen ramen yang dicampur bakso sama sosis. Ohh jangan lupa sama chiken juga!!" Kini Hinata berucap dengan nada riangnya. Mengabaikan rasa kantuk yang masih mengerjai matanya.
"Baiklah Baginda ratu. Sekarang biarkan suamimu yang tampan ini memasak makanan pesanan Baginda ratu yang cantik ini." Wajah Hinata memerah mendengar gombalan dari Naruto.
Lantas Naruto menurunkan Hinata dari meja kompor dan mendudukannya di kursi pantry. Ia tidak mau jika nanti istrinya itu terjatuh karena kantuk yang menderanya.
Setelah memastikan sang istri nyaman dengan tempat duduknya, ia berjalan menuju kulkas di mana bahan masakannya di simpan.
Kulkas pertama ia mendapatkan ayam mentah untuk bahan utama ayam goreng. Sosis juga tersimpan rapi di rak kulkas itu. Ia mengambil tiga potong sosis dan dua potong paha ayam.
Di kulkas yang kedua ia mulai kebingungan karena bahan utama berikutnya tidak tersimpan di dalam kulkas yang kedua itu.
Malah kulkas itu terisi penuh oleh coklat, es krim serta dessert berperasa manis yang ia yakini milik sang istri.
"Mungkin di rak ya..." Gumamnya seraya membuka delapan rak yang tersimpan rapi di atas meja kompor.
Bahkan setelah mengecek rak yang ada di bawah kompor, dirinya tidak menemukan ramen instan serta bakso yang menjadi bahan utamanya kali ini.
Dengan rasa tidak enak, ia menghampiri sang istri yang tengah menangkupkan wajahnya di atas meja.
"Sayang, ramennya sudah habis. Gimana kalo Naru bikinin Chiken Katsu aja ya..."
Hinata menggelengkan kepalanya cepat. Yang saat ini ada dalam bayangannya adalah kuah merah ramen bukan ayam goreng khas negaranya.
"Tapi Hinata pengennya ramen Naruuu~
Naru gak liat mulut Hina berliur karena membayangkan makanan itu sedari tadi."Naruto menatap sedih sang istri yang kini merengek padanya.
"Yaudah, Naru ke supermarket dulu ya. Kamu tunggu aja di sini."
Hinata kembali menggeleng. Ia mengambil tangan sang suami dan dipeluknya erat.
"Aku ikut!!!" Tegasnya.
"Tapi ini masih malam, Sayang. Gak baik kalo kamu berkeliaran di luar. Tunggu aja di sini ya. Aku janji sebentar kok... "
"Kata siapa ini masih malam. Ini sudah pagi Naruuu~~~"
"Iya pagi, tapi masih pukul dua Sayang...." Naruto mulai prustasi dengan tingkah istrinya itu.
"Pokoknya aku mau ikut! Kalo Naru nggak izinin, aku pulang aja ke rumah Kushina Kaa-chan sambil bilang kalo Naruto-nya udah gak sayang sama menentu kesayangan Kaa-chan!"
"Ya Tuhan Hinataaa..."
Dari pada sang istri merajuk dan melapor yang tidak-tidak pada sang ibunda, dengan terpaksa Naruto membawa Hinata ke supermarket untuk membeli ramen instan dan Bakso yang wanita berbadan dua itu inginkan.
Setelah beberapa saat, keduanya sampai di supermarket. Namun ketika Naruto keluar dari mobil Hinata dengan cepat menarik tangan Naruto.
"Jangan kesana..." Cicitnya membuat Naruto bingung.
"Kenapa Sayang? Bukannya kamu ingin ramen hmmm?" Tanya Naruto lembut.
"Enggak jadi Mas. Nana jadinya pengen burger aja..." Jawab Hinata pelan seraya jarinya menunjuk restoran makanan cepat saji asal Amerika yang ternyata masih buka.
Di satu sisi Naruto merasa senang tidak jadi masak di malam yang dingin. Namun di sisi lain, ia ingin mengumpati pemilik restoran itu karena membuat sang istri makan makanan tidak sehat di pagi hari yang saat ini baru menunjuk angka tiga.
Mari kita tinggalkan Naruto yang saat ini kesal dengan pemilik restoran itu. Yahh, siapa juga yang membiarkan bayinya yang masih segumpal darah makan makanan tidak sehat itu tepat pukul tiga pagi. Yah mau gimana lagi, kalo di tegur nanti Hinatanya malah nangis.
Kita doakan saja hari-hari berikutnya Hinata nggak ngidam yang aneh-aneh.
....
Maaf ya, aku udah berbulan-bulan enggak ada kabar ಥ‿ಥ
KAMU SEDANG MEMBACA
Love For Life Season 2
RomanceLove Season 2 NaruHina Fanfiction ©Masashi Kishimoto Mereka yang berani melangkah menuju tanggung jawab besar yang hadir di depannya. Meskipun pertentangan terkadang menjumpai dua insan itu, namun mereka tetap bertahan mewujudkan keluarga yang ha...