Perayaan Kecil Dari Keluarga Kecil Namikaze

754 60 6
                                    

Setelah mengetahui kabar kehamilan sang istri, di pagi hari yang cerah Naruto menyibukkan dirinya dengan memasak berbagai jenis hidangan mewah. 

Jangan menganggap Naruto ini sebagai pria yang tidak pandai dalam pekerjaan rumah. Yahh meskipun dia sangat dimanja, namun dia juga dituntut untuk bisa melakukan pekerjaan rumah jika sewaktu-waktu istrinya di masa depan tidak bisa melakukannya.

Jika kalian bertanya di mana Hinata, tentu saja saat ini wanita manis itu masih bergelung nyaman di tempat tidurnya. Aroma masakan lezat pun tidak menyudutkannya untuk terbangun dari bunga tidur. 

Saat ini yang diperdulikannya bukan makanan melainkan tidur yang nyaman.

Naruto pun tidak mempermasalahkan Hinata yang saat ini masih memejamkan matanya. Ia tahu betul sang istri sangat kelelahan setelah menyiapkan kejutan besar untuknya kemarin malam. 


Dan seperti yang dikatakan Naruto malam kemarin, dirinya benar-benar mengambil cuti hari ini. Yah meskipun si bos rakus itu mengomelinya sepanjang telpon tersambung. 

Rencananya hari ini ia akan merayakan kabar kehamilan Hinata dengan mengundang keluarga beserta teman-temannya. Untuk itulah kenapa hari ini dirinya memasak banyak makanan. Daripada harus membeli lebih baik membuat bukan. Lumayan uangnya bisa dipakai untuk membeli skincare Hinata. 



Tepat pukul sembilan siang, Naruto sudah menyelesaikan masakannya. Bahkan kini Hinata tengah menumpukan kepalanya pada meja makan di depannya. Padahal saat Hinata melihat makanan mewah di depannya, perutnya mulai bergemuruh keras. Namun, rasa kantuknya tidak bisa ia ajak untuk berdamai dengan rasa laparnya. 

"Mandi gih, biar enggak bau Nanti di depan Mama mertuamu." perintah Naruto diiringi dengan candaannya. 

"Hmm. Bentar, Naruu Natanya masih ngantuk~" Balas Hinata merengek. 

"Terus kamu mau keliatan kucel sama bau di depan Kaa-chan?"

"Ishh biarin aja. Kaa-chan juga pasti ngerti."

"Mau mandi atau aku kelitiki sekarang?"

"Kelitiki saja.... " Lirih Hinata mencoba meraih kembali bunga tidurnya.


Naruto menggelengkan kepala kala melihat istri manisnya yang masih mengantuk. Ia mengangkat tubuh sang istri dan menggendongnya ala bridal style. Kemudian ia membawa sang istri ke kamar mandi guna membersihkan tubuh yang menguar bau keringat bercampur strawberry. 

"Isshhh Naruuu turunin.... " Berontak Hinata dalam gendongan Naruto.

"Tidak sebelum kita sampai di kamar mandi!"

"Dasar nyebelin!" Hinata mulai mengerucutkan bibirnya kesal. 

"Dasar pemalas.." Balas Naruto. 

"Nyebelin! Nyebelin! Nyebelin! Naruto Namikaze Nyebelin!! " Naruto hanya tertawa kecil melihat sisi kekanakan sang istri. 

Tepat pukul sebelas siang, setelah memaksa Hinata mandi, ia menghubungi kedua orang tua beserta mertunya juga teman-teman seperjuangannya untuk datang bertamu di rumah kecil miliknya. 

Dan hal tersebut sukses ia mendapatkan banyak omelan dari keluarga beserta teman-temannya. Karena mengundang mereka saat jam kerja masih berlangsung. 

Omelan mereka terhenti kala Naruto menjelaskan bahwa sang istri kini tengah berbadan dua. Mereka semua bersuka cita, tak terkecuali sang Tou-chan yang ia sebut dengan panggilan bos rakus itu. Pria setengah baya itu bahkan rela meninggalkan pekerjaan dan uang yang bisa mengalir di setiap detiknya. 


....

Pukul dua belas tepat, keluarga beserta teman-teman Naruto dan Hinata mulai berdatangan. Mereka mengumpat pelan kala Shion dengan suara cemprengnya memenuhi gendang telinga semua orang yang ada di ruangan itu. 

Hinata bahkan menggelengkan kepalanya heran dengan tingkah absurd sepupunya. Ia mengelus perutnya seraya berucap:

"Nak jangan sampai kau seperti bibimu yang satu itu. Jadilan seperti paman Sasuke yang kalem dan sabar menghadapi tingkah laku absurd bibimu itu." 

Semua orang yang hadir di perayaan kecil itu tertawa mendengar ucapan Hinata. Tidak semua orang sih, Shion malah menundukan kepalanya dengan pipi memerah kala mendengar namanya disandingkan dengan sang pujaan hati. 

"Sudah berapa bulan, sayang?" Hinata memandang Ibu kandungnya yang kini mengusap perut datarnya. 

"Kemarin kata dokter sudah dua bulan." Jawab Hinata dengan senyuman manisnya. 

"Sudah besar ternyata. Untuk menghindari hal yang tidak diinginkan, Minato Tou-chan harus mengurangi jatah lembur Naruto." Kini Mama mertua Hinata yang ikut berbincang. 

"Benar tuh Kaa-chan! Masa ia hampir tiap hari Tou-chan menyuruh Naru lembur!" Timpal Naruto dengan kalimat dilebih-lebihkannya. 

"Yak jangan berbohong kamu_"

"Sudah jangan mengelak, Besan. Biarkan mereka berdua bersenang-senang sebelum bayinya keluar. Jangan menyuruh menantuku itu lembur. Kasihan Hinata tidak ada teman tidur saat malam tiba."

"Benar tuh. Lagipula Paman kan udah kaya. Kenapa masih nyari keuntungan yang banyak sih. Kita jugakan jadi kena getahnya harus lembur tiap hari." Kini Shion dengan suara menggelegarnya berucap. 

Iya, Shion itu bekerja di perusahaan Namikaze. Dia bekerja sebagai manajer di sana.

"Paman itu sudah tua loh. Seharusnya Paman istirahat saja di rumah. Kalo kecapean nanti encoknya kumat loh!"

"Yak kenapa kalian jadi mengomeliku sih!!!" Minato mengomel tidak terima jika dirinya jadi oknum jahat di perayaan kehamilan sang menantu. 

"Siapa suruh jadi bos rakus!!" Ucap semua orang yang ada di sana tertawa puas. 


Sekarang kita biarkan Minato mendapatkan omelan yang akan memecahkan gendang telinganya. Siapa tau saja kan kata-kata itu membuatnya berpikir dan akhirnya menghentikan tindakan rakusnya menyuruh sang anak selalu lembur sampai dini hari. 


...


Love For Life Season 2 Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang