Putus Asa (Ayah)

331 41 1
                                    

Naruto POV

Hari sudah petang, namun wanita yang kini terbaring di ranjang putih nyaman itu belum juga membuka matanya. Alat-alat medis yang melekat selama tiga minggu di tubuh mungilnya sampai sekarang belum juga terlepas. 

Ku ambil tangan putih pucat milik ratuku yang belum juga bergerak. Tangan pucat itu terus aku kecup dengan air mata yang meluncur di pipiku. 

"Sayang, aku rindu kamu...." Lirihku dengan putus asa.

Aku menatap wajahnya yang terlihat sangat pucat. Tak ada rona merah alami yang mewarnai bibir dan pipinya saat ini.

Wajahnya yang pucat itu masih terlihat cantik, namun ratuku akan semakin cantik jika matanya terbuka ditambah tersenyum indah yang merekah. 

Ini hampir tiga minggu ratuku mengatupkan matanya. Hingga saat ini, dia belum membuka mata indahnya itu.

Keadaan ini membuatku putus asa. Aku takut dia tidak akan membuka matanya kembali. Aku tak ingin kehilangan ratuku. Aku ingin dia terus berada di sisiku hingga kita menjemput ajal bersama di hari tua nanti.

Ratuku harus bertahan. Aku tak bisa hidup tanpanya, begitu pun dengan jagoanku. Jagoanku sangat membutuhkan bunanya. Dia membutuhkan sentuhan bunanya untuk melewati masa.

Aku sangat merindukannya. Merindukan bagaimana dia merajuk, marah, tersenyum dan tingkah jailnya.  Aku rindu dia bermanja padaku.

Hatiku sangat hancur melihat dia yang, masih saja tertidur.

Aku tak apa jika harus menukar nyawa untuk kesembuhannya. Ratuku harus bertahan hidup agar jagoanku bisa melewati masa dengan bahagia.

Ingatanku beranjak pada kejadian sial yang membuat kekacauan dalam hidupku. Jika saja saat itu aku menjaganya dengan sangat-sangat baik, kejadian naas hari itu pasti tidak akan terjadi. Harusnya saat ini kami menikmati petang yang indah di taman belakang. Dia yang bermanja padaku, dan aku yang mengusap perut buncitnya dengan lembut.

"Sayang, kau tidak merindukan Jagoan kita? Dia sangat merindukan bunanya... 

Setiap malam jagoan kita selalu menangis karena merindukan bunanya. Apakah kamu tidak ingin menimangnya? Apakah kamu tidak mau memberikan sentuhanmu untuknya? 

Sayang maafkan aku yang tidak menjagamu dengan baik. Maafkan aku karena gagal menjadi suami yang sempurna untukmu.

Kumohon bangunlah, timang jagoan kita dan berikan kasihmu untuk jagoan kita." Tangan mungil itu terus ku kecup dengan penuh cinta. 

Ya Tuhan tolong sembuhkanlah dia, aku rela menukar rasa sakitnya. Biarlah aku yang menggantikan kesaktiannya. Aku mohon. Jagoan kami membutuhkan bunanya.

Melihatnya yang terbaring lemah seperti ini membuat hatiku terhantam ribuan batu runcing. Aku tak pernah melihat raut pucatnya yang seperti ini. Yang ada dalam ingatanku hanyalah raut wajah bahagianya. 

Ku kecup keningnya pelan. Mencurahkan rasa cinta yang menggemuk dalam hatiku. Aku berharap dia merasakan cintaku yang sangat besar.

"Lekaslah bangunlah, Sayang.... " 

Aku berharap ratuku bangun dari mimpi yang mengurungnya, agar istana kecilku kembali mengukir kisah kasih yang akan membawa kami pada masa depan yang bahagia.

....

Love For Life Season 2 Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang