Hari Minggu di Minggu Pertama

1.2K 88 18
                                    

Hari minggu yang mendung membuat orang-orang malas beranjak dari rumahnya. Begitu juga dengan pengantin baru kita ini. Kali ini pasangan pengantin baru itu duduk santai di depan televisi. Mengabaikan cuaca mendung yang menjadi sumber kebahagiaan para jomblo di luar sana.

Kedua kaki mereka diselonjorkan dengan kepala yang saling menyender satu sama lain. Siang itu mereka menghabiskan waktu dengan menonton televisi seraya tenggelam menjelajahi dunia maya.

Naruto menghembuskan nafasnya kasar kala melihat notifikasi yang memasuki layar ponselnya. Ia mengarahkan ponsel itu pada Hinata dengan bibir cosplay bebek.

"Ada apa?" Tanya Hinata lembut tanpa mengalihkan perhatiannya dari layar televisi yang menampilkan film action.

"Besok aku mulai kerja lagi. Tou-chan mengomel agar aku segera kembali bekerja." Ucap Naruto dengan nada sedih yang dibuat-buat.

"Ohh yasudah," timpal Hinata singkat.

"Yak kok gitu sih reaksinya. Harusnya kamu kaget, habis itu tahan aku biar gak pergi kerja. Kan kita baru aja nikah seminggu yang lalu. Masa kamu gak sedih aku tinggal kerja?" cerocos Naruto.

Hinata menghela nafasnya kesal. Suaminya itu semakin hari semakin manja padanya. Membuat dia yang notabenenya wanita pendiam menjadi wanita cerewet.

"Naruto-kun niat gak nikahin aku?"

"Kok ngomong gitu sih~~" Naruto melayangkan mata berkacanya pada Hinata.

Hinata kembali menghela nafas melihat tingkah kekanakan suaminya itu.

"Kalo niat ya kamu harus kerja, cari nafkah buat aku. Kalo Naruto gak kerja lalu nanti dipecat, mau kasih makan apa aku?"

Naruto semakin mendekatkan tubuhnya pada tubuh sang istri. Ia memeluk erat istri tercintanya itu.

"Enggak bakalan ada yang bisa mecat aku Bee, lagipula kan aku Direktur-nya."

"Direktur kok bolos...
Harusnya kamu jadi teladan yang baik bukannya__"

Naruto menutup mulut Hinata yang mengomel dengan mulutnya sendiri. Daripada mendengar omelan sang istri yang pasti membuatnya malu, lebih baik ia mengecup bibir manis istri cantiknya itu.

"Yakk Naruto-kun jangan cium sembarangan!!!" Hinata langsung mendorong tubuh atletis suami tercintanya.

"Lagian salah kamu juga... "

"Salah aku apa?"

Melihat istrinya yang mulai naik pitam, Naruto dengan cepat menelan kembali keluh kesah yang dirasakannya.

"Enggak hehee..."

'Salah kamu nyuruh aku kerja mulu. Padahalkan aku masih mau romantis-romantisan sama kamu >_<' keluh Naruto dalam hatinya.

Detik kemudian, keduanya saling terdiam. Naruto dengan bibir yang masih manyun memfokuskan dirinya pada file yang besok harus dikuasainya. Sedangkan Hinata masih terfokus menatap layar televisi di depannya.

"Bee aku laper~~" rengek Naruto mencoba mengalihkan perhatian Hinata dari televisi di depannya. 

"Ya makan." Jawab Hinata jutek.

Dalam hati Hinata tertawa melihat ekspresi wajah kesal sang suami.

"Kok gitu? Enggak mau nyiapin makanannya buat aku?"

"Naruto-kun kan masih punya kaki sama tangan... "

"Tau ah aku ngambek!" Naruto memalingkan wajahnya dari Hinata. Membuat Hinata kesal dengan tingkah manja suaminya itu.

"Yak! Dijahili dikit aja ngambekan!" Hinata yang kesal meninggalkan Naruto di ruang tamu.

"Kenapa tiba-tiba jadi maung?" gumam Naruto dengan wajah inconnet miliknya.

Detik kemudian, Naruto mengejar sang istri yang saat ini menampilkan wajah kesalnya. Bisa bahaya jika nanti malam sang istri menyuruhnya tidur di luar.

Butuh satu jam lebih untuk membujuk sang istri yang entah kenapa hari ini mode maung.

Naruto sempat kewalahan saat istrinya itu melayangkan tatapan mematikan kepadanya. Tidak lupa, istrinya yang pendiam itu kini melemparkan segala macam benda ke arahnya.

....

Pukul dua lebih lima belas menit, setelah selesai dengan prahara rumah tangga, kini keduanya duduk di salah satu meja pelanggan McD. Setelah membujuk 'singa' betina itu, Naruto mengajak lebih tepatnya memaksa sang istri untuk berjalan-jalan melepas penat.

Entah kenapa hari itu keduanya memesan porsi serba jumbo. Naruto sih gak peduli, lagi pula uangnya gak akan habis cuma buat itu. Bahkan ia bisa membeli semua toko McD di negara ini.

Yaaa kita abaikan saja sifat songong yang sudah mendarah daging sejak Minato masih menjadi daging kala itu.

Naruto menyenderkan kepalanya di bahu sang istri. Matanya tak lepas dari ponsel yang menampilkan grafik saham yang selalu menghantui hidupnya.

Matanya hampir keluar setelah beberapa jam terus menatap grafik saham. Naruto dengan keras menyimpan ponsel puluhan juta miliknya. Matanya kini terfokus pada sang istri yang juga sibuk dengan ponselnya.

"Kamu hari ini PMS, Bee?" Tanya Naruto bangkit dari pundak sang istri. Tangannya kemudian menekan kepala sang istri agar menyender di bahu lebarnya. Tangannya juga tidak lupa mengelus surai lembut Hinata.

"Huum" jawab Hinata masih fokus dengan berita yang dibacanya.

"Pantas saja..."

"Pantas saja?" Kini Hinata mengalihkan pandangannya dari ponsel ke arah sang suami.

"Pantas saja hari ini kamu jadi maung."

"Yakk!!!___"

Sebelum Hinata memberikannya omelan panjang, Naruto dengan cepat mengecup bibir manis istri cantiknya itu.

"Sudah...
Makanan sudah siap. Jangan mengomel di depan makanan." Ucap-nya setelah melepaskan kecupannya di bibir Hinata.

Wajah Hinata kini memerah padam. Ia malu sekaligus kesal dengan kelakuan sang suami yang tidak melihat tempat itu.

Dengan wajah cemberut, Hinata mengambil potongan besar ayam dan memakannya dengan kasar.

"Jangan ngambek dong. Aku kan bercanda. Kamu jadi siput juga aku udah cinta, apalagi jadi maung gini."

"G-gombal" sanggah Hinata dengan rona merah yang semakin menjalar di seluruh wajahnya.

"Ciee yang melting... " goda Naruto membuat Hinata menenggelamkan wajahnya di dada bidang kokoh miliknya.

"Yak jangan membuatku malu..." lirih Hinata yang dibalas tawa oleh Naruto.

Keduanya saling terdiam. Menikmati detak jantung yang bertalu sangat keras memanggil nama pasangan masing-masing.

"Naruto-kun~" lirih Hinata masih dengan wajah yang terbenam di dada bidang sang suami.

"Ada apa sayang?" Naruto mengelus lembut surai lembut sang istri, sesekali mengecupnya pelan.

"Maaf ya hari ini aku marah-marah gak jelas sama kamu." Ucap Hinata dengan nada sedihnya.

"Nggak apa-apa Bee, aku mengerti." Jawab Naruto seraya mengecup puncak rambut Hinata.

Hari minggu ini mereka menikmati setiap detiknya bersama, sebelum besok Naruto harua kembali disibukan oleh pekerjaannya sebagai Direktur Nami-Uzu.

Saking menikmatinya, mereka tidak sadar bahwa hampir semua pelanggan McD menatap mereka dengan tatapan iri. Apalagi yang statusnya jomblo. Makin ngenes mereka.

....

TBC ato END?

Love For Life Season 2 Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang