Pergi (Kabur) Ke Mansion Hyuuga

588 56 1
                                    

Ternyata rengekan Hinata tidak sampai disitu. Hinata kembali merengek karena insiden es krim di pagi hari. Naruto sih sudah tidak heran lagi. Ia memaklumi hormon kehamilan Hinata yang membuatnya sering meminta hal yang diluar nalar. Tapi, sekarang ia tidak bisa memaklumi lagi. Gimana ya, padahal ia hanya melarang Hinata untuk memakan es krim di pagi hari. 

Namun nyatanya masalah es krim itu tidak se-sepele bagi pencinta es krim seperti Hinata. Sampai dirinya berbenah dan menyeret koper ke luar rumah. 

"Sekarang apa lagi, Sayang?" Tanya Naruto yang sudah pasrah dengan tingkah istri mungilnya itu. 

"Jelasin apa? Udah jelas kan Nata mau pulang ke mansion Hyuuga karena Naru udah gak sayang sama Nata lagi!!" Jawab Hinata dengan nada tingginya. 

"Ya Tuhan Sayang...
Iya, iya nanti aku beliin es krim matcha-nya. Sekarang taruh lagi koper nya ya... " Ucap Naruto berusaha membujuk.

"Enggak usah! Nata udah nggak nafsu sama es krim! Nata mau pergi ke rumah Kaa-chan aja! Naru jangan larang-larang Nata lagi!" 

Naruto menghela nafas pelan. Jika sudah seperti ini pasti susah membujuk wanita tersayangnya itu. 

"Yaudah aku anter ya?"

"Enggak usah aku udah telpon Sasuke buat jemput!"

"Ya Tuhan Sayang, kenapa harus Sasuke?" Kesal Naruto.

Naruto yang kesal nyaris luluh ketika melihat Hinata dengan pose berfikirnya. Pose Hinata saat ini membuatnya membungkam pekikan gemas dan menahan tangan kanan yang mencoba meraih pipi tembem Hinata yang menggembung.

"Enggak tahu! Mungkin adek bayinya mau sama paman Sasuke yang tampan. Enggak kayak Ayahnya yang jelek!" 

Naruto hanya bisa mengelus dada kala mendengar jawaban sang istri. 

"Yaudah terserah kamu aja. Nanti pulangnya aku jemput ya... " 

Hinata hanya ber-heem menjawab pernyataan sang suami. Lantas ia pergi meninggalkan Naruto yang menampilkan wajah kesal kala klakson mobil -yang ia yakini milik Sasuke- berbunyi nyaring di halaman rumahnya. 

Naruto tentu saja tidak bisa membiarkan Hinatanya bersama Sasuke.

Bagaimanapun juga, pria yang kini ditaksir oleh sepupu Hinata yang paling cerewet itu -Shion- pernah menjadi mantan kekasih Hinatanya. Jadi, sebisa mungkin ia harus meminimalisir tikungan yang bisa saja dilakukan oleh sahabatnya itu. 

"Mungkin aku harus telpon Shion ya... " Gumam Naruto menatap ponsel yang kini menampilkan draf kontak telpon. 

Seraya menunggu sambungan telpon, Naruto mendudukkan dirinya di sofa empuk dengan tangan yang memijit pelipisnya yang entah kenapa hari ini terasa sangat sakit. 

"Lah ngapain nelpon jam segini? Ganggu orang tidur tau gak!"  Ucap Shion di seberang sana sebelum Naruto memulai obrolannya.

"Shi, bisa kan temani Hinata di mansion Hyuuga? Kalo bisa, sekarang pergi ke sana dan temani Hinata. Turuti apa yang nanti dimintanya oke!"

"Gak gak, ini masih pagi! Alam mim__"

"Oh iya, ada Sasuke juga di sana!" Potong Naruto langsung memutuskan sambungan telpon. Tanpa memedulikan gadis di seberang sana yang mengumpatinya.

Setelahnya, Naruto merebahkan tubuh kekarnya. Tangannya menutup kedua mata yang kini mulai memberat. Syukurlah sekarang dia bisa beristirahat sebelum kembali membujuk istri tercintanya itu. 

....

Disisi lain,

Setelah menempuh hampir setengah jam perjalanan, Hinata akhirnya sampai di Istana besar Hyuuga. Dengan langkah cepat ia berlari meninggalkan koper kosong yang dibawanya sedari tadi. 

Iya koper kosong. Hinata mana ada niat pergi meninggalkan Istana Namikaze-nya.

Oke lupakan soal koper kosong. Yang harus kita khawatirkan saat ini adalah Hinata dengan perut yang mulai membuncit berlarian menuju taman belakang mansion Hyuuga.

Di taman itu, seorang wanita cantik yang mirip dengannya tengah menyiram bunga cantik berwarna-warni. 

"Kaa-chan~~" teriak Hinata merentangkan tangannya.

"Ya ampun Nata jangan berlarian, Sayang!!!" Sang ayah yang saat itu membaca koran di bangku taman memandang khawatir putri keduanya.

Hinata tidak mengindahkan teriakan sang ayah. Ia terus berlari dan menubruk tubuh hangat sang ibu. 

"Nata kangen sama Kaa-chan~" Rengek Hinata menenggelamkan wajahnya di dada sang ibunda. 

"Sekarang ada apa lagi putrinya Kaa-chan?" Tanya Hikari seraya mengelus lembut rambut Hinata. 

"Heheheee Kaa-chan tahu aja~~
Tapi bicaranya jangan di sini, ada Tou-chan!" Bisik Hinata kala melihat sang ayah menguping pembicaraan mereka di balik koran yang kini berfungsi sebagai tamengnya. 

"Ya sudah ayoo... "

Hiashi mendesah pelan kala kedua wanita tercintanya itu pergi meninggalkannya. 

"Yahh gak jadi nguping. Padahal lumayan bisa jadi sogokan buat Naruto... " Gumam Hiashi pelan.

....

"Jadi sekarang apa hmm?" 

Hikari mengusap puncak rambut sang putri yang berbaring nyaman di pangkuannya. 

Keduanya berada di kamar Hinata yang masih terawat meskipun si pemilik sudah pindah istana dan kerajaan.

"Kaa-chan, apakah wajar jika sekarang Nata banyak merengek dan ngerepotin Naru?" Kini Hinata memulai sesi curhatnya. 

"Wajar sih. Kaa-chan juga saat hamil dulu pun begitu. Kalo urusan ngerepotin Naruto, Kaa-chan yakin dia enggak pernah merasa direpotin sama kamu. Dia pasti maklum, kalo kamu lagi hamil gini pasti banyak maunya... "

Hinata terdiam merenungkan ucapan sang ibu. Tangannya mengusap perutnya yang sedikit membuncit dan keras.

"Tapi Nata takut Naru kesusahan gara-gara Nata. Bahkan kalo dia lagi kerja Nata suka nyuruh dia pulang padahal dia lagi banyak kerjaan. Sampai-sampai kerjaannya itu dibawa ke rumah."

"Naru pernah ngeluh sama kamu?" 

Hinata menggelengkan kepalanya. 

"Itu artinya dia ikhlas lakuin semuanya demi Hinatanya....
Itu aja udah cukup buat bukti kalo kamu enggak ngerepotin Naruto... "

"Tapi Kaa-chan__"

"Denger Sayang, orang yang mencintai kita dengan tulus tidak akan pernah merasa repot melakukan segalanya untuk kita. Karena menurut mereka, kita adalah prioritas utama. Apapun yang mengangkut keinginan dan kebahagiaan kita, mereka pasti akan melakukan segalanya tanpa merasa direpotkan."

"Baik Kaa-chan..... 
Makasih Nata udah tenang sekarang~~"

Timpal Hinata menenggelamkan wajahnya di perut sang ibu.

Setelahnya mereka terdiam, saling menikmati suasana hening yang menenangkan pikiran keduanya. Namun sedetik kemudian polusi suara mulai bergema di istana Hyuuga. Mereka tahu setelah ini tidak akan ada lagi suasana hening untuk merenung.

"Helooooo Everyone Shion hereeeee~~~~"

"Suamimu sudah mengirimkan kacungnya... " Canda Hikari. 

Hinata menimpal pernyataan itu dengan tawa kecilnya. Yah saking cintanya, suaminya itu mengirimkan kacung cerewet untuknya.

....





Love For Life Season 2 Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang