20. Teman Lama

3.3K 479 76
                                    

Happy 30k readers!!!! 🎉✨
Seneng banget ya ampun! Makasih semua buat kalian yang selalu mendukung cerita ini yaaaa.... Ily! 😭💜

......

Keduanya bertatapan sejenak, saling memandang dengan wajah yang kaget akan satu sama lain

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Keduanya bertatapan sejenak, saling memandang dengan wajah yang kaget akan satu sama lain. Karso menarik pinggang Marsih untuk membantu wanita itu agar dapat berdiri seperti semula. Lelaki itu sama jelas terkejutnya dengan Marsih saat melihat pertemuan mereka yang tidak disengaja ini, setelah apa yang terjadi di hotel beberapa hari lalu. Seutas senyum kecil terbentuk di bibir Karso saat melihat kalau Marsih baik-baik saja.

"Kebetulan sekali ya Kang bisa ketemu lagi, aku kira kita ndak akan ketemu lagi," ujar Marsih membuka percakapan pertama mereka setelah sekian lama tak berjumpa. Wajah Marsih sedikit berbinar melihat seseorang yang ia kenal. Dirinya sedikit bersyukur atas pertemuan ini.

"Iya, aku kira juga ndak akan ketemu kamu lagi setelah kamu menjadi nyai," balas Karso singkat.

Lelaki ini melirik Marsih. Lebih tepatnya melirik ke arah tulang belikat gadis itu yang terdapat beberapa bercak-bercak biru keunguan, yang berusaha Marsih tutupi dengan kerah baju kebaya merahnya ini. Tentu saja Karso tidak bodoh untuk mengetahui apa itu dan bagaimana bercak-bercak itu dapat tercipta.

Marsih sedikit terkejut akan hal itu, matanya membulat dan pandangannya langsung beralih cepat pada pria itu. Bagaimana Karso bisa tahu kalau Adriaan telah mengambilnya sebagai seorang nyai?

"Bagaimana Kang Karso bisa tau?" tanya Marsih penasaran.

"Tentu saja aku tahu. Apalagi jika bukan kamu dijadikan nyai? Parasmu ayu, tubuhmu bagus. Lelaki mana yang tidak ingin memilikimu? Hanya lelaki gila yang mau menyia-yiakan dirimu," tukas Karso, "Lagipula, kalau kau selamat dan masih hidup, ya tentu saja dia menjadikanmu seorang nyai."

Marsih menunduk dalam, perkataan Karso semua benar, tak ada satupun yang salah. Tapi mengapa dirinya merasa sedikit tersinggung dan malu akan hal ini? Seakan ada bagian dari dirinya yang menolak keras dan tidak ingin Karso bicarakan. Hati kecilnya masih menolak keadaannya yang sudah sepenuhnya menjadi seorang nyai.

"Jangan terlena, akan apa yang dia dapat berikan padamu," ujar Karso mengingatkan Marsih akan bahaya yang dia mungkin akan hadapi. Bagaimanapun ia tinggal dengan seorang lelaki asing, Marsih harus berhati-hati.

"Aku akan tetap tahu diri, Kang," balasnya pelan sembari mengangguk.

"Lasmi juga sudah pergi."

"Pergi kemana Lasmi, Kang? Sungguh disayangkan aku tak dapat mengucapkan selamat tinggal. Aku pasti akan merindukannya."

"Seorang londoe mengambilnya untuk dijadikan gundik, tak lama setelah kau dibawa lelaki itu, dia dibawa juga pergi ke Batavia." Karso menatap mata Marsih dalam, "Dan kabar terakhir yang aku dengar, Lasmi dibuang tuannya saat ia tengah mengandung," lanjutnya serius, tatapan matanya dalam menatap mata Marsih.

𝐌𝐚𝐫𝐬𝐢𝐡 - [Tamat]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang