Marsih menyenderkan punggungnya ke belakang, ia menghela nafas berat. Mbok Kalinem baru saja pergi meninggalkan mereka, setelah memastikan kalau pedati Adriaan sudah pergi. Otak Marsih berputar memikirkan sebuah rencana gila yang menurutnya dapat saja gagal karena beresiko tinggi.
Di depan gadis itu terdapat sebuah kunci yang tergeletak manis di meja makan. Marsih mengetuk-ngetukkan jari lentiknya pada meja, sedangkan pikirannya jauh melayang. Kunci ini adalah kunci duplikasi dari ruangan kerja Adriaan, Marsih telah tak sengaja menemukan kunci duplikat ini saat tempo hari ia tengah membersihkan gudang lama rumah besar ini. Dirinya menemukan satu kotak kayu berisi kunci-kunci duplikat seluruh ruangan yang ada di rumah ini dan secarik kertas untuk penjelasan-penjelasanya. Itu semua memiliki arti kalau saat ini Marsih memegang kendali penuh akan segala ruangan di rumah ini.
Tangan Marsih terulur menyentuh kunci itu, matanya mengamati kunci itu lagi. Haruskah ia memasuki ruangan Adriaan? Wanita ini kini tengah mengumpulkan tekad untuk melakukan hal itu. Ia kembali menghembuskan nafas pelan untuk menenangkan dirinya yang sedikit gugup.
Dengan masih setengah hati Marsih berdiri, ia memutuskan untuk memasuki ruangan itu dan mencari tahu tentang kebenaran yang tersembunyi di balik pintu ruang kerja itu ... langkah Marsih berjalan cepat menuju ruang kerja Adriaan.
Ruangan kerja itu kini telah terlihat, hanya berjarak beberapa meter dari tempat ia berdiri saat ini. Seketika rasa ragu kembali datang dan mempengaruhi gadis ini. Namun kaki Marsih tak berhenti berjalan mendekati ruangan itu, seakan badan dan otaknya tak lagi terhubung.
Marsih memasukkan kunci itu ke dalam lubang kunci, memutarnya pelan hingga kini pintu itu sudah dapat ia masuki. Marsih mencabut kunci itu, ia menarik nafas panjang sebelum akhirnya tangan kanan gadis ini mulai membuka kenop pintu. Setelah berhasil masuk, ia menutup pintu itu lagi dengan hati-hati. Langkahnya perlahan memasuki ruangan itu. Marsih tak perlu menyalakan saklar lampu untuk melihat sesuatu, cahaya matahari siang itu masuk dari luar jendela sudah cukup menerangi ruangan ini.
Pandangan gadis ini menyipit melihat sebuah amplop coklat besar yang tergeletak di atas meja yang berada di tengah ruangan. Marsih mengeryitkan dahinya pelan, dokumen itu nampak mencurigakan, apa isinya? Batin Marsih berisi tanda tanya besar akan apa isi amplop itu.
Tangannya terulur mengambil amplop coklat itu, dengan perlahan Marsih mulai membukanya. Jarinya bergerak lambat namun sangat hati-hati, mencoba membuka dan mencaritahu isinya tanpa harus membuat Adriaan curiga. Tanganya berhasil mengeluarkan satu lembar kertas dari dalam sana. Marsih menaruh amplop coklat itu di meja dan mulai membaca isi kertas yang berada di tangannya.
Mata Marsih seketika membelak tak percaya. Mulut gadis ini setengah terbuka dengan tangan yang mencoba menutupinya. Ia mengedipkan matanya cepat, sembari mencoba menyelaraskan nafasnya yang setiba saja memberat.
Itu adalah dokumen tentang rencana pemerintah Belanda untuk membakar Pasar Kodi. Ternyata yang di bilang oleh kurir daging pagi tadi adalah sebuah kebenaran, bukan hanya isu. Tubuh Marsih seakan lunglai ke tanah, kabar ini terdengar sangat mengejutkan namun juga menyesakkan hati.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐌𝐚𝐫𝐬𝐢𝐡 - [Tamat]
Historical FictionBerkisah tentang seorang gadis bernama Marsih, hidupnya yang sengsara membuat hati Marsih tegar akan segala cobaan yang selalu menerpa hidupnya. Tak terkecuali ketika sang ibu menghembuskan nafas terakhir, ia hanya dapat menguburkan sang ibu dengan...