10. Ciuman Pertama

4.6K 593 46
                                    

Gais maaf keterlambatan up yg gabisa ditolelir, ada masalah rl gitu jadi ketunda terus, sebagai permintaan maaf aku bakal up 2 part ya! Ditunggu aja (btw itu di mulmed kira² gambaran wajah Marsih cakep banget ga sih 😭)

...

"Bagaimana? Kau suka rumah ini?" tanya Adriaan santai menanyakan pendapat pada Marsih yang tengah melihat-lihat sekeliling

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Bagaimana? Kau suka rumah ini?" tanya Adriaan santai menanyakan pendapat pada Marsih yang tengah melihat-lihat sekeliling.

Lamunan Marsih terpecah kala Adriaan mengajukan pertanyaan itu, ia menoleh ke belakang menuju sumber suara dan menemukan Adriaan tengah berjalan ke arahnya. Lelaki itu sepertinya tak memiliki urusan yang terlalu penting dengan pamannya, ditandai dengan pertemuan mereka yang sangat singkat.

"Ah iya, aku sangat menyukainya Tuan Hoëvell." Marsih melirik Adriaan yang kini tengah menatap ke arah sebuah tanaman lidah buaya.

Kini mereka berada di sebuah rumah kaca di pekarangan rumah megah Patrick, rumah kaca yang sebenarnya terlalu besar kalau hanya sebagai rumah bagi tanaman-tanaman. Di dalamnya terdapat banyak tumbuhan hias indah yang mengalihkan pandangan Marsih sejenak. Bukan tanpa alasan Marsih menuju kemari, ia memang menyukai tanaman hijau, dan dirinya jarang melihat tanaman-tanaman yang berada disini, banyak tanaman yang baru pertama kali dia temukan. Menurutnya tanaman-tanaman dapat menyejukkan suasana serta menenangkan.

"Kau suka tanaman?" tanya pria asing itu lagi, ia menyentuh tanaman lidah buaya yang sama yang barusan Marsih sentuh, seakan lelaki itu tengah mengikuti jejak-jejak yang Marsih tinggalkan.

"Iya, menatap dan merawat tanaman membuat suasana tentram serta sejuk, menyenangkan!" lirik Marsih pada Adriaan. Ia sengaja melebih-lebihkan pujian dan intonasi suaranya supaya pria itu dapat percaya.

"Apalagi yang kau suka selain tanaman?" tanya pria itu penasaran, mencoba mengulik informasi tentang gadis ini. Dia berjalan perlahan menjauhi Marsih untuk melihat tanaman lidah mertua di ujung ruangan.

"Aku suka makanan manis, menonton wayang, membersihkan rumah, dan ...." tukasnya menggantung.

"Dan?" tanya Adriaan semakin penasaran.

"Dan memasak," ujar Marsih dengan senyuman manisnya. Ia ingin sekali berkata bahwa ia menyukai ketika sedang merawat ibunya, namun ia sadar bahwa lelaki asing ini tak seharusnya mengetahui tentang dimana keberadaan sang ibu. Marsih khawatir Adriaan akan mencoba menyakiti ibunya.

"Kau harus membuatkanku sesuatu nanti, aku ingin mencoba masakanmu." Adriaan menatap Marsih dalam. "Aku ingin ... soto ayam," lanjutnya.

"Boleh, tapi tuan memangnya punya bahan makanan untuk masakan yang akan aku buat?"

"Entahlah, Mbok Kalinem yang biasa berbelanja bahan makanan. Lagipula nanti kita akan ke pasar, aku ada beberapa keperluan disana. Kau bisa sekalian berbelanja apa yang kau butuhkan." Marsih terdiam mendengar itu, sebuah ide cemerlang setiba saja merasuki dirinya. Ia akan memiliki kesempatan kabur saat berada di pasar nanti.

𝐌𝐚𝐫𝐬𝐢𝐡 - [Tamat]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang