Bel pulang sekolah berbunyi dan Lisa harus cepat-cepat ke depan supaya tidak tertinggal bus karena Taeyong tidak bisa menjemputnya. Cowok itu sedang sakit.
"Eh Ji gue duluan ya, bye!"
Lisa langsung berlari kecil menuju gerbang tapi setelah disana ternyata bus belum datang. Akhirnya Lisa memilih duduk dihalte sambil memainkan ponselnya. Dan tak lama saat dirinya duduk, ada seseorang datang lalu duduk disampingnya.
"Hai."
Lisa menoleh dan mendapati Mingyu yang sedang tersenyum ke arahnya.
"Oh h-hai."
"Lagi nunggu jemputan?"
"Iya lagi nunggu bus."
"Kakak lo gak jemput?"
"Dia lagi sakit."
Mingyu berdeham dan melirik ke kanan kiri lalu kembali menatap Lisa. "Pulang sama gue aja yuk, sekalian ada yang mau gue omongin."
Kening Lisa mengerut bingung, pasalnya mereka berdua bahkan hanya sekedar kenal saja karena Mingyu sahabat Jaehyun. Kenapa Mingyu mengajaknya pulang bareng? Terus cowok itu mau membicarakan tentang apa? Apa tentang Jaehyun?
"Kalo tentang cowok itu, gue gak mau denger apa-apa lagi."
"Tapi lo harus tau ini dan gue rasa lo emang berhak."
"Berhak apa? Gue udah bukan siapa-siapa lagi."
"Ini penting, Lis."
"Buat dia, gak buat gue."
Mingyu menghela nafasnya.
"Jaehyun gak nyuruh gue, ini gue yang inisiatif sendiri dan gue mau ceritain tentang Rose juga."
"Gue gak ma---"
"Rose depresi, apa lo tau?"
Deg
Melihat Lisa yang terdiam, bibir Mingyu membentuk senyuman tipis. Dia tau sekecewa apa Lisa pada Rose pasti didalam hatinya pasti ada setitik rasa iba. Karena mau bagaimana pun Rose pernah menjadi sahabat terdekat Lisa kan?
"Mau denger kan? Ayo."
❇❇❇
Disinilah akhirnya. Lisa duduk bersebelahan dengan Mingyu ditaman kota. Dua cup kopi yang Mingyu beli tadi juga perlahan mendingin karena terabaikan.
Mingyu sedang sibuk menceritakan semuanya pada Lisa. Dia tau yang seharusnya menceritakan ini semua adalah Jaehyun dan Rose. Tapi mau bagaimana lagi?
Lisa bahkan setiap mendengar nama Jaehyun ataupun Rose langsung berubah dingin.
"Dia emang rebut Jaehyun, tapi pikirin deh. Dikeadaan dia yang bener-bener hancur, Jaehyun datang dan ngulurin tangannya."
"Siapa yang mau kehilangan sosok yang selalu Rose harapkan ke Tuhan? Kita juga semuanya pasti gak mau."
"Dan Rose sebenernya itu gak suka sama Jaehyun, dia cuma butuh sosok Jaehyun buat jadi sandaran menurut gue. Lagian cewek yang punya trauma sama cowok kayak Rose gak mungkin segampang itu buat suka sama cowok."
"Dia cuma takut kehilangan yang jadi sandarannya aja."
"Tapi gue juga perduli sama dia, Gyu." cicit Lisa.
"Gue tau dan coba pikirin lagi deh, Rose punya masalah dan dia pasti mau cerita sama lo cuma nunggu waktu yang pas."
"Tapi--waktu dia lagi bener-bener ada dititik terbawah dan kebetulan dia belum cerita sama lo terus Jaehyun datang ngulurin tangan waktu di halte siapa yang gak bakal runtuh pertahanannya Lis?"
"Disitu Jaehyun cerita ke gue, kalo di halte itu dia tawarin buat denger ceritanya Rose dan jelaslah Rose cerita semuanya karena dia udah gak kuat buat bersikap baik-baik aja."
"Coba waktu itu lo yang datang, posisi Jaehyun pasti ada di lo sekarang."
"Rose butuh bantuan, Lis."
Lisa menggigit bibir bawahnya, jelas disini keadaan yang membuat semuanya rumit.
Lisa merasa bersalah karena tidak ada disisi Rose tapi dia kecewa karena Rose tidak terbuka padanya dan juga merebut Jaehyun darinya.
Rose memang salah tapi dia begitu karena keadaan kan? Keadaan yang membuatnya seperti itu.
Jaehyun, cowok itu juga salah.
Semuanya salah.
"Jadi gimana---setelah semua yang gue ceritain?" tanya Mingyu
Lisa menunduk, dia menggeleng pelan. "Gue gak tau harus gimana tapi yang jelas semuanya salah."
"Hm bener dan kalo boleh gue tau lo bakal balikan gak sama Jaehyun?"
"Buat apa? Gue gak mau memulai kisah sama cowok kayak dia lagi, jelas-jelas kata lo tadi Jaehyun emang nikmatin waktunya kan sama Rose?"
"Artinya dia emang selingkuh, cowok cuma ngehapus chatingan dia sama cewek lain aja biar gak ketauan itu udah termasuk selingkuh. Gimana yang ini?"
Mingyu memilih diam. Ya meskipun dia tidak pernah pacaran--tapi dia taulah persoalan-persoalan tentang cinta.
Cowok itu menghela nafasnya dan berdiri. "Ayo pulang, udah sore."
"Hm."
"Eh tapi tunggu."
Mingyu menahan tangan Lisa yang berjalan mendahuluinya. "Setelah ini, lo bakal gimana sama Rose?"
"Dia butuh lo, Lis. sebagai sahabatnya. Maksud gue, dia emang salah---aduh terserah lo aja. Tapi pikirin baik-baik buat yang ini ya? Because depression not a joke."
"Nyawa bisa melayang kapan aja."
Lisa tersenyum tipis. "Lo tenang aja, tapi gue juga butuh waktu."
"It's okay."
Mingyu lagi-lagi hanya mengangguk dan mengantarkan Lisa tepat di depan rumah cewek itu.
Lisa tersenyum tipis dan berterima kasih pada Mingyu yang telah mengantarnya kemudian masuk ke dalam rumah.
"Bang Taeyong masih panas gak ya?" gumam Lisa, dia perlahan menaiki anak tangga satu persatu menuju kamarnya tapi sebelum itu Lisa harus melihat kondisi Taeyong terlebih dahulu.
Tanpa mengetuk terlebih dahulu Lisa langsung masuk kedalam kamar Taeyong---dan detik itu juga Lisa menyesal telah masuk ke sana.
Sekarang lihat, dirinya jadi pusat perhatian teman-teman Taeyong.
"Eh adeknya Taeyong ya?"
"Iya kak."
Taeyong berdecak. "Doyoung mana?" tanyanya dan Lisa mengerut bingung.
"Hah?"
"Lo pulang sama temen gue kan, Doyoung?"
"Lah gue pulang sama temen."
"Yee anjir, gue udah kirim temen gue buat jemput lo."
"Ya lo gak bilang?"
"Baca chat makanya!"
"Dih kok gitu sih?"
"Loh kok marah?"
❇❇❇
Ga pede soalnya ini ga jelas, nanti klo ada waktu bakal di revisi wkwk
KAMU SEDANG MEMBACA
With J✔
Teen FictionWith J, Lisa will be happy but also painful at the same time. ⚠ follow sebelum membaca ⚠ ©pursueadream Start: Juli 2020 publis ulang: Agustus 2021