7. Dua hati

40.1K 3.9K 207
                                    

Happy Reading

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Happy Reading

--oOo--

Aluna terus bergerak gelisah macam lintah ditaburi garam, dia melirik kesal pada Arsen yang sedang fokus menyetir mobil. Apakah cowok itu tidak merasa takut? Aluna saja rasanya sudah ingin mengubur diri hidup-hidup.

"Pak, saya pulang aja ya," ucap Aluna dengan wajah memelas.

"Kenapa memang?"

"Nanti bapak bisa berantem sama pacar bapak, emang mau?"

"Pacar saya orangnya baik dan ramah, nanti saya kenalkan dia sama kamu," ucap Arsen tersenyum.

Aluna menutup wajahnya dengan kedua tangan "YaAllah pak, saya berasa jadi pelakor beneran kalau begini ceritanya!!"

"Lebay!" tukas Arsen.

Aluna berdecak sebal dan membanting kasar tubuhnya pada jok mobil. Bahkan Arsen sudah tidak bisa lagi menahan senyum diwajahnya, Aluna terlihat sangat menggemaskan ketika marah.

Hingga akhirnya mobil fortuner berwarna putih itu memasuki salah satu perumahan mewah di Jakarta.

Arsen melepaskan selt belt ditubuhnya, dan melirik Aluna sekilas "Kamu ingin disini sampai pagi? Atau ikut saya turun?"

"Iyaa turun!!" ketus Aluna dengan wajah cemberut.

"Gausah cemberut, muka kamu makin jelek Aluna," ledek Arsen.

"Diam pak!"

---

Aluna mengatur nafasnya sebelum masuk ke dalam rumah besar dan mewah kekasih Arsen. Kira-kira bagaimana ekspresi pacar cowok itu?

"Pak saya deg-degan banget nih, saya nunggu di mobil aja deh!" Arsen menahan lengan Aluna.

"Kalau gak deg-degan kamu mati Aluna, sudah, ikut saya saja!"

Cklekk.....

"Ketuk pintu dulu kali pak, bisa dikira maling kita main asal masuk aja!" ucap Aluna.

"Gapapa, kan surprise," bisik Arsen.

Aluna hanya mengangguk, dia ikut Arsen ajalah gimana maunya, walaupun tak dipungkiri kalau Aluna merasa takut terjadi kesalah pahaman.

"Assalamualaikum," ucap Arsen. membuat sekumpul orang yang sedang berbincang di ruang keluarga itu menoleh.

"Waalaikumsalam,"

Aluna tersenyum gugup, semua orang beralih menatapnya.

"E--eh ini calon mantu mamah sen? Ih atuh geulis pisan,"

Hi, Pak Dosen! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang